BAB 4. Kecelakaan

Riski bangkit dari posisinya. Dituntun motornya ke pinggir jalan.Ternyata Rizki sang kakak kelas lah yang telah menabrak Aisyah. Orang itu semakin mendekat dan semakin buyar pula pandangan Aisyah.

“Heh! Kalau nyebrang lihat-lihat dong!” bentak Rizki.

“Ma-maaf Kak,” ucap Aisyah yang masih menahan kesadarannya dan hendak berdiri.

BUG

Akhirnya Aisyah tidak sadarkan diri. Rizki panik mengangkat tubuh mungil Aisyah. Untung saja ada klinik di dekat situ. Riski membawa masuk Aisyah ke dalam klinik.

Setelah melakukan tindakan pada Aisyah. Dokter pun memanggil Rizki untuk masuk ke dalam ruangan.

“Gimana, Dok, keadaannya?” tanya Rizki datar.

“Dia tidak apa-apa. Cuma syok ringan. Sekarang sudah sadar dan boleh pulang,” jelas dokter.

“Terima kasih, Dok,” ucap Rizki.

"Ini resepnya." Dokter memberikan secarik kertas yang berisikan resep obat.

Rizki melihat Aisyah yang memegangi kepalanya yang masih pusing. Rizki mendekat.

“Kamu yang salah, aku yang repot,” ucap Rizki ketus.

“Maaf Kak. Dan terima kasih,” ucap Aisyah sambil menundukan kepala.

 

“Hmm ... Ayo kita keluar tebus obat dulu," ajak Rizki dan memapah Aisyah keluar.

Mereka pergi ke kasir untuk menebus obat. Rizki memberikan kertas resep lalu menghampiri Aisyah yang sudah duduk di kursi tunggu.

“Sepedaku gimana, Kak?” tanya Aisyah.

“Sepeda kamu tadi kayaknya ada yang bawa ke bengkel,” jelas Rizki dan diangguki Aisyah.

Setelah keheningan beberapa saat, terdengar suara Aisyah dipanggil. Rizki berdiri lalu berjalan untuk mengambil obat itu. Semua biaya perawatan ditanggung oleh Rizki. Setelah semuanya selesai, Rizki dan Aisyah keluar dari klinik itu. Rizki berjalan menuju parkir untuk mengambil motor. Cowok itu memasukan kunci motor lalu menungganginya. Dia berhenti di depan pintu klinik.

Aisyah dengan tertatih berjalan melewati Rizki. Dia hendak menuju bengkel tempat sepedanya dititipkan. Tiba-tiba Rizki berseru.

“Hei! Mau kemana kamu?” tanya Rizki.

“Ambil sepeda,” jawab Aisyah singkat.

“Dengan luka kayak gitu kamu mau pulang naik sepeda? Nanti kalau jatuh lagi gimana? Kasihan orang tuamu nanti khawatir. Ayo aku antar,” ajak Rizki sambil menepuk jok belakangnya.

“Tapi sepedaku?” Aisyah berusaha menolak. Aisyah malu karena selama ini belum ada yang mengantarnya pulang.

“Urus saja besok,” ucap Rizki.

Aisyah mengangguk pelan lalu duduk di belakang Rizki. Aisyah nampak kaku membonceng Rizki. Tangannya memegang besi di belakang dengan kuat.

“Kok tidak pegangan. Nanti jatuh loh,” ucap Rizki.

“Udah nih,” ucap Aisyah.

“Mana? Kok tidak terasa dipegang.”

“Kan pegangan besi di belakang,” kata Aisyah sambil mengencangkan pegangannya.

Rizki hanya menggelengkan kepalanya.

Setelah memberi tahu di mana rumahnya, akhirnya Aisyah sampai di halaman rumahnya. Aisyah turun dari sepeda motor Rizki. Ibu Siti yang sedang mengangkat jemuran melihat anaknya pulang dengan dahi ditembel segera menaruh pakain kering itu di keranjang. Ibu Siti berlari kecil menuju Aisyah.

“Kamu kenapa, Is?” tanya ibu Siti panik.

“Tadi jatuh, Bu. Tapi tidak apa-apa kok. Ini juga sudah diobati. Besok pasti sembuh,” jelas Aisyah.

Mereka bertiga berjalan menuju teras rumah dan duduk di sana.

“Terima kasih ya, Nak, telah mengantarkan anak saya pulang. Tunggu sebentar ya, ibu buatin teh dulu,” ucap bu Siti.

“Sama-sama, Bu. Tidak usah repot-repot. Sudah sore, aku mau langsung pulang saja. Permisi.” Rizki menjabat tangan bu Siti lalu meninggalkan rumah itu.

Aisyah dan bu Siti memasuki rumahnya. Aisyah menuju kamarnya mengambil pakaian ganti dan bergegas menuju kamar mandi satu-satunya di rumah itu di dekat dapur. Setelah mandi, Aisyah duduk di ruang makan yang sekaligus sebagai ruang keluarga. Saat sore begini, Aisyah suka nonton acara reality show di TV.

“Is, tidak membantu ibu kamu?” tanya Fajar sambil menepuk lengan Aisyah.

“Ist ... Mas Fajar. Tidak lihat apa Ais lagi sakit.” Aisyah menengok ke sumber suara sambil mengelus lengannya yang sakit.

“Kamu kenapa?” tanya nya lagi.

“Ais tadi jatuh. Jidat Ais kena stang sepeda,” jelas Aisyah.

Fajar memeriksa kening Aisyah. “Tidak retak, kan? Kasihan mas Fajar, 'kan nanti kalau harus cari tukang las buat ngrapetin jidatmu yang retak.”

“Apaan sih, Mas Fajar. Masak do’ain adiknya kayak gitu,” protes Aisyah.

“Tidak kok, cuma bercanda. Gitu aja marah,” ucap Fajar.

“Bercandanya tidak asik. Ini semua gara-gara Mas Fajar kemarin.” Aisyah menggerutu.

"Eh ... kok mas? Jatuh sendiri malah mas yang disalahin," protes Fajar.

"Memang iya. Mas makan jajanan aku, seharian ini aku jadi sial. Tadi udah dihukum ngebersihin sekolah gara-gara tidak bawa tugasnya, terus ban kempes dan ini," tunjuk Aisyah pada jidatnya.

"Semua gara-gara Mas Fajar." Aisyah menyilangkan tangan di dada.

"Iya deh.. maaf, Adik kecilku." Fajar menarik kepala Aisyah masuk kedalam pelukannya.

Aisyah membiarkannya. Hanya dengan keluarganya dia berani bermanja seperti itu. Apalagi dengan kakaknya itu. Mereka sangat dekat.

“Tadi Mbak Ais di antar cowok lo, Mas,” ucap Bagas yang tiba-tiba muncul dari arah belakang rumah.

“Apa?!” pekik Fajar. “Baru dua hari masuk sekolah sudah punya pacar?” lanjutnya.

“Bukan pacar, Mas. Dia tuh yang tadi nabrak aku,” jelas Aisyah mencibikan bibirnya.

“Jadi, kamu sebenarnya jatuh apa ketabrak nih?” tanya Fajar.

Aisyah menjelaskan semua kejadian waktu itu. Fajar dan Bagas mendengarkan dengan seksama. Mereka berdua manggut-manggut mendengar penjelasan Aisyah.

"O ... ," ucap Fajar dan bagas berbarengan.

"Jadi besok Mas Fajar antar Ais berangkat sekolah ya," pinta Aisyah.

"Siap tuan putri." Fajar melipat tangan kiri di perut dan tangan kanan terentang. Kemudian membungkukkan badan. Seperti pengawal yang hormat pada tuan putri.

"Assalamualaikum ...."

Terdengar ucapan salam dari luar. Mereka bertiga menoleh ke arah sumber suara.

"Bapak sudah pulang," ucap Bagas seraya meraih tangan sang ayah dan menciumnya.

Pak Man memberikan cangkul yang dia pegang dan topi kepada Bagas. Dibawanya cangkul itu ke belakang untuk disimpan.

Fajar meraih tangan pak Man dan menciumnya kemudian Aisyah.

"Kamu kenapa, Is?" tanya sang pak Man khawatir.

"Jatuh, Pak. Tapi sudah tidak apa-apa kok. Sudah dibawa ke klinik," jelas Aisyah.

"Syukurlah. Lain kali hati-hati ya." Pak Man berjalan menuju ke belakang.

Dilain tempat rumah berlantaikan dua, seorang seorang pemuda sedang mengelus-elus motornya yang lecet.

"Untung tadi aku naiknya pelan, jadi cuma lecet doang. Coba kalau ngebut, bisa abis semuanya," ucap Rizki pelan.

Tuk

Tuk

Tuk

Suara langkah kaki menuju ke arah pemuda itu.

"Kenapa kamu, Ris?" tanya seorang laki-laki gagah dengan pakaian rapi layaknya orang kantoran itu.

"Habis jatuh tadi, Yah. Tuh cewek nyebrang tidak lihat-lihat sih. Untung naikku pelan. Jadi cuma lecet doang. Ayah baru pulang?" tanya Rizki balik.

"Iya. Lumayan dapat proyek baru," jawab ayah melihatkan gigi-giginya.

"Wah ... bisa beli hp baru nih." Rizki menaik-naikan kedua alisnya.

"Kamu ini." Sang ayah melenggang meninggalkan Rizki.

Rizki berlari mengejar ayahnya. Mencoba merayu. Karena hp Rizki sudah lemot. Terlalu banyak aplikasi game yang dia simpan.

Sehabis magrib, di rumah Aisyah, dia dan bu Siti menata meja makan. Mengeluarkan semua hidangan malam ini. Semua anggota keluarga sudah duduk di tempat masing.

Di meja makan terhidang nasi putih, daun singkong rebus, sambal terasi dan tempe goreng. Makanan itu sungguh nikmat. Mereka makan dengan khidmat.

Selesai makan dan merapikannya. Aisyah menuju kamar. Dia menata perlengkapan sekolah buat besok agar tidak lupa. Tugas MOS besok sudah tersedia semua, Fajar yang menyediakan. Itu sebagai penebus kesalahan Fajar kemarin.

