°°°
Di perusahaan terbesar di negara S, seorang wanita sedang membantu atasannya untuk memimpin rapat. Pekerjaannya yang bagus dan sangat bisa diandalkan membuatnya sangat dipercaya oleh atasannya.
Mia Khalisa, seorang wanita berusia tiga puluh lima tahun. Bekerja di perusahaan Star company sebagai sekretaris CEO perusahaan itu. Sudah hampir sepuluh tahun dia bekerja di tempat itu, selama itu juga dia mengabdikan dirinya sepenuhnya untuk perusahaan. Pengorbanan dan dedikasi seorang Mia lah yang mampu membuatnya di percaya oleh atasannya.
Mia sedang berada di dalam ruangan CEO untuk melaporkan hasil rapat tadi.
"Bagus, kamu memang selalu bisa diandalkan," puji sang CEO yang tak lain adalah Alex Starles ayah dari Daniel Starles.
"Terimakasih Tuan, nanti anda ada pertemuan dengan investor dari negara P untuk membahas proyek pertambangan kita yang baru." Mia mengingatkan atasannya karena memang itu tugasnya sebagai sekretaris.
"Baiklah, nanti kamu tolong temani," ujar tuan Alex.
"Baik Tuan, saya permisi dulu." Mia yang sudah selesai dengan laporannya segera undur diri untuk kembali ke ruangannya.
"Tunggu Mia," ujar tuan Alex mencegah Mia yang hendak keluar dari ruangan itu.
"Apa ada lagi Tuan?" tanya Mia.
"Tolong kamu besok jemput putraku di bandara. Mungkin dia akan akan mendarat sekitar pukul tujuh pagi. Kamu bisa kan?" tanya tuan Alex.
"Tentu Tuan, besok saya akan menjemput tuan muda." Mia menyanggupi perintah dari atasannya, ya selain mengiyakan bukankah tidak ada pilihan lain untuknya. Sebagai bawahan Mia harus patuh dan siap akan segala perintah atasan. Dia tidak pernah pilih-pilih mengenai pekerjaan.
"Baguslah, kau bisa kembali ke ruangan mu."
Mia pun meninggalkan ruangan atasannya dan kembali ke meja kerjanya yang berada tidak jauh dari ruangan CEO tentunya.
Mia meletakkan setumpuk pekerjaannya di atas meja. Sedikit menyenderkan punggungnya untuk merilekskan tubuhnya sebentar. Bekerja sebagai sekretaris tidak semudah yang orang lain lihat. Bayangan menjadi sekretaris yang hanya duduk manis dengan cantik sama sekali tidak ada pada Mia.
Diusianya yang sudah sangat matang ini, seharusnya tinggal diam di rumah mengurus anak dan keluarga, tapi Mia sama sekali belum memikirkan hal itu. Menjadi tulang punggung keluarga membuatnya harus bekerja keras untuk menghidupi keluarganya, ibu dan adiknya.
Sang ayah pergi entah kemana saat Mia beranjak remaja tapi Mia malah bersyukur laki-laki itu pergi karena kerjanya hanya mabuk-mabukan dan bermain judi. Setiap hari melampiaskan amarahnya pada sang ibu jika tidak bisa mendapatkan uang untuk judi. Mia sangat muak dengan ayahnya sendiri, untunglah laki-laki itu tidak pernah lagi pulang semenjak Mia mengancam akan melaporkannya pada polisi.
Setelah kepergian ayahnya tak lantas membuat hidup Mia dan keluarga menjadi lebih baik. Dunia seakan hancur saat sang ibu di vonis menderita penyakit alzheimer. Mia harus berjuang keras mencari uang demi untuk berobat ibunya. Beruntung dia pintar dan mendapatkan beasiswa hingga ke jenjang sarjana.
Setelah lulus kuliah Mia bertekad melamar kerja di perusahaan besar agar mendapatkan gaji yang juga besar. Tentu demi ibunya. Saat itu tuan Alex kebetulan sedang mencari sekretaris dan Mia masuk dalam kandidat calon sekretaris.
Mia berjuang keras demi mendapatkan posisi itu dengan kemampuannya yang memang memiliki kepintaran. Hasilnya tuan Alex sangat menyukai kemampuan Mia yang mudah mengerti dengan sekali diajari dia bisa melakukannya dengan baik.
"Pagi Mia, pagi-pagi begini sudah suntuk aja itu muka. Ini kopi mu, americano tanpa gula," sapa salah satu staf kantor, dia Catty teman dekat Mia.
Setiap pagi dia tidak pernah absen untuk membawakan secangkir kopi untuk Mia.
"Terimakasih," ujar Mia, lalu dia mengambil kopi itu dan menyesapnya. Pahit memang tapi tidak sepahit hidupnya.
"Kenapa? Apa bos menyuruh hal yang aneh-aneh lagi?" tanya Catty sedikit berbisik karena tidak ingin ketahuan sedang membicarakan atasannya.
"Tidak ada, cuma tugas kecil saja. Besok mungkin aku akan datang terlambat tidak usah membelikan ku kopi." Mia kembali menyesap kopinya selagi panas, sedikit mengurangi rasa kantuknya.
"Kamu mau kemana, apa ada tugas di luar?" tanya Catty lagi yang selalu ingin tau.
"Aku mau menjemput anak Tuan Alex di bandara," jawabnya singkat karena masih menikmati kopinya.
"Maksudmu tuan muda Starles?"
Mia mengedipkan matanya mengiyakan tebakan Catty.
"Hai... kenapa kamu biasa saja yang mau kamu jemput itu tuan muda Daniel Starles. Pewaris tunggal Starles company, laki-laki tampan dan kaya." Catty sangat antusias menyebutkan tentang Daniel padahal dia sendiri belum pernah bertemu langsung hanya tau dari katanya, kata gosip yang tersebar di kantor itu.
"Aku harus apa? Dia juga manusia kan?" Mia acuh lebih memilih menikmati kopinya yang tak lagi panas.
"Kamu tau, seluruh wanita di perusahaan ini sangat menggilai nya. Secara siapa yang tidak ingin menjadi menantu tuan Alex. Aku kasih saran ya, besok kamu harus dandan yang cantik saat menjemputnya." Catty bergerak memutari meja mendekati temannya.
"Apa yang sedang kau lakukan, Cat?" Pekik Mia saat Catty melepaskan kacamata yang bertengger di hidungnya dan menarik pengait cepolan rambut yang membelenggu rambut indah milik Mia.
"Dengar, besok kamu tidak boleh memakai kacamata usang ini dan harus menggerai rambut indahmu ini. Come on Mia Khalisa, kamu itu cantik. Tidak perlu kamu berdandan seperti ini Mia, umurmu sudah kepala tiga. Kapan kamu akan mengakhiri masa lajang mu."
Catty benar mau sampai kapan, aku sendiri tapi terlalu banyak beban yang aku tanggung dan tidak ada laki-laki yang mau dengan wanita yang menanggung banyak beban. Mia dalam hatinya.
"Kembalikan Cat, dengarlah aku tidak butuh laki-laki. Aku masih bisa menghidupi diriku sendiri." Mia mengambil kembali kacamata yang ada di tangan Catty dan memasangnya kembali. Tidak lupa juga dia kembali menggulung rambutnya yang panjang.
"Kau butuh seseorang untuk bersandar Mia, kau tidak bisa selamanya sendiri. Sebagai teman aku hanya ingin melihat mu bahagia," ujar Catty.
"Aku paham Cat, cuma kamu yang memahami ku. Kalau aku kesepian nanti aku bisa menculik anakmu untuk menemani ku," balas Mia.
"Aahh tidak lagi, sudah cukup kamu membawanya setiap minggu. Ayahnya sampai mengeluh karena tidak bisa menghabiskan akhir pekan depan putranya sendiri." Catty melipat kedua tangannya, tentu wanita seumurannya memang sudah sewajarnya mempunyai anak.
"Kalian tinggal membuat satu lagi, saat aku membawa anakmu kalian kan punya banyak waktu untuk membuatnya," tukas Mia dengan gampangnya.
"Memang kamu pikir membuat anak segampang itu, kami juga harus memikirkan kedepannya. Masa depannya, biaya hidupnya dan untuk sekolahnya," protes Catty.
Kedua sahabat itu biasa saling ejek tapi sebenarnya mereka saling menyayangi. Mia selalu ada saat Catty membutuhkan begitupun sebaliknya.
°°°
Alur yang author buat memang selalu santai ya, jadi nggak tiba-tiba tidur satu ranjang 🙈
Jadi nikmati saja ceritanya 😘
Yuk like komen dan bintang lima.
Gomawo ❤️❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 227 Episodes
Comments
Marwan Mustofa
Di kantor Mia punya sahabat yg baik, Catty yg selalu menghibur dan mengingatkan nya agar segera menikah dan tempat saling berbagi sharing. Kalu ini dia mendorong agar saya bersikap elegan dan berusaha mengambil hati Daniel Starter menurut nya Daniel orangnya gagah menawan tampan dan kaya raya. Batin Mia, emang gampang merebut hari bondong, secara dia 25 aku 35, pikirnya sambil membuang angan-angan itu
2022-10-09
1
Marwan Mustofa
iyaaa iyaaa iyaaa
cucoooooooo'
👍👍👌
2022-10-09
1
Marwan Mustofa
Sementara itu di Star Company adalah perusahaan terbesar cri kota ini CEO nya seorang pria paruh baya yg ingin istirahat, agar perusahaan ini di kelola anak satu-satunya. Tapi tdk mudah untuk membujuknya. Daniel adalah anak lelakinya, dokter spesial yg gagah dan tampan. Hari ini mau pulang, dia memerintahkan sekretaris cantiknya Mila Khalisa yg sdh bekerja mendampinginya selama sepuluh tahun. Meski sudah berumur 35 th tapi betah ke jomblo demi kehidupan ibu dan adik yg telah ditinggalkan ayahnya yg penjudi dan pemabuk
2022-10-09
1