NovelToon NovelToon

Gairah Cinta Sesaat

1. PART 1

Dokter Alan memeriksa pasiennya yang terakhir dengan menggunakan alat USG pada ibu hamil yang saat ini sedang mengandung lima bulan. Ia menuliskan beberapa resep obat dan vitamin untuk pasiennya tersebut.

Setelah dirasanya cukup, dokter Alan meminta Sindy untuk membereskan semua peralatan medisnya sebelum ruang kerjanya ditutup.

"Apakah kamu sudah makan malam Sindy?" Tanya dokter Alan sambil mencuci tangannya di wastafel yang ada di ruang kerjanya.

"Dari tadi aku bersama dengan dokter, mana mungkin aku sudah makan malam sendirian." Sindy terkekeh mendengar kekasihnya ini menanyakan hal yang sangat lucu menurutnya.

"Oh iya ya, mengapa aku lupa kalau kita berdua di sini semalaman." Alan mendekati Sindy ingin mencium gadisnya yang saat ini membuatnya tergila-gila.

Sindy menyambut ciuman itu yang awalnya hanya ciuman ringan namun ciuman itu tiba-tiba merambah pada bagian lehernya yang jenjang membuat Sindy merasa tidak nyaman.

Ia kemudian mendorong tubuh Alan untuk tidak melakukan hal yang lebih jauh karena mengingat dokter Alan sudah berstatus suami orang lain.

"Hentikan dokter, jangan seperti ini" Ucap Sindy menghindari dokter Alan yang sudah dikuasai syahwat yang berlebihan.

"Apakah kamu tidak mencintaiku Sindy?" Dokter Alan menghampiri lagi asistennya ini untuk melayani na*su bejatnya.

"Anda sudah beristri tuan, tolong ingat itu." Sindy tetap menghindari dokter Alan yang ingin menyerangnya.

"Tapi aku tidak bahagia hidup dengannya Sindy, ia tidak pernah melakukan kewajibannya sebagai istri untuk memberikan nafkah batin untukku, ku mohon tolonglah aku Sindy, bukankah kamu juga kekasihku. Hmm?" Dokter Alan sedikit memaksa Sindy dengan perkataan-perkataan yang membuat gadis itu luluh.

"Tidak!" Ini tidak benar, lebih baik aku pulang, selamat malam dokter Alan." Ucap Sindy ketus lalu meninggalkan dokter Alan yang menelan kecewa atas penolakan gadisnya.

Sindy menangis ketika sampai di kos-nya, ia sangat menyesalkan perbuatan dokter Alan yang ingin memanfaatkan kekuasaannya di rumah sakit tersebut, karena dokter Alan merupakan dokter spesialis kandungan sekaligus CEO rumah sakit di mana saat ini dirinya sedang magang.

Baru satu bulan Sindy magang dirumah sakit itu yang saat ini menjadi asisten pribadi dokter Alan karena lelaki itu menginginkannya sejak pertama ia bergabung di rumah sakit tersebut.

Pertemuan pertama mereka saat itu, di mana dokter Alan melihat kecantikan Sindy bak model peragawati. Tubuhnya yang tinggi sekitar 172cm, dengan badan yang langsing dilengkapi dengan paras wajah yang sangat cantik. Kebetulan sekali saat berkenalan dengan Sindy gadis ini mengaku belum memiliki pacar membuat dokter Alan yang jatuh cinta pertama kali melihat Sindy, makin melancarkan aksinya untuk memiliki gadis ini.

Dengan segala macam cara, dokter Alan merayu Sindy yang kala itu Sindy tidak mengetahui jika dokter Alan sudah memiliki istri. Sindy mengetahuinya ketika bertemu langsung dengan Clara saat wanita itu sedang mengunjungi suaminya.

"Selamat siang nona!" Sapa Clara pada Sindy yang saat itu sedang menulis laporan diruang kerja milik dokter Alan.

"Siang nyonya, apakah anda ingin memeriksakan kehamilan?" Tanya Sindy ramah.

"Aku istri dari dokter Alan, apakah suamiku ada?" Tanya Clara tanpa basa-basi.

Degg!"

"Apa?" istrinya? bukankah dokter Alan tidak pernah mengatakan bahwa dirinya sudah memiliki istri? Ya Tuhan aku telah tertipu dengan bajingan itu." Sindy meninggalkan ruang kerja dokter Alan dan ketika ia baru mau melangkah kakinya keluar, dokter Alan masuk ke ruangannya membuat Sindy menghentikan langkahnya.

"Ada istri anda dokter, permisi!" Sindy melanjutkan langkahnya meninggalkan dokter Alan yang sangat kaget melihat Clara yang tiba-tiba muncul di rumah sakit miliknya.

"Kapan kamu datang dari luar negeri?" Dokter Alan sangat kesal dengan kehadiran istrinya yang tidak mengabari dirinya terlebih dahulu, untuk mengunjunginya di rumah sakit.

"Apakah kamu tidak senang dengan kehadiranku sayang?" Clara memeluk tubuh suaminya dari belakang.

"Aku juga merindukanmu, cuma kaget saja tiba-tiba kamu muncul di sini tanpa menghubungi aku." Dokter Alan membalikkan tubuhnya menghadap ke arah istrinya.

"Aku sengaja memberimu surprise agar kamu senang menyambutku, oh ya kita makan siang yuk di restoran langganan kita, bagaimana?" Clara membujuk suaminya agar menemaninya makan siang.

"Baiklah sayang!" Dokter Alan menuruti kemauan istrinya untuk makan siang bersama di restoran Jepang.

Dalam perjalanan menuju restoran, dokter Alan hanya memikirkan kekasihnya Sindy, ia tidak fokus meneladani perbincangan istrinya.

"Maafkan aku Sindy, kamu harus mengetahuinya dengan cara seperti ini." Gumamnya dalam diam.

 

Keesokan harinya, Sindy yang berpapasan dengan dokter Alan mencoba untuk menghindar. Ia sangat kesal dengan kebohongan bosnya itu.

"Sindy ikut aku sekarang ke ruang kerjaku!" Titah dokter Alan ketika Sindy sedang sarapan di kantin rumah sakit bersama teman dokter lainnya.

"Baik Dokter!"

Sindy mengikuti langkah dokter Alan dengan langkah yang sedikit diperlambat. Ia sebenarnya tahu dokter Alan mau membicarakan apa dengan dirinya. Ia berulang kali menarik nafasnya lembut untuk mengusir amarah yang saat ini mengusai hatinya.

"Duduk!" Titah dokter Alan ketika Sindy sudah berada di ruang kerjanya.

"Aku meminta maaf karena aku belum sempat berkata jujur padamu karena Clara keburu datang dan memperkenalkan dirinya padamu sebagai istriku."

"Apa masalahnya sekarang dokter, lebih baik lupakan hubungan kita dan aku tidak ingin dikatakan sebagai pelakor." Sindy tampak sangat marah dengan dokter Alan yang sedikit santai membicarakan istrinya.

"Dengar Sindy, pernikahanku dengan Clara hanya sebuah perjanjian antara keluarga karena hubungan bisnis kedua orangtua kami, aku tidak mencintainya. Tiga tahun ini, ia hanya berkeliling Eropa untuk bersenang-senang tanpa memikirkan tanggung jawabnya sebagai istriku. Aku kesepian Sindy, dengan adanya dirimu dihidupku, membuat aku merasa hidupku sangat berarti dan aku merasa menemukan kembali kebahagiaanku ketika bersama denganmu." Dokter Alan melancarkan bisanya untuk menjerat hati Sindy agar bisa menerima keadaannya yang saat ini menjadi pria kesepian.

"Benarkah tingkah istrimu seperti itu? mengapa kamu tidak menceraikannya saja, jika dia tidak bisa menjadi istri yang baik untukmu." Sindy memberikan saran untuk kekasihnya.

"Tidak semudah itu Sindy, aku ingin meninggalkannya jika dalam empat tahun ini, ia tidak bisa memberikan keturunan kepadaku, maka aku akan meninggalnya sesuai dengan perjanjian pranikah kami." Ujar dokter Alan tertunduk sedih.

"Astaga, rumit sekali kehidupanmu dokter, aku turut prihatin dengan kehidupan rumah tanggamu." Ucap Sindy lalu mengusap punggung dokter Alan.

"Yes!" Akhirnya aku berhasil meluluhkan hati gadis ini." Dokter Alan bersorak dalam hatinya.

"Apakah kamu masih mau menjadi kekasihku sayang?" Tanya Alan ketika hati gadisnya sudah mulai lumer karena rayuan mautnya.

"Entahlah dokter, aku takut jika hubungan kita ini ketahuan oleh orang lain, mungkin aku akan dituduh sebagai pelakor dan itu membuatku sangat tidak nyaman."

"Tidak sayang!" Asalkan kita bisa merahasiakan hubungan kita ini semuanya akan aman." Dokter Alan meyakinkan asistennya itu.

"Apakah aku hanya dijadikan kekasih gelapmu dan statusku hanya sebatas kekasih saja?"

"Bukan seperti itu tujuan dari hubungan kita Sindy, aku akan menikahimu setelah urusan perceraian kami diresmikan oleh agama dan negara." Imbuh dokter Alan.

"Baiklah, aku memegang kata-katamu dokter, ucapanmu padaku saat ini adalah sumpahmu sebagai dokter yang memiliki integritas di rumah sakit ini." Sindy menatap sendu wajah kekasihnya.

Sindy mengenang kembali bagaimana dirinya saat itu mengetahui kalau dokter Alan sudah memiliki istri. Mungkin dirinya yang bodoh atau rasa obsesinya pada dokter Alan yang masih muda, tampan dan sangat berkarisma membuat dirinya sulit untuk meninggalkan dokter Alan.

"Dua bulan lagi aku sudah mengakhiri magangku di tempat itu, lebih baik aku bertahan untuk bisa mendapatkan gelar dokter spesialis kandungan yang selama ini menjadi cita-citaku." Sindy berusaha memejamkan matanya untuk tidur.

Seminggu kemudian Sindy yang masih mendampingi dokter Alan tetap melakukan tugasnya, mendampingi dokter Alan melakukan operasi sesar pada ibu yang melahirkan karena mengalami permasalahan pada kandungan mereka.

Sindy mudah mempelajari itu semua dalam waktu singkat. Sindy termasuk gadis yang sangat cerdas, walaupun kelihatan lugu namun ia selalu percaya diri ketika melakukan tugasnya. Keseharian Sindy yang selalu menghabiskan waktunya dengan buku jika jam praktek dokter Alan selesai.

Dokter Alan yang begitu kagum dengan sosok Sindy, bukan hanya paras cantiknya dan tubuh indah Sindy yang dikagumi lelaki ini, namun kecerdasan Sindy yang lebih cepat dalam menangani kasus wanita hamil yang mengalami kelainan pada kehamilannya maupun pada komplikasi penyakit yang diderita oleh ibu hamil.

"Sindy sayang, apa pun adanya dirimu, aku menyukai semuanya." Ucap dokter Alan bermonolog.

Kebaikan dokter Alan pada Sindy memiliki tujuan terselubung. Ia ingin mendapatkan Sindy dengan cara yang tidak terhormat.

 

2. PART 2

Dokter Alan ingin sekali bercinta dengan kekasihnya Sindy. Namun Sindy selalu memberi syarat padanya dengan menikahinya terlebih dahulu, ia tidak ingin bercinta di luar nikah, karena itu bukan perinsipnya. Dokter Alan yang sudah tidak sabar menikmati tubuh kekasihnya, mencari cara untuk bisa mendapatkan Sindy.

Ia kemudian mengajak Sindy dengan alasan merayakan ulang tahun sahabatnya. Sindy sebenarnya menolak ajakan itu, karena pestanya sendiri diadakan di Bar, tempat orang-orang yang ingin bersenang-senang dengan tidak memikirkan moralitasnya.

Dokter Alan tetap memaksa kekasihnya hingga akhirnya Sindy menyetujui permintaannya.

Kesempatan itu dimanfaatkan oleh dokter Alan dengan mendekati salah satu pelayan bar untuk memberi obat perangsang ke dalam minuman Sindy.

Pelayan bar memberikan minuman Sindy sesuai yang dipesankan oleh dokter Alan. Sindy meneguk minuman jus buah yang sudah tercampur dengan obat perangsang. Awalnya Sindy merasa masih baik-baik saja. Melihat obat itu belum bekerja, dokter Alan memikirkan sesuatu hal untuk membuat Sindy lebih cepat Fly.

Dokter Alan tersenyum setelah mendapatkan ide gilanya itu.

Agar aksinya bisa berjalan dengan mulus, dokter Alan mengajak Sindy untuk berdansa. Lagi-lagi Sindy menolaknya, tapi dokter Alan selalu saja memaksakan kehendaknya hingga gadis ini turun juga ke lantai dansa.

"Sindy temani aku dansa sayang!" Bisik Alan tepat di kuping Sindy.

"Maaf dokter, aku belum pernah berdansa" Ujar Sindy berbohong.

"Setidaknya kamu bisa mengikuti langkah kakiku, ini tidak sulit ko. Ayo sayang!" Alan menarik tubuh gadisnya hingga Sindy mengikuti gerakan sesuai irama yang dimainkan oleh alunan musik tersebut.

"Kamu sangat cantik Sindy, aku menyesal baru mengenalmu" Ucap dokter Alan yang selisih usia lima tahun dengan Sindy.

"Terimakasih dokter!" Ucap Sindy tersipu malu mendengar pujian kekasihnya.

Dokter Alan makin merapatkan pelukannya dengan melingkarkan tangannya dipinggang Sindy. Tiba-tiba Sindy merasakan sesuatu yang sangat membakar tubuhnya, seakan birahinya terangsang dengan sesuatu yang ingin ia dapatkan.

Karena suasana Bar yang memiliki penerangan yang minim, Sindy mendekatkan wajