°°°
Seketika Daniel menjadi pusat perhatian di bandara itu. Kedatangannya disambut dengan tatapan mendamba dari kaum hawa.
Daniel yang sudah biasa dikerumuni wanita tampak biasa saja. Wajahnya memang sempurna, bahkan kalau dibandingkan dengan pria yang menjadi selingkuhan pacarnya dulu Daniel jauh lebih tampan. Tapi nyatanya wanita lebih suka yang ber-uang dari pada yang mengandalkan tampangnya saja.
"Dimana orang itu?" gumam Daniel mencari sekretaris ayahnya. Bahkan laki-laki atau perempuan saja dia tidak tau, ayahnya sungguh sangat membuatnya repot.
Daniel melangkah lebih dekat ke pintu keluar dengan tangan kanannya menyeret koper dan tangan kirinya memegang tas yang menggantung di pundaknya. Dia berjalan terus sambil melihat-lihat adakah orang suruhan ayahnya. Kalau memang tidak ketemu juga Daniel lebih memilih untuk mencari taksi saja.
Bola matanya tak sengaja menangkap seorang wanita yang sedang celingukan dengan papan nama besar di tangannya. Papan nama yang bertuliskan Dr. Daniel, tanpa nama belakangnya.
"Apa itu dia, sekretaris Daddy. Kuno sekali masih menggunakan papan nama tapi untunglah dia tidak menuliskan nama belakang ku."
Daniel pun berjalan mendekat ke arah wanita yang masih setia menunggu tuan mudanya dan anehnya dia sama sekali tidak melihat ke arah Daniel, dia masih melihat ke arah pintu keluar.
Tepat saat sudah di depan sang sekretaris ayahnya Daniel berhenti dan melambaikan tangannya agar wanita itu melihatnya.
Benar saja, Mia menatap ke arah Daniel. Sepersekian detik tatapan mereka saling bertemu, sampai lambaian tangan Daniel menyadarkan Mia dari keterpakuannya.
"Apa kau orang suruhan Daddy?" tanya Daniel.
Sementara Mia masih bingung dengan pertanyaan itu, siapa Daddy yang dimaksud oleh pria di depannya. Apa mungkin tuan Alex? pikirnya.
"Apa anda Tuan Daniel?" Mia balik bertanya.
"Kalau bukan kenapa aku ada di depanmu sekarang," jawab Daniel.
"Ohh... maaf Tuan, mari biar saya bawakan tasnya." Sebagai bawahan tentu Mia terbiasa refleks menawarkan jasa pada atasannya.
"Tidak usah, biar aku bawa sendiri. Bagaimana mungkin seorang laki-laki membiarkan wanita membawakan barang." Setelah berkata seperti itu Daniel berjalan lebih dulu, meninggalkan Mia yang mematung di tempatnya.
Merasa tidak ada yang mengikuti langkahnya, Daniel pun berbalik mencari sekretaris ayahnya.
"Apa kau mau diam di situ terus, aku tidak tau yang mana mobilnya."
"Ehh iya, maaf Tuan." Mia sedikit berlari untuk mengejar tuan mudanya yang sudah agak jauh darinya. "Mari Tuan, sebelah sini," ujar Mia menunjukkan di mana letak mobilnya.
Daniel membiarkan wanita itu jalan lebih dulu dan dia mengikutinya dari belakang.
"Penampilannya juga sangat kuno, kenapa selera Daddy buruk sekali. Dia tampak seperti ibu-ibu beranak empat. Bahkan ibu-ibu jaman sekarang saja tidak berpenampilan seperti itu." Gumam Daniel menilai penampilan sekretaris ayahnya dari bawah hingga atasnya, menurutnya penampilan wanita itu sangat ketinggalan jaman.
"Apa kau akan membawa itu pulang?" tanya Daniel yang saat ini mensejajarkan langkahnya dengan sekretaris Mia.
"Haa... apanya Tuan?" tanya Mia yang tidak tau apa yang dimaksud tuan mudanya.
"Itu, namaku," tunjuk Daniel pada papan nama yang masih di pegang oleh sekretaris Mia. "Apa kau mau membawa papan yang ada namaku pulang?" tanyanya lagi.
"Ha... tidak Tuan, nanti saya akan membuangnya di tempat sampah yang ada di depan." Mia sedikit gelagapan menjawabnya, dia memang tidak sadar masih memegang papan nama itu sejak tadi.
Daniel sedikit mengangkat ujung bibirnya, melihat tingkah sekretaris ayahnya yang tampak polos dan lugu.
