°°°
Paginya, Mia sudah bersiap dengan penampilan seperti biasa. Menggunakan kemeja yang ia kancing kan hingga leher dan rok dengan panjang yang melebihi lutut. Tidak ketinggalan kacamata dan cepolan rambutnya.
Gayanya hampir sama setiap hari, hanya berganti-ganti warna atau model kemeja dan roknya.
Setelah memastikan penampilannya cukup rapi Mia segera membereskan tas kerjanya dan menyambar kunci mobilnya. Dia tidak ingin datang terlambat ke bandara karena belum tau bagaimana karakter anak bosnya itu seperti apa, jadi sebaiknya datang lebih awal saja untuk jaga-jaga.
"Mah, aku berangkat dulu," pamit Mia pada ibunya yang sedang memasak di dapur.
"Kamu belum sarapan sayang," teriak ibu Emma.
"Nanti aku sarapan di jalan, aku sudah terlambat mah. Aku pergi dulu." Mia menjawab ucapan ibunya sembari memakai sepatu hak tingginya. Setelah selesai dia langsung pergi meninggalkan ibunya yang menatapnya heran.
"Kenapa buru-buru sekali anak itu?" heran ibu Emma, karena biasanya putrinya pasti akan selalu sarapan sebelum pergi bekerja.
"Ada apa Mah?" Felice yang baru saja bangun dan keluar dari kamar kini berdiri di belakang ibunya, mengikuti arah pandang sang ibu yang masih menatap pintu keluar.
"Kau lihat, kakakmu pagi-pagi sekali sudah berangkat bekerja tapi kamu baru bangun." Terkadang mamah Emma juga bingung kenapa kakak beradik itu begitu beda sifatnya. Yang satu sangat rajin dan pekerja keras dan yang satunya lagi malas-malasan dan agak manja.
"Aku kan belum bekerja Mah, nanti kalau aku sudah bekerja aku akan bekerja keras seperti kak Mia." Felice duduk begitu saja di kursi meja makan, mengambil sandwich buatan mamahnya.
Plak!
"Mah, sakit...," gaduh Felice mengusap-usap punggung tangannya yang baru saja kena pukul mamahnya.
"Kamu itu baru bangun, belum cuci tangan dan gosok gigi. Jangan sentuh masakan mamah kalau belum membersihkan itu semua," tukas mamah Emma memperingati putrinya.
Sementara seperti biasa, gadis itu hanya tersenyum dan memamerkan deretan giginya. Dia tidak pernah marah pada mamahnya ataupun kakaknya.
"Maaf Mah, aku lupa. Kalau begitu aku mau mandi dulu baru kita sarapan bersama," ujar Felice kemudian berbalik dan berjalan ke arah kamarnya.
"Dasar anak nakal." Mamah Emma geleng-geleng kepala melihat putri kecilnya. Tidak terasa gadis kecil itu kini sudah mulai beranjak dewasa. Mamah Emma harap, Felice akan seperti kakaknya yang sangat kuat dan tidak pantang menyerah.
,,,
Di mobil, Mia mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Kondisi jalan yang cukup ramai tidak memungkinkan untuk menambah kecepatan dan lagi waktunya masih cukup banyak untuk sampai ke bandara.
Karena belum sempat sarapan membuat Mia merasa lapar, terbukti dengan perutnya yang berbunyi minta untuk segera diisi.
Aah tidak sarapan bukan pilihan yang tepat sepertinya. Sekarang perutku lapar, kalau menunggu selesai mengantar tuan muda pasti akan terlalu lama. Lebih baik aku mengisi perutku dulu sekarang.
Mia mencari restoran cepat saji di sekitar sana dan beruntungnya di depan ada restoran cepat saja yang menjual ayam tepung dan burger.
Itu saja sepertinya, lebih cepat kalau cepat saji. Pikir Mia.
Mia pun membelokkan mobilnya ke restoran itu, dia memesan makanan tanpa harus turun dari mobil. Cukup membuka kaca jendela dan memesannya dari sana.
"Silahkan nona, apa yang mau anda pesan."
Mia melihat berbagai menu yang ada, dia memutuskan untuk memesan burger dan kopi panas. Tidak butuh waktu lama, seperti slogannya cepat saji hanya sepuluh menit pesanan Mia sudah siap.
"Terimakasih mbak." Setelah membayar Mia kembali melajukan mobilnya, meletakkan kopi di tempat minum yang ada di mobil dan mulai membuka burger. Tidak perlu menepi untuk memakan makanan itu. Mia masih bisa menyetir dengan satu tangannya.
"Akhirnya kenyang juga," ujar Mia setelah menghabiskan satu porsi burger. Mia tidak pernah memilih makanan tapi dia tetap mempunyai tubuh yang diidamkan-idamkan para wanita.
Beberapa saat kemudian Mia sampai di bandara penerbangan internasional. Dia memarkirkan mobilnya di antara deretan mobil yang ada di sana.
Mia membawa papan nama yang lumayan besar yang sudah ia siapkan dari rumah. Karena Mia belum pernah bertemu dengan putra dari atasannya itu, jadilah dia menggunakan papan nama. Agar nanti si pemilik nama melihatnya.
"Masih ada 15 menit lagi sebelum pesawatnya landing. Semoga saja orang itu melihat namanya ada di sini."
Mia duduk di kursi tunggu di dekat pintu keluar. Jika nanti pesawat sudah sampai dia akan langsung berdiri dan menyambut tuan mudanya.
,,,
Di dalam pesawat, Daniel duduk di kursi bisnis. Dia menutup matanya dengan penutup mata, agar bisa beristirahat di dalam pesawat. Dari kemarin dia tidak bisa tidur karena teman-temannya terus mengajaknya untuk makan-makan perpisahan.
Sebagai teman lama di saat susah dan senang selama Daniel ada di negara K. Tentu Daniel ingin memberikan perpisahan yang terbaik untuk mereka.
"Permisi Tuan, pesawat kita sebentar lagi akan mendarat harap kencangkan sabuk pengaman."
Ucapan salah satu pramugari cantik yang ada di pesawat itu membangunkan Daniel. Laki-laki itu membuka penutup matanya dan memandang ke luar jendela. Daratan negara S sudah mulai terlihat.
Akhirnya aku kembali... selamat datang di negara S, Daniel. Mulai sekarang kau harus siap mendengarkan nasihat Daddy setiap hari.
Daniel tersenyum, sebenarnya dia juga rindu rumahnya, keluarganya dan tanah kelahirannya. Hanya karena hatinya yang belum siap melihat wanita itu bahagia bersama pria lain, Daniel jadi harus menahan diri untuk pulang.
Sekarang aku tidak akan mengalah lagi pada kalian. Jika kalian bisa bahagia aku juga bisa bahagia dengan caraku.
Tekad Daniel sudah bulat, kalau nanti dia bertemu dengan cinta pertamanya dia sudah menyiapkan hatinya. Dia harus melawan kerapuhan hatinya agar bisa sembuh dari luka lamanya.
Daniel terlihat tampan dengan kemeja putihnya. Tubuhnya yang tinggi tegap sudah seperti model yang berjalan di catwalk. Para wanita yang ada di bandara pun terpukau akan penampilannya. Wajahnya tampannya juga di hiasi dengan kacamata yang semakin mempertegas sisi maskulin nya.
Daniel merogoh ponsel di saku celananya untuk menghubungi ayahnya.
"Hallo Dad, apa kau sudah menyiapkan mobil untuk menjemput ku?" tanya Daniel.
📞"Apa kau sudah mendarat? Daddy sudah menyuruh sekretaris Daddy untuk menjemputmu. Kamu cari saja di pintu keluar, dia pasti menunggu disana."
"Apa dia sudah tau wajahku?" tanya Daniel, malas sekali kalau dia harus mencari-cari satu orang di antara kerumunan orang.
📞"Daddy sudah memberitahu namamu. Sudah ya, Daddy ada rapat. Mommy mu sudah menunggu di rumah jadi cepatlah pulang tidak usah mampir.
"Hai Dad... " Tut... Tut...
"Daddy ini kebiasaan mematikan sambungan telepon seenaknya. Bagaimana caranya aku menemukan orang itu, sedangkan aku tidak tau bagaimana wujudkan."
to be continue...
°°°
Yuk, gimana kalian suka nggak 😍
Like komen dan bintang lima jangan lupa
Gomawo ❤️❤️❤️
Sementara visual aku hapus dulu sampai lolos kontrak ini novel.🙏🙏
Dokter Daniel nih 😍😍 buat seger mata nggak...???
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 227 Episodes
Comments
Marwan Mustofa
Daniel masih memejamkan mata ketika pramugari membangunkan bahwa pesawat akan landing dan segera mengdncanhkan sabuk pengamannya. Dia tersenyum memandang keluar jendela, kota kelahiran yg dirindukan akan dipijak. Membuang semua kenangan, memulai hidup dan semangat baru. Daniel menghubungi ayahnya dan katanya sdh dijemput sekretarisnya. Tapi apa dia tahu saya dan pasti saya tdk tahu dia. Aaaaach.... kata ayah menunggu di pintu keluar, semoga bisa menemukannya
2022-10-09
1
Marwan Mustofa
Mia melajukan mobilnya tdk terlalu kencang krn lalulintas padat merayap, tapi perut nya berbunyi minta di isi, warung cepat saji jadi sasarannya dan tdk harus turun dari mobil. Tidak harus turun tetap menyetir sambil makan dan minum segelas kopi. Sampai bandara penerbangan pesawat internasional belum datang, masih ada waktu 15 menit. Mia menyiapkan papan nama yg sdh disiapkan, krn memang mereka belum pernah bertemu dan tidak saling kenal
2022-10-09
1
Marwan Mustofa
Pagi-pagi sekali Mia bangun dan bersiap berangkat kerja, hari ini tdk sarapan krn takut terlambat menjemput putra bosnya. Felicia bangun ketika kakaknya sdh berangkat dan ditegur ibunya, sepertinya ini yg biasa dilakukannya. Ibunya berharap semoga kedepan lebih semangat dari kakaknya
2022-10-09
1