Maaf, up nya lama 🙏

Doain ya biar saya up nya cepet. 😊

Episodes
1 BAB I. Bedak tepung
2 BAB 2. Tugas MOS Aisyah
3 Bab 3. Hukuman
4 BAB 4. Kecelakaan
5 BAB 5. Bolos
6 BAB 6. Cemburu
7 BAB 7. Tanda-tanda dari Wulan
8 BAB 8 . Riski punya pacar
9 Bab 9. Aisyah jahil juga
10 Bab 10. Perpustakaan daerah
11 Bab 11. Riski lagi
12 Bab 12. Galau
13 Bab 13. Saran Aisyah
14 Bab 14. Kecemburuan Wulan
15 Bab 15. Jodoh
16 Bab 16. Sungguh Ari
17 Bab 17. Belum ada cinta
18 Bab 18. Kelas baru
19 Bab 19. Pertemuan Fajar dan Indah
20 Bab 20. Ancaman
21 Bab 21. Teror
22 Bab 22. Pelaku tertangkap
23 Bab 23. Gara-gara hujan
24 Bab 24. Cemas
25 Bab 25. Nikah?
26 Bab 26. Permintaan Riski
27 Bab 27. Takut
28 Bab 28. Penentuan tanggal
29 Bab 29. Salah paham
30 Bab 30. Ditolak
31 Bab 31. Sah
32 Bab 32. Inikah pengantin baru?
33 Bab 33. Korban sinetron
34 Bab 34. Kangen
35 Bab 35. Jangan cintai aku
36 Bab 36. Face shield
37 Bab 37. Tengah malam
38 Bab 38. Kehangatan keluarga
39 Bab 39. Hadiah pertama Riski
40 Bab 40. Perubahan wajah Aisyah
41 Bab 41. Tak tahan
42 Bab 42. Hamil?
43 Bab 43. High heels
44 Bab 44. Suasana keluarga baru
45 Bab 45. Pengakuan Riski
46 Bab 46. Pisah Ranjang
47 Bab 47. Aisyah kabur?
48 Bab 48. Kedok Laela terbongkar
49 Bab 49. Riski kesetanan
50 Bab 50. Vera datang
51 Bab 51. Sikap Riski terhadap Vera berubah
52 Bab 52. Cinta Riski
53 Bab 53. Pembantu
54 Bab 54. Aneh
55 Bab 55. Mati lampu
56 Bab 56. Akhirnya lega
57 Bab 57. Tak terduga
58 Bab 58. Riski cinta Aisyah?
59 Bab 59. Kejadian tadi pagi
60 Bab 60. Riski menyebalkan
61 Bab 61. Komentar misterius
62 Bab 62. Kecurigaan Vera
63 Bab 63. Bukan Bunda
64 Bab 64. Semakin pusing
65 Bab 65 Kepergian Vera
66 Bab 66. Tiba-tiba berubah
67 Bab 67. Status tak jelas
68 Bab 68. Sebuah pesan
69 Bab 69. Makan malam dengan Vera
70 Bab 70. Perangkap
71 Bab 71. Kekhawatiran Aisyah
72 Bab 72. Riski tak terima
73 Bab 73. Riski selamat
74 Bab 74. Ancaman
75 Bab 75. Kabar buruk
76 Bab 76. Mandul
77 Bab 77. Dilema
78 Bab 78. Konferensi meja makan
79 Bab 79. Pulang
80 Bab 80. Dukungan keluarga
81 Bab 81. Di toko tas
82 Bab 82. Gagal
83 Bab 83. Masa lalu
84 Bab 84. Makanan Sapi
85 Bab 85. Obat
86 Bab 86. Konsultasi
87 Bab 87. Aisyah pergi
88 Bab 88. Perpisahan
89 Bab 89. Dia
90 Bab 90. Pulang sendiri
91 Bab 91. Teguran Bu Bos
92 Bab 92. Dijemput
93 Bab 93. Minta sarapan
94 Bab 94. Jalan-jalan
95 Bab 95. Jadi canggung
96 Bab 96. Tak mungkin
