Setelah melewati sandiwara jalanan di pagi hari, akhirnya Aisyah sampai di sekolah. Hampir saja telat. Karena sesampainya di depan pagar sekolah, Pak Satpam sudah bersiap menutup gerbang sekolah.
Sepeda diletakan di parkir sekolah yang kebanyakan diisi oleh motor. Aisyah menyusuri teras kelas sambil mencari ruang kelasnya. Tak perlu waktu lama dia menemukan kelas XA. Aisyah masuk dan clingukan mencari tempat duduk. Dilihatnya satu bangku kosong urutan nomer dua dari belakang. Aisyah berjalan menuju bangku kosong itu.
Kok cowok sih, batin Aisyah saat sudah dekat dengan bangku itu. "Apa di sini kosong?"
"Iya," jawab cowok itu.
"Bolehkah aku duduk di sini?" tanya Aisyah lagi.
"Silahkan." Cowok itu mempersilahkan Aisyah duduk.
"Cie ... dapat temen sebangku cewek nih." Sorak teman di sekelilingnya.
"Hush ... apaan sih." Cowok itu memukul lengan cowok di belakangnya.
Ya tuhan ... apa salahku sehingga aku dapat tempat duduk sebangku dengan cowok, batin Asyah melirik cowok di sampingnya.
Tet...
Bel masuk sekolah berbunyi. Tak beberapa lama dua anggota OSIS masuk ke dalam kelas. Mereka memberi aba-aba kepada semua murid agar menuju lapangan dengan membawa tugas mereka.
Di lapangan, semua murid berbaris tiga berkelompok sesuai kelas masing-masing. Aisyah berada di tengah baris bersama dua teman baru yang duduk di depannya, Putri dan Indah. Ya, itu nama teman baru Aisyah yang dia kenal saat berjalan menuju lapangan.
"Adik-adik, keluarkan semua tugas kalian." Suara kakak OSIS terdengar melalui pengeras suara.
Semua siswa baru menyiapkan perlengkapan mereka. Para pembina OSIS mengecek satu per satu kelengkapan mereka. Kini sampai di bagian Aisyah untuk di cek kelengkapannya.
"Mana roti tiga rasanya?" tanya kakak OSIS.
"Ini." Dengan ragu Aisyah mengeluarkannya. Pasalnya, dia mencari roti tiga rasa kemanapun tidak menemukannya. Akhirnya, gadis itu membuat roti tawar yang diisi selai dengan tiga rasa.
Pembina OSIS mengernyitkan dahi sambil menggelengkan kepala. Dia berlalu dari hadapan Aisyah.
"Huh ...." Hembus nafas Aisyah lega. "Untung tidak dimarahi."
Siang itu kegiatan Masa Orientasi Siswa ( MOS ) selesai. Melalui pengeras suara, kakak ketua OSIS mengumumkan apa saja yang akan dibawa besok. Kemudian semua siswa bubar masuk ke dalam kelas masing-masing.
"Ini kok sulit banget teka-tekinya," ucap Putri yang berada di bangku depan Aisyah sambil tubuhnya menghadap ke belakang.
Mereka memang disuruh berdiskusi untuk memecahkan teka-teki apa saja yang harus dibawa besok. Aisyah, Putri dan Indah berdiskusi. Karena teman sebangku Aisyah cowok, dia berdiskusi dengan teman cowok yang ada di belakang.
Minuman para lelaki. Hmm ... apa ya? batin Indah. "Extrajos bukan minumannya?" celetuknya.
"Kok bisa?" tanya Aisyah.
"Extrajos kan minuman para lelaki. Kayak yang di iklannya," jelas Indah.
"Bener juga." Setuju Putri. "Terus makanannya ... anak paling berharga nomer satu. Hmm ...."
Mereka berfikir keras untuk mencari jawaban teka-teki itu.
Anak nomer satu kan anak sulung. Mana ada makanan sulung, pikir Putri.
"Anak mas bukan?" cetus Aisyah.
"Anak mas? Hmm ... betul juga. Anak nomer satu emas." Indah girang sambil menepuk lengan Putri.
"Apa kalian sudah menemukan jawabannya?" tanya Ari teman sebangku Aisyah setelah mendengar kegaduhan mereka. Aisyah mengangguk dan tersenyum manis.
"Kasih tau dong." Ari tersenyum dengan mata memohon.
"Enak aja," kata Indah.
"Kok pelit sih." Ari memajukan bibirnya tanda tak suka dengan jawaban Indah.
"Aisyah, kasih tau ya ... ya ...." Ari menaik turunkan alinya sambil nyengir.
Karena rayuan ari yang terus menerus, akhirnya Aisyah menyerah. Dia memberi tahu jawabannya. Ari sangat senang tak terkira.
“Terimakasih, kamu baik deh,” ucap Ari sambil mencubit kedua pipi Aisyah.
“Aduh ... sakit.” Aisyah mengelus pipinya yang agak kemerahan.
“Ih ... kok main cemol tuh pipi orang sih,” protes Indah agak tidak suka.
“Maaf.” Ari meringis sambil menangkupkan kedua tangannya.
Akhirnya waktu pulang sekolahpun tiba. Sesampainya di rumah, Aisyah segera pergi ke warung untuk membeli perlengkapan buat besok. Setelah mendapatkan semuanya, Aisyah segera pulang.
“Ais!” seru Bu Siti dari arah dapur.
Aisyah meletakkan bungkusan itu di atas meja ruang tamu dan bergegas menghampiri ibunya.
“Ada apa, Bu?” tanya Aisyah.
“Itu cabenya diulek,” ucap Bu Siti sambil menunjuk ke arah cabe yang telah digoreng.
“Mau buat sambal apa, Bu?” Tangan mungilnya dengan lihai mengulek cabe.
“Sambal tomat. Itu tomatnya,” ucap Bu Siti menunjuk tomat yang baru ditiriskan. “Ibu masak sayur sop dan goreng tempe sama tahu,” sambungnya.
Setelah selesai semua. Satu keluarga sederhana itu makan malam bersama. Mereka makan makanan sederhana itu dengan nikmatnya. Sayur sop walau hanya sayurnya saja tanpa diberi embel-embel apapun, habis tak tersisa. Keluarga itu mensyukuri dengan kenikmatan itu.
Makan malam pun berakhir. Semua anggota keluarga beranjak dari meja makan. Aisyah membantu ibunya membereskan meja makan. Setelah semuanya beres, Aisyah bergegas menuju ruang tamu untuk mengambil barang yang dibelinya tadi.
Kriuk
Kriuk
Kriuk
Terdengar suara renyah di telinga Aisyah. Dia bergegas lari ke arah ruang tamu.
“Mas Fajar!” seru Aisyah.
“Ada apa, Dek. Kok teriak-teriak,” ucap Fajar dengan santainya masih melahap jajan itu.
“Itu punya Ais.” Aisyah berkacak pinggang sambil memonyongkan bibirnya.
“Oh ... nih.” Fajar mengulurkan jajanan itu ke Aisyah. “Tinggal dikit, Dek, maaf. Besok beli lagi ya.”
“Bukan masalah belinya. Tapi itu buat besok MOS. Besok beli, mana ada warung buka pagi-pagi. Enak saja mas ngomongnya.” Aisyah masih berdiri dan air mata menggenang di pelupuk matanya.
Aisyah berlari menuju kamar, mengunci pintu dan menjatuhkan diri di atas kasur yang sedikit keras karena terbuat dari kapuk. Dia tidak tahu besok harus bagaimana. Pasti akan kena hukuman pikirnya.
Karena melihat Aisyah yang berlari menuju kamar setalah adu mulut dengan Fajar, Bu Siti berjalan menghampiri Fajar.
"Kenapa, Jar?" tanya Bu Siti.
"Ini bu, jajanan Aisyah aku makan." Fajar memperlihatkan gigi-giginya.
"Kamu ini. Kenapa tidak tanya-tanya dulu. Kasihan tuh adikmu," ucap Bu Siti.
"Iya ... maaf, Bu." Fajar menangkupkan kedua tangannya.
Sebenarnya Fajar juga tidak bermaksud bertengkar dengan Aisyah. Pria itu benar-benar tidak tahu kalau jajanan yang dia makan adalah untuk tugas MOS Aisyah. Fajar sungguh menyesal karena telah memakannya.
"Jam segini warung sudah pada tutup. Gimana adikmu besok," ujar Bu Siti.
Bu Siti memcoba membela Aisyah, karena dilihatnya Fajarlah yang bersalah. Tanpa bertanya dulu, Fajar telah memakan jajanan milik Aisyah. Fajar pun terus menundukan kepala.
Di dalam kamar, Aisyah mendengar sayup-sayup kakaknya yang dimarahi sang ibu. Walaupun begitu Aisyah masih saja jengkel dan air mata terus mengalir. Aisyah sesenggukan hingga terasa sesak dadanya. Gadis itu takut jika besok harus menerima hukuman.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 188 Episodes
Comments