Dokter mengangkat lagi tubuh Sindy ke tempat brangkar untuk pasien yang melahirkan. Ia kemudian mengkondisikan tubuh gadis itu agar bisa melakukan kuret pada calon janin yang sudah mulai keluar berupa gumpalan darah segar.
Sekitar satu jam ia berkutat dengan rahim kekasihnya ini agar bersih dari sisa-sisa darah kotor yang masih menempel di dinding rahim sampai rahim itu bersih.
Setelah diperiksanya dengan seksama, iapun memberikan pembalut wanita di CD milik Sindy agar darah gadis itu tidak tembus pada baju yang di pakainya.
Ia dengan santainya menyesapkan kopi hitam ditangannya sambil menunggu Sindy sadar setelah obat anastesi itu sudah menghilang dari tubuhnya.
Tidak lama kemudian, Sindy mengerjapkan matanya, merasakan ada sesuatu yang mengganjal di bawah perutnya ia buru-buru bangkit melihat apa yang terjadi pada dirinya.
"Astaga, aku?" teriaknya panik dan melihat ke arah dokter Alan yang sedang menatap dirinya dalam kepanikan.
Perutnya terasa sangat sakit usai di kuret, tubuhnya juga sangat lama dan pandangan sedikit buram karena masih dibawah pengaruh obat bius.
"Akhh!" Perutku, kenapa masih sakit?" Tanyanya lirih.
"Janinmu tidak dapat diselamatkan sayang, aku harus melakukan kuret pada rahimmu." Dokter Alan tersenyum menyeringai seperti iblis.
Mendengar pengakuan dokter Alan yang sangat tenang membuat hati Sindy seketika mendidih, ia tidak lagi memikirkan siapa dokter Alan di hadapannya saat ini. Naluri seorang wanita ataupun seorang ibu menjadi beringas ketika calon janinnya dibunuh tanpa ijinnya.
Walaupun benih itu tumbuh dari perbuatan laknat, tiap ibu selalu mempertimbangkan baik buruknya dalam mempertahankan sesuatu. Air matanya luruh dengan gemuruh kemarahan yang sudah meledak dari dadanya.
"Kamu bang**t, bajingan!" Teriak Sindy melampiaskan amarahnya dengan melempari dokter Alan dengan bantal dan juga apa saja yang ditemuinya di depannya hingga membuat ruangan itu berantakan.
"Kamu masih muda dan aku tidak ingin menciptakan skandal dengan dokter magang di rumah sakit ini Sindy, setidaknya aku sudah mendapatkan apa yang aku inginkan dan mulai besok jangan pernah menunjukkan wajahmu di sini.
Aku memastikan nilai magangmu, akan mendapatkan dengan nilai sempurna yaitu nilai A dan selamat kamu akan menjadi dokter spesialis kandungan yang pastinya profesional nantinya." Ucap dokter Alan lalu meninggalkan ruang kerjanya.
Sindy seperti tersambar petir ketika mendengar laki-laki bajingan itu memperlakukan dirinya seperti sampah. Ia menjerit menyesali dirinya yang telah jatuh dalam pesona gairah cinta sesaat pada dokter bren**k itu.
"Badebah sialan!" Sindy merutuki dokter Alan yang telah menghancurkan hidupnya.
Gadis ini turun dari brangkar dengan langkah sempoyongan. Air matanya terus berderai mengenang nasibnya yang malang karena termakan bujuk rayu dokter Alan.
"Aku juga tidak bisa menyalahkannya karena kebodohanku sendiri tapi aku tidak bisa memaafkannya karena ia telah tega menggugurkan kandunganku..hiks..hiks..hiks!" Sindy mengambil helmnya dan menyalakan mesin motor metiknya.
Di lahan parkir, dokter Alan menarik nafas lega, setelah berhasil mengeluarkan janin yang ada dalam rahim sendiri secara paksa.
Ia kemudian masuk ke dalam mobilnya dan memakai seat belt dan mulai menyalakan mesin mobilnya.
"Sindy... Sindy...ku akui kamu sangat cantik, mempesona dan juga sangat cerdas. Namun sayangnya, kamu terlalu naif, hingga jatuh dalam jeratan cintaku yang hanya sebuah ilusi untukmu." Dokter Alan menjalankan mobilnya sambil mendengarkan musik kesukaannya.