97 Bab 97. Tak ada kabar
98 Bab 98. Pria Playboy
99 Bab 99. David Namanya
100 Bab 100. Terapi
101 Bab 101. Lahiran
102 Bab 102. Terungkap
103 Bab 103. Frustasi
104 Bab 104. Penggemar Ari
105 Bab 105. Penyesalan
106 Bab 106. Kompensasi
107 Bab 107. Ari Vs Riski
108 Bab 108. Makan Malam dengan David
109 Bab 109. Pulang
110 Bab 110. Dirayu David
111 Bab 111. Gagal
112 Bab 112. Risau
113 Bab 113. Lagi
114 Bab 114. Saran Indah
115 Bab 115. Noda kecap
116 Bab 116. Jawaban
117 Bab 117. Kata cinta David
118 Bab 118. Kejutan pagi
119 Bab 119. Bingkisan untuk Aisyah.
120 Bab 120. Adu jambak
121 Bab 121. Jalan-jalan lagi.
122 Bab 122. Sang Nenek
123 Bab 123. Transferan
124 Bab 124. Ancaman
125 Bab 125. Sakit hati
126 Bab 126. Janji
127 Bab 127. Denok
128 Bab 128. Tak perlu dijelaskan
129 Bab 129. Bayang-bayang
130 Bab 130. Menikmati kesendirian
131 Bab 131. Beasiswa dicabut.
132 Bab 132. Nasehat Nenek.
133 Bab 133. Nihil
134 Bab 134. Ejekan orang
135 Bab 135. Minta maaf
136 Bab 136. Minta bantuan
137 Bab 137. Digoda
138 Bab 138. Perubahan
139 Bab 139. Jadian
140 Bab 140.
141 Bab 141. Suduk'en
142 Bab 142. Nomor tanpa Nama
143 Bab 143. Cemburu.
144 Bab 144. Singa Ngamuk.
145 Bab 145. Bukan Perjanjian Hati
146 Bab 145. Bukan Perjanjian Hati
147 Bab 146. Nenek
148 Bab 147. Baikkan.
149 Bab 148. Satu Lawan Lima
150 Bab 149. Penuh Luka
151 Bab 150. Tanda Merah
152 Bab 151. Traktiran Kartu Baru
153 Bab 152. Nonton
154 Bab 153. Perasaan Aisyah
155 Bab 154. Kangen
156 Bab 155. Keputusan
157 Bab 156. Bertemu
158 Bab 157. Makan dengan Riski
159 Bab 158. Di Antara Dua Pilihan
160 Bab 159. Wisuda
161 Bab 160. Berpisah
162 Bab 161. Tempat Makan Baru
163 Bab 162. Ayah, Bunda
164 Bab 163. Jangan Berubah
165 Bab 164. Gara-gara Dia
166 Bab 165. Berkumpul
167 Bab 166. Sembunyi
168 Bab 167. Kembali ke Tanah Air
169 Bab 168. Dibawa Pergi
170 Bab 169. Sebuah Kotak
171 Bab 170. Negosiasi
172 Bab 171. Wisuda Aisyah
173 Bab 172. Balas Dendam
174 Bab 173. Kesuksesan
175 Bab 174. Bertemu Dua Keluarga
176 Bab 175. Perjodohan
177 Bab 176. Lamaran Yang ke Dua
178 Bab 177. Kecewa
179 Bab 178. Mengumpulkan Keberanian
180 Bab 179. Lamaran
181 Bab 180. Kekecewaan Dua Hati
182 Bab 181. Perih di Pernikahan
183 Bab 182. Kelopak Bunga di Ranjang
184 Bab 183. Goal
185 Bab 184. Sebuah Fakta Terungkap
186 Bab 185. Bonus Ch, Kecelakaan
187 Pengumuman Karya Baru Author
188 Novel Baru --> Sekadar Pelindung
Episodes

Updated 188 Episodes

1
BAB I. Bedak tepung
2
BAB 2. Tugas MOS Aisyah
3
Bab 3. Hukuman
4
BAB 4. Kecelakaan
5
BAB 5. Bolos
6
BAB 6. Cemburu
7
BAB 7. Tanda-tanda dari Wulan
8
BAB 8 . Riski punya pacar
9
Bab 9. Aisyah jahil juga
10
Bab 10. Perpustakaan daerah
11
Bab 11. Riski lagi
12
Bab 12. Galau
13
Bab 13. Saran Aisyah
14
Bab 14. Kecemburuan Wulan
15
Bab 15. Jodoh
16
Bab 16. Sungguh Ari
17
Bab 17. Belum ada cinta
18
Bab 18. Kelas baru
19
Bab 19. Pertemuan Fajar dan Indah
20
Bab 20. Ancaman
21
Bab 21. Teror
22
Bab 22. Pelaku tertangkap
23
Bab 23. Gara-gara hujan
24
Bab 24. Cemas
25
Bab 25. Nikah?
26
Bab 26. Permintaan Riski
27
Bab 27. Takut
28
Bab 28. Penentuan tanggal
29
Bab 29. Salah paham
30
Bab 30. Ditolak
31
Bab 31. Sah
32
Bab 32. Inikah pengantin baru?
33
Bab 33. Korban sinetron
34
Bab 34. Kangen
35
Bab 35. Jangan cintai aku
36
Bab 36. Face shield
37
Bab 37. Tengah malam
38
Bab 38. Kehangatan keluarga
39
Bab 39. Hadiah pertama Riski
40
Bab 40. Perubahan wajah Aisyah
41
Bab 41. Tak tahan
42
Bab 42. Hamil?
43
Bab 43. High heels
44
Bab 44. Suasana keluarga baru
45
Bab 45. Pengakuan Riski
46
Bab 46. Pisah Ranjang
47
Bab 47. Aisyah kabur?
48
Bab 48. Kedok Laela terbongkar
49
Bab 49. Riski kesetanan
50
Bab 50. Vera datang
51
Bab 51. Sikap Riski terhadap Vera berubah
52
Bab 52. Cinta Riski
53
Bab 53. Pembantu
54
Bab 54. Aneh
55
Bab 55. Mati lampu
56
Bab 56. Akhirnya lega
57
Bab 57. Tak terduga
58
Bab 58. Riski cinta Aisyah?
59
Bab 59. Kejadian tadi pagi
60
Bab 60. Riski menyebalkan
61
Bab 61. Komentar misterius
62
Bab 62. Kecurigaan Vera
63
Bab 63. Bukan Bunda
64
Bab 64. Semakin pusing
65
Bab 65 Kepergian Vera
66
Bab 66. Tiba-tiba berubah
67
Bab 67. Status tak jelas
68
Bab 68. Sebuah pesan
69
Bab 69. Makan malam dengan Vera
70
Bab 70. Perangkap
71
Bab 71. Kekhawatiran Aisyah
72
Bab 72. Riski tak terima
73
Bab 73. Riski selamat
74
Bab 74. Ancaman
75
Bab 75. Kabar buruk
76
Bab 76. Mandul
77
Bab 77. Dilema
78
Bab 78. Konferensi meja makan
79
Bab 79. Pulang
80
Bab 80. Dukungan keluarga
81
Bab 81. Di toko tas
82
Bab 82. Gagal
83
Bab 83. Masa lalu
84
Bab 84. Makanan Sapi
85
Bab 85. Obat
86
Bab 86. Konsultasi
87
Bab 87. Aisyah pergi
88
Bab 88. Perpisahan
89
Bab 89. Dia
90
Bab 90. Pulang sendiri
91
Bab 91. Teguran Bu Bos
92
Bab 92. Dijemput
93
Bab 93. Minta sarapan
94
Bab 94. Jalan-jalan
95
Bab 95. Jadi canggung
96
Bab 96. Tak mungkin
97
Bab 97. Tak ada kabar
98
Bab 98. Pria Playboy
99
Bab 99. David Namanya
100
Bab 100. Terapi
101
Bab 101. Lahiran
102
Bab 102. Terungkap
103
Bab 103. Frustasi
104
Bab 104. Penggemar Ari
105
Bab 105. Penyesalan
106
Bab 106. Kompensasi
107
Bab 107. Ari Vs Riski
108
Bab 108. Makan Malam dengan David
109
Bab 109. Pulang
110
Bab 110. Dirayu David
111
Bab 111. Gagal
112
Bab 112. Risau
113
Bab 113. Lagi
114
Bab 114. Saran Indah
115
Bab 115. Noda kecap
116
Bab 116. Jawaban
117
Bab 117. Kata cinta David
118
Bab 118. Kejutan pagi
119
Bab 119. Bingkisan untuk Aisyah.
120
Bab 120. Adu jambak
121
Bab 121. Jalan-jalan lagi.
122
Bab 122. Sang Nenek
123
Bab 123. Transferan
124
Bab 124. Ancaman
125
Bab 125. Sakit hati
126
Bab 126. Janji
127
Bab 127. Denok
128
Bab 128. Tak perlu dijelaskan
129
Bab 129. Bayang-bayang
130
Bab 130. Menikmati kesendirian
131
Bab 131. Beasiswa dicabut.
132
Bab 132. Nasehat Nenek.
133
Bab 133. Nihil
134
Bab 134. Ejekan orang
135
Bab 135. Minta maaf
136
Bab 136. Minta bantuan
137
Bab 137. Digoda
138
Bab 138. Perubahan
139
Bab 139. Jadian
140
Bab 140.
141
Bab 141. Suduk'en
142
Bab 142. Nomor tanpa Nama
143
Bab 143. Cemburu.
144
Bab 144. Singa Ngamuk.
145
Bab 145. Bukan Perjanjian Hati
146
Bab 145. Bukan Perjanjian Hati
147
Bab 146. Nenek
148
Bab 147. Baikkan.
149
Bab 148. Satu Lawan Lima
150
Bab 149. Penuh Luka
151
Bab 150. Tanda Merah
152
Bab 151. Traktiran Kartu Baru
153
Bab 152. Nonton
154
Bab 153. Perasaan Aisyah
155
Bab 154. Kangen
156
Bab 155. Keputusan
157
Bab 156. Bertemu
158
Bab 157. Makan dengan Riski
159
Bab 158. Di Antara Dua Pilihan
160
Bab 159. Wisuda
161
Bab 160. Berpisah
162
Bab 161. Tempat Makan Baru
163
Bab 162. Ayah, Bunda
164
Bab 163. Jangan Berubah
165
Bab 164. Gara-gara Dia
166
Bab 165. Berkumpul
167
Bab 166. Sembunyi
168
Bab 167. Kembali ke Tanah Air
169
Bab 168. Dibawa Pergi
170
Bab 169. Sebuah Kotak
171
Bab 170. Negosiasi
172
Bab 171. Wisuda Aisyah
173
Bab 172. Balas Dendam
174
Bab 173. Kesuksesan
175
Bab 174. Bertemu Dua Keluarga
176
Bab 175. Perjodohan
177
Bab 176. Lamaran Yang ke Dua
178
Bab 177. Kecewa
179
Bab 178. Mengumpulkan Keberanian
180
Bab 179. Lamaran
181
Bab 180. Kekecewaan Dua Hati
182
Bab 181. Perih di Pernikahan
183
Bab 182. Kelopak Bunga di Ranjang
184
Bab 183. Goal
185
Bab 184. Sebuah Fakta Terungkap
186
Bab 185. Bonus Ch, Kecelakaan
187
Pengumuman Karya Baru Author
188
Novel Baru --> Sekadar Pelindung

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!