Sampai di parkiran, Mia menunjukkan di mana letak mobilnya dan dengan sigap ia membukakan pintu belakang untuk tuan mudanya tapi anehnya laki-laki itu lebih memilih untuk duduk di kursi depan.
Mia tidak ambil pusing, setelah memasukan koper milik tuan mudanya. Dia segera menyusul masuk ke dalam mobil. Tanpa menunggu lama dia segera menjalankan mobilnya, meski agak canggung tapi dia mencoba menahan rasa gugupnya. Karena jujur baru kali ini dia duduk bersebelahan dalam satu mobil dengan pria yang belum ia kenal.
Sementara Daniel, dia memejamkan matanya. Rasa kantuk tiba-tiba kembali menyerangnya, mungkin karena jatlag akibat penerbangan tadi.
Mia fokus menatap jalanan, dia sama sekali tidak menoleh pada pria di sampingnya yang sedang terlelap dalam mimpi indahnya. Suasana di dalam mobil itu benar-benar sangat hening hingga mobil itu sampai di depan sebuah rumah mewah kediaman Tuan Starles.
Mia menghentikan mobilnya tepat di depan teras rumah itu. Sampai saat ini pun dia belum menyadari kalau pria itu tertidur.
"Kita sudah sampai Tuan," ujar Mia karena tuan mudanya tak kunjung turun dari mobilnya.
Tidak ada suara hingga memaksa Mia untuk menoleh dan mendapati laki-laki itu sedang tertidur pulas
"Huh... dia tertidur rupanya," ujar Mia dalam hatinya.
Tidak hanya sebentar Mia memandang wajah Daniel yang sedang tertidur. Dia malah keterusan melihatnya. Mia akui kalau wajah Daniel sangat tampan, sama sekali tidak ada cacat ataupun bekas jerawat. Mungkin karena perawatannya yang mahal atau memang wajahnya sudah tercetak sempurna dari lahir. Kalau mengingat wajah atasannya, ayahnya Daniel yang masih terlihat tampan diusianya yang tak lagi muda. Wajar saja kalau putranya juga tampan.
"Wajar saja dia sangat tampan kalau kedua orangtuanya saja sangat tampan dan cantik di usiannya yang tidak muda lagi," gumam Mia mengagumi kesempurnaan wajah laki-laki itu.
Keasyikan memandangi wajah Daniel hingga tanpa sadar, Mia meletakkan tangannya pada klakson mobil.
Tinnn...
Mia tersentak kaget sendiri dan segera membenarkan posisinya untuk kembali menghadap ke depan. Khawatir Daniel akan memergokinya yang sedang memandangnya.
Hoaammm...
Daniel menguap dan mulai membuka matanya.
"Apa sudah sampai? Kenapa tidak membangunkan ku," tanya Daniel.
"Sudah Tuan." Mana mungkin saya berani membangunkan anda Tuan, lanjutnya dalam hati.
Daniel pun segera turun di ikuti Mia yang menyuruh pelayan di sana untuk membawakan koper tuan mudanya. Setelahnya dia pamit untuk pergi ke kantor, tugasnya sudah selesai. Sang tuan muda sudah ia antarkan dengan selamat sampai rumahnya. Sekarang waktunya ia kembali dengan pekerjaannya.
"Saya permisi dulu Tuan." Mia membungkukkan tubuhnya.
"Hmmm..." Daniel yang sedang memandangi rumahnya yang sudah lama ia tinggal hanya berdehem untuk mengiyakan ucapan Mia.
"Eh kau, tunggu sebentar...," ujar Daniel kembali memanggil Mia.
"Iya Tuan, apa ada lagi yang ada butuhkan." Mia baru mau membuka pintu mobil pun menghentikan gerakannya.
"Tidak ada, aku hanya mau berterimakasih padamu, nona sekretaris. Terimakasih sudah menjemputku di bandara kemudian mengantarkan ku pulang dan terimakasih karena sudah membiarkan ku tidur di mobilmu."
"Sama-sama Tuan, itu sudah tugas saya. Kalau begitu saya permisi dulu." Mia segera memasuki mobil dan meninggalkan tempat itu.
Nona sekretaris... ada-ada saja panggilannya.
to be continue...
°°°
Ketemu juga akhirnya... kira2 jadi pasangan uwwuuu lagi nggak ya...
Like komen dan bintang lima 😍😍
Gomawo ❤️❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 227 Episodes
Comments
Murny
hehe
2023-04-26
0
Marwan Mustofa
iyaaa iyaaa iyaaa..
2022-10-09
1
Marwan Mustofa
Terima kasih Nona Sekertaris... itu kata yg teringat oleh Mia ketika di ucapkan Daniel tadi, sambil tersenyum sendiri
2022-10-09
1