Dokter Alan dengan bebas melepaskan segala beban dihatinya dengan mengendarai mobil mewahnya, sementara Sindy harus bersusah payah menahan sakit pada perutnya dengan menaiki motor yang hanya memuat tubuhnya yang lemas karena mengeluarkan banyak darah.
Ia membawa motornya dengan pikiran kalut dan tidak memperhatikan jalanan sekitarnya. Ia hanya ingin cepat sampai ke kosnya dan ingin merebahkan tubuhnya.
Ia terus mengendarai motornya dengan perlahan sambil melamun dan tanpa sengaja menyenggol spion mobil pengendara lain yang ada di sampingnya, ketika berhenti mendadak karena lampu merah telah menyala.
Kregg!"
Bunyi patah pada kaca spion mobil membuat gadis ini sangat kaget.
Pemilik mobil itu menurunkan kaca mobilnya dan melihat Sindy yang masih memperhatikan spion mobil itu bergelantungan di samping mobil mewah itu, dengan perasaan panik.
"Nona tepikan kendaraanmu di depan, kamu harus mempertanggungjawabkan perbuatanmu." Titah pria tampan itu yang merupakan pemilik mobil mewah yang ditabrak oleh Sindy.
"Mohon maaf Tuan, saya tidak sengaja." Ucap Sindy dengan tampang bersalah dan makin kacau.
"Saya tidak terima dengan kata maaf darimu nona, saya mau kamu menepikan motormu di depan sana." Ucap pria tampan itu dengan menunjukkan jarinya ke tempat yang harus dituruti oleh Sindy.
Sindy menuruti permintaan pengendara mobil itu lalu melewati lampu hijau terlebih dahulu. Sindy menepikan motornya dan duduk diatas motornya dan tidak ingin turun karena tubuhnya masih sangat lemah usai dikuret oleh bajingan Alan, ditambah lagi rasa syoknya yang telah membuat kesalahan yang sama hari ini.
"Ya Allah, ujian apa lagi yang Engkau timpakan kepadaku? tidak cukupkah dengan ujian dari perbuatan manusia bejat itu padaku hari ini?" Gumam Sindy dengan masih sesenggukan menyesali dirinya yang telah terjerat cinta buta pada suami orang lain.
"Nona mengapa anda sangat tidak hati-hati berkendaraan!" Bentak pria tampan pemilik mobil mewah tersebut.
"Maafkan saya Tuan!" Saya sangat lelah ingin cepat sampai rumah, jadi saya tidak melihat lampu merah sudah menyala, hingga tidak sadar menabrak kaca spion mobil anda." Jawab Sindy dengan tubuh gemetar antara takut dan juga masih lemah karena baru menjalani kuret paksa oleh dokter Alan, kekasih bejatnya.
"Di mana tempat kerjamu, aku akan menemuimu di sana besok." Ucap pria tampan itu.
"Saya hanya dokter magang." Ucap Sindy dengan wajah tetap tertunduk lesu.
"Bisa kamu buka helmmu dan berdiri di depanku dengan sikap sempurna?" Teriak Farel begitu galak pada Sindy hingga gadis itu terperanjat ditempat duduknya.
Sindy membuka helmnya perlahan dan berdiri dihadapan pria tampan yang sedang mengintrogasi dirinya.
Ketika helm itu dibuka oleh Sindy, Muncullah wajah Sindy yang mempesona, betapa terkejutnya pria tampan itu melihat paras cantik gadis yang didepannya ini.
Wajah cantik bak artis kelas dunia yang biasa menghiasi film layar lebar.
Pria tampan itu mengusap mulutnya sesaat dengan hati yang bergetar hebat.
"Sial!" Mengapa dia sangat cantik dan mengapa hatiku tiba-tiba bergetar hebat seperti ini?" Tanya Farel membatin.
Sindy menatap wajah pria tampan itu dengan tatapan sendu. Ia kemudian mengeluarkan dompetnya dan menyerahkan semua uangnya yang hanya satu juta.
"Uang saya hanya sebanyak ini Tuan, saya tidak punya uang lagi kecuali ini." Sindy mengusap air matanya yang sedari tadi memang sudah menangis.
Berkali-kali ia menyeka air matanya agar tidak menangis, namun dari dalam sumber air matanya seakan tidak bisa berhenti walaupun sudah di perintahkan pada otaknya agar bulir bening itu kompromi dengan keadaannya kini.
"Ya Tuhan dia sangat cantik, tapi sepertinya dia sedang dalam masalah." Gumam Farel dalam hatinya.
Farel yang melihat kondisi Sindy yang sangat tertekan saat ini, membuat hatinya tidak tega mengomeli gadis cantik ini.
"Baiklah, simpan kartuku ini nona, jika kamu sudah memiliki uang kamu bisa menggantikannya, kalau bisa datanglah ke perusahaanku besok, aku tunggu niat baik anda. Di mana alamatmu? aku ingin tahu dimana anda tinggal dan berapa nomor ponselmu?" Ini hanya untuk berjaga-jaga saja siapa tahu kamu akan kabur." Farel memberikan ponselnya agar Sindy mengetik sendiri nomor kontaknya.
Sindy mengetikkan nomor ponselnya setelah itu pun pamit karena ingin segera pulang. Namun pandangannya tiba-tiba kabur membuat ia menyenderkan tubuhnya lagi pada motor sambil memegangi dahinya menahan rasa pusing.
"Apakah anda baik-baik saja nona?" Tanya Farel yang berusaha menyentuh pundak Sindy.
"Maaf saya hanya butuh istirahat, kirim saja nomor rekening anda, saya akan mentransfernya seharga kaca spion anda. Permisi Tuan." Sindy menepis tangan Farel agar laki-laki itu tidak menahannya lebih lama.
"Astaga, tangannya sangat dingin." Farel mencekal lengan Sindy dan menuntunnya ke dalam mobilnya.
"Aku akan mengantarmu pulang, sepertinya anda tidak sehat." Farel mencoba mengulurkan bantuannya pada Sindy.
"Lepaskan aku, kamu tidak bisa memperlakukan aku seperti ini," ucap Sindy dengan mengumpulkan lagi tenaganya, menolak niat baik Farel yang ingin mengantarnya.
Tatapan mata mereka beradu. Farel menatap lekat wajah cantik Sindy tanpa berkedip seolah dia tidak akan bertemu lagi dengan gadis ini. Ia seorang playboy yang bertemu berbagai wanita, namun tidak dengan paras cantik milik Sindy yang membuat jiwanya seakan keluar dari raganya.
"Anda tidak perlu membayar spion mobilku tapi ijinkan aku mengantar anda pulang. Wajah anda sangat pucat dan aku tidak ingin melihat mu tiba-tiba mendapat kecelakaan, jika kamu nekat pulang dengan membawa motormu sendiri." Farel mengatakannya tanpa sedetikpun memalingkan wajahnya dari kecantikan wajah Sindy.
"Bagaimana dengan motorku, itu milikku satu-satunya dari hasil kerja kerasku." Sindy masih mengkuatirkan motornya.
"Aku akan meminta anak buahku membawanya ke rumahmu." Farel meraih ponselnya lalu menghubungi nomor ponsel milik anak buahnya yang selalu mengawalnya dari jauh.
Tidak lama kemudian datanglah seorang laki-laki yang banyak tatonya dan menggedor mobil bosnya.
"Kuncinya Tuan!" Pinta Arif
"Berikan kunci motormu, biar dia yang membawa motormu." Farel mengulurkan tangannya meminta kunci motor milik Sindy.
Farel menggaruk kepalanya yang tak gatal. Jantungnya saat ini kembang kempis tak menentu ketika berada satu mobil dengan gadis yang baru dikenalnya.
"Kamu itu manusia jadi-jadian atau manusi normal?" Aku sering meniduri gadis cantik manapun tapi standar penilaianku tentang kecantikan tidak pada dirimu saat ini. Kamu berada jauh di atas gadis manapun yang aku temui. Kamu hebat bisa membuat seorang Farel bertekuk lutut padamu." Ujar Farel dengan terus menarik nafasnya berkali-kali, membuang rasa sesaknya karena bertemu dengan perih yang dikirim Tuhan untuk menabrak kaca spion mobilnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Rini
Nasib sindy bnr2 menyedihkn
2022-04-01
2
Pemenang YAWW 9 😴🤕
jujur aku nggak tega sama sindy othor... membuat hati ku teriris perih...😭😭
2022-03-28
1