Gairah Cinta Sesaat
Dokter Alan memeriksa pasiennya yang terakhir dengan menggunakan alat USG pada ibu hamil yang saat ini sedang mengandung lima bulan. Ia menuliskan beberapa resep obat dan vitamin untuk pasiennya tersebut.
Setelah dirasanya cukup, dokter Alan meminta Sindy untuk membereskan semua peralatan medisnya sebelum ruang kerjanya ditutup.
"Apakah kamu sudah makan malam Sindy?" Tanya dokter Alan sambil mencuci tangannya di wastafel yang ada di ruang kerjanya.
"Dari tadi aku bersama dengan dokter, mana mungkin aku sudah makan malam sendirian." Sindy terkekeh mendengar kekasihnya ini menanyakan hal yang sangat lucu menurutnya.
"Oh iya ya, mengapa aku lupa kalau kita berdua di sini semalaman." Alan mendekati Sindy ingin mencium gadisnya yang saat ini membuatnya tergila-gila.
Sindy menyambut ciuman itu yang awalnya hanya ciuman ringan namun ciuman itu tiba-tiba merambah pada bagian lehernya yang jenjang membuat Sindy merasa tidak nyaman.
Ia kemudian mendorong tubuh Alan untuk tidak melakukan hal yang lebih jauh karena mengingat dokter Alan sudah berstatus suami orang lain.
"Hentikan dokter, jangan seperti ini" Ucap Sindy menghindari dokter Alan yang sudah dikuasai syahwat yang berlebihan.
"Apakah kamu tidak mencintaiku Sindy?" Dokter Alan menghampiri lagi asistennya ini untuk melayani na*su bejatnya.
"Anda sudah beristri tuan, tolong ingat itu." Sindy tetap menghindari dokter Alan yang ingin menyerangnya.
"Tapi aku tidak bahagia hidup dengannya Sindy, ia tidak pernah melakukan kewajibannya sebagai istri untuk memberikan nafkah batin untukku, ku mohon tolonglah aku Sindy, bukankah kamu juga kekasihku. Hmm?" Dokter Alan sedikit memaksa Sindy dengan perkataan-perkataan yang membuat gadis itu luluh.
"Tidak!" Ini tidak benar, lebih baik aku pulang, selamat malam dokter Alan." Ucap Sindy ketus lalu meninggalkan dokter Alan yang menelan kecewa atas penolakan gadisnya.
Sindy menangis ketika sampai di kos-nya, ia sangat menyesalkan perbuatan dokter Alan yang ingin memanfaatkan kekuasaannya di rumah sakit tersebut, karena dokter Alan merupakan dokter spesialis kandungan sekaligus CEO rumah sakit di mana saat ini dirinya sedang magang.
Baru satu bulan Sindy magang dirumah sakit itu yang saat ini menjadi asisten pribadi dokter Alan karena lelaki itu menginginkannya sejak pertama ia bergabung di rumah sakit tersebut.
Pertemuan pertama mereka saat itu, di mana dokter Alan melihat kecantikan Sindy bak model peragawati. Tubuhnya yang tinggi sekitar 172cm, dengan badan yang langsing dilengkapi dengan paras wajah yang sangat cantik. Kebetulan sekali saat berkenalan dengan Sindy gadis ini mengaku belum memiliki pacar membuat dokter Alan yang jatuh cinta pertama kali melihat Sindy, makin melancarkan aksinya untuk memiliki gadis ini.
Dengan segala macam cara, dokter Alan merayu Sindy yang kala itu Sindy tidak mengetahui jika dokter Alan sudah memiliki istri. Sindy mengetahuinya ketika bertemu langsung dengan Clara saat wanita itu sedang mengunjungi suaminya.
"Selamat siang nona!" Sapa Clara pada Sindy yang saat itu sedang menulis laporan diruang kerja milik dokter Alan.
"Siang nyonya, apakah anda ingin memeriksakan kehamilan?" Tanya Sindy ramah.
"Aku istri dari dokter Alan, apakah suamiku ada?" Tanya Clara tanpa basa-basi.
Degg!"
"Apa?" istrinya? bukankah dokter Alan tidak pernah mengatakan bahwa dirinya sudah memiliki istri? Ya Tuhan aku telah tertipu dengan bajingan itu." Sindy meninggalkan ruang kerja dokter Alan dan ketika ia baru mau melangkah kakinya keluar, dokter Alan masuk ke ruangannya membuat Sindy menghentikan langkahnya.
"Ada istri anda dokter, permisi!" Sindy melanjutkan langkahnya meninggalkan dokter Alan yang sangat kaget melihat Clara yang tiba-tiba muncul di rumah sakit miliknya.
"Kapan kamu datang dari luar negeri?" Dokter Alan sangat kesal dengan kehadiran istrinya yang tidak mengabari dirinya terlebih dahulu, untuk mengunjunginya di rumah sakit.
"Apakah kamu tidak senang dengan kehadiranku sayang?" Clara memeluk tubuh suaminya dari belakang.
"Aku juga merindukanmu, cuma kaget saja tiba-tiba kamu muncul di sini tanpa menghubungi aku." Dokter Alan membalikkan tubuhnya menghadap ke arah istrinya.
"Aku sengaja memberimu surprise agar kamu senang menyambutku, oh ya kita makan siang yuk di restoran langganan kita, bagaimana?" Clara membujuk suaminya agar menemaninya makan siang.
"Baiklah sayang!" Dokter Alan menuruti kemauan istrinya untuk makan siang bersama di restoran Jepang.
Dalam perjalanan menuju restoran, dokter Alan hanya memikirkan kekasihnya Sindy, ia tidak fokus meneladani perbincangan istrinya.
"Maafkan aku Sindy, kamu harus mengetahuinya dengan cara seperti ini." Gumamnya dalam diam.
Keesokan harinya, Sindy yang berpapasan dengan dokter Alan mencoba untuk menghindar. Ia sangat kesal dengan kebohongan bosnya itu.
"Sindy ikut aku sekarang ke ruang kerjaku!" Titah dokter Alan ketika Sindy sedang sarapan di kantin rumah sakit bersama teman dokter lainnya.
"Baik Dokter!"
Sindy mengikuti langkah dokter Alan dengan langkah yang sedikit diperlambat. Ia sebenarnya tahu dokter Alan mau membicarakan apa dengan dirinya. Ia berulang kali menarik nafasnya lembut untuk mengusir amarah yang saat ini mengusai hatinya.
"Duduk!" Titah dokter Alan ketika Sindy sudah berada di ruang kerjanya.
"Aku meminta maaf karena aku belum sempat berkata jujur padamu karena Clara keburu datang dan memperkenalkan dirinya padamu sebagai istriku."
"Apa masalahnya sekarang dokter, lebih baik lupakan hubungan kita dan aku tidak ingin dikatakan sebagai pelakor." Sindy tampak sangat marah dengan dokter Alan yang sedikit santai membicarakan istrinya.
"Dengar Sindy, pernikahanku dengan Clara hanya sebuah perjanjian antara keluarga karena hubungan bisnis kedua orangtua kami, aku tidak mencintainya. Tiga tahun ini, ia hanya berkeliling Eropa untuk bersenang-senang tanpa memikirkan tanggung jawabnya sebagai istriku. Aku kesepian Sindy, dengan adanya dirimu dihidupku, membuat aku merasa hidupku sangat berarti dan aku merasa menemukan kembali kebahagiaanku ketika bersama denganmu." Dokter Alan melancarkan bisanya untuk menjerat hati Sindy agar bisa menerima keadaannya yang saat ini menjadi pria kesepian.
"Benarkah tingkah istrimu seperti itu? mengapa kamu tidak menceraikannya saja, jika dia tidak bisa menjadi istri yang baik untukmu." Sindy memberikan saran untuk kekasihnya.
"Tidak semudah itu Sindy, aku ingin meninggalkannya jika dalam empat tahun ini, ia tidak bisa memberikan keturunan kepadaku, maka aku akan meninggalnya sesuai dengan perjanjian pranikah kami." Ujar dokter Alan tertunduk sedih.
"Astaga, rumit sekali kehidupanmu dokter, aku turut prihatin dengan kehidupan rumah tanggamu." Ucap Sindy lalu mengusap punggung dokter Alan.
"Yes!" Akhirnya aku berhasil meluluhkan hati gadis ini." Dokter Alan bersorak dalam hatinya.
"Apakah kamu masih mau menjadi kekasihku sayang?" Tanya Alan ketika hati gadisnya sudah mulai lumer karena rayuan mautnya.
"Entahlah dokter, aku takut jika hubungan kita ini ketahuan oleh orang lain, mungkin aku akan dituduh sebagai pelakor dan itu membuatku sangat tidak nyaman."
"Tidak sayang!" Asalkan kita bisa merahasiakan hubungan kita ini semuanya akan aman." Dokter Alan meyakinkan asistennya itu.
"Apakah aku hanya dijadikan kekasih gelapmu dan statusku hanya sebatas kekasih saja?"
"Bukan seperti itu tujuan dari hubungan kita Sindy, aku akan menikahimu setelah urusan perceraian kami diresmikan oleh agama dan negara." Imbuh dokter Alan.
"Baiklah, aku memegang kata-katamu dokter, ucapanmu padaku saat ini adalah sumpahmu sebagai dokter yang memiliki integritas di rumah sakit ini." Sindy menatap sendu wajah kekasihnya.
Sindy mengenang kembali bagaimana dirinya saat itu mengetahui kalau dokter Alan sudah memiliki istri. Mungkin dirinya yang bodoh atau rasa obsesinya pada dokter Alan yang masih muda, tampan dan sangat berkarisma membuat dirinya sulit untuk meninggalkan dokter Alan.
"Dua bulan lagi aku sudah mengakhiri magangku di tempat itu, lebih baik aku bertahan untuk bisa mendapatkan gelar dokter spesialis kandungan yang selama ini menjadi cita-citaku." Sindy berusaha memejamkan matanya untuk tidur.
Seminggu kemudian Sindy yang masih mendampingi dokter Alan tetap melakukan tugasnya, mendampingi dokter Alan melakukan operasi sesar pada ibu yang melahirkan karena mengalami permasalahan pada kandungan mereka.
Sindy mudah mempelajari itu semua dalam waktu singkat. Sindy termasuk gadis yang sangat cerdas, walaupun kelihatan lugu namun ia selalu percaya diri ketika melakukan tugasnya. Keseharian Sindy yang selalu menghabiskan waktunya dengan buku jika jam praktek dokter Alan selesai.
Dokter Alan yang begitu kagum dengan sosok Sindy, bukan hanya paras cantiknya dan tubuh indah Sindy yang dikagumi lelaki ini, namun kecerdasan Sindy yang lebih cepat dalam menangani kasus wanita hamil yang mengalami kelainan pada kehamilannya maupun pada komplikasi penyakit yang diderita oleh ibu hamil.
"Sindy sayang, apa pun adanya dirimu, aku menyukai semuanya." Ucap dokter Alan bermonolog.
Kebaikan dokter Alan pada Sindy memiliki tujuan terselubung. Ia ingin mendapatkan Sindy dengan cara yang tidak terhormat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
putia salim
masih nyimak
2022-10-13
1
Pemenang YAWW 9 😴🤕
nyimak dl Thor...
2022-03-27
1
🎀ᵀᵗᵇ'ˢ Inka24#BTBM❤️
Ninggalin jejak dulu yaa 😁🙏
2022-03-14
1