Indah dan Putri sedang asyik bercanda di bangku mereka masing-masing. Melihat Aisyah datang, mereka langsung diam dan prihatin melihat keadaan sahabatnya yang masih ditambal keningnya.
“Kamu tidak apa-apa kan, Ais?” tanya Putri dengan wajah cemas.
“Tidak apa-apa kok. Cuma luka dikit,” jawab Aisyah.
“Kenapa, Is?” tanya Ari yang menghentikan candaannya dengan kawan di belakangnya saat melihat Aisyah datang.
“Kemarin terserempet motor waktu pulang,” jawab Indah.
“Tanyanya ke siapa, yang jawab siapa.” Ari melirik ke arah Indah.
“Biarin.” Indah menjulurkan lidahnya. “Sebenarnya kemarin kami melihatmu sedang dibopong sama kak Rizki. Tapi maaf, kami tidak membantumu.”
Deg
Jantung Ari berdetak saat mendengar Aisyah dibopong Rizki. Terasa sesak dan sakit. Tapi Ari sendiri tak tahu kenapa begini.
“Tidak apa-apa kok. Aku baik-baik saja,” ucap Aisyah melihatkan senyum manisnya.
Kenapa aku jadi kesal ya mendengar semua itu. Aku kan tidak punya rasa sama cewek biasa seperti itu. Kalau dilihat dia lumayan juga. Tapi kenapa jantungku tadi begitu. Aku kan Cuma suka ngejahilin dia saja. Menurutku dia lucu kalau dijahilin, batin Ari sambil tersenyum.
Tet
Suara bel masuk berbunyi. Membuyarkan semua lamunan Ari. Dan semua murid satu kelas langsung diam menjadikan suasana hening seketika.
Hari ketiga MOS berjalan dengan lancar. Panitia kelas sudah dibentuk oleh murid-murid dan pak Gito, guru olah raga yang merupakan wali kelas mereka.
...****************...
Tak terasa sudah hampir 3 bulan Aisyah belajar di sekolah SMA N 2 itu. Walaupun biaya sekolah di tempat itu bisa dibilang lumayan mahal. Untung saja Aisyah mendapat beasiswa kurang mampu. Aisayah tidak malu karena tekadnya untuk belajar lebih tinggi dari pada gengsinya. Dia ingin memperbaiki perekonomian keluarga.
Hari ini Aisyah terburu-buru karena bangun kesiangan. Semalam dia mengerjakan PR hingga larut malam. Begitu banyak PR yang harus dia kerjakan dengan berbagai mata pelajaran.
Sesampainya di pintu gerbang. Aisyah bertemu dengan lima kawannya. Bambang, Ari, Dwi, Putri dan Indah berdiri di depan gerbang. Mereka memang sengaja menunggu kedatangan Aisyah.
“Ais ... sini,” panggil Indah memberi isyarat yangan pada Aisyah.
Aisyah menuntun sepeda mendekati mereka.
“Ada apa?” tanya Aisyah.
“Hari ini kan PR banyak. Yuk kita bolos,” ajak Indah diangguki empat orang lainnya.
“Tidak mau ah,” ucap Aisyah mantap.
“Kenapa? Sekali-kali kita jalan-jalan bareng, yuk,” rayu Putri memegang tangan Aisyah.
“Aku tidak berani kalau harus bolos sekolah. Kalau mau jalan nanti aja pulang sekolah atau hari minngu,” ucap Aisyah.
Aisyah menolak ajakan mereka. Kalau dipikir, dia sekolah di tempat itu dengan beasiswa. Aisyah tidak mau menyia-nyiakannya. Lagi pula Aisyah sudah mengerjakan PR nya. Akan jadi percuma dia mengerjakan hingga larut malam jika akhirnya harus bolos sekolah.
Aisyah bergegas masuk karena bel sekolah sebentar lagi terdengar. Gadis itu berjalan cepat hingga mirip berlari kecil menuju kelasnya.
Aisyah duduk diantara bangku kosong. Karena, mereka yang menempati memilih untuk bolos.
“Aisyah, kenapa bangku di sekitarmu kosong? Kemana mereka?” tanya bu Erna, guru kimia.
“Ti— tidak tahu, Bu.” Aisyah menggelengkan kepala. Dia tergagap karena tidak biasa berbohong. Semua ini dia lakukan demi temannya.
Karena di rasa jawaban Aisyah jujur, Bu Erna melanjutkan pelajarannya kembali. Dia tidak lagi mengulik tentang teman-temannya.
Sedangkan di tempat lain. Putri, Indah, Ari, Bambang dan Dwi sedang manaiki tangga berjalan menuju lantai tertinggi sebuah pusat perbelanjaan. Mereka menuju tempat pembelian karcis.
Setelah lima karcis di tangan, mereka memasuki ruangan yang gelap. Di sana terdapat banyak deretan kursi yang menghadap kelayar besar. Satu persatu dari mereka duduk di kursi yang telah ditentukan.
“Sayang ya Aisyah tidak ikut. Padahal ini tayang perdana di bioskop,” ucap Putri.
“Hu um.” Indah manggut-manggut sambil memasukan pop corn ke dalam mulutnya.
Terdengar suara dari pengeras suara yang menandakan film akan segera diputar. Semua penonton diam dan menyimak film itu.
Selama dua jam film itu diputar. Semua orang keluar dari bioskop dengan wajah puas.
“Mirip banget ya aktornya. Pinter banget aktingnya,” ucap Putri setelah keluar dari ruang bioskop.
“Ya iyalah. Namanya juga aktor. Ya pasti pinter akting,” ucap Bambang.
“Suka sekali sama Vino. Walau jadi Kasino, gantengnya tetep ada. Pengen deh punya pacar kayak vino,” angan Indah sambil senyum-senyum.
“Ngayal sukanya.” Ari menoyor kepala Indah.
“Ini kepala bukan kelapa. Jangan sembarangan main toyor,” keluh Indah sambil mengusap kepalanya.
Mereka melanjutkan berputar-putar mengelilingi pusat perbelanjaan itu. Mereka hanya berjalan-jalan dan melihat-lihat. Tak ada niat untuk membeli sesuatu dari sana.
Hingga waktu sudah menunjukan sore hari, mereka berpisah. Mereka pulang ke rumah masing-masing.
Makasih buat yang setia menanti upnya. Maaf terlalu lama 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 188 Episodes
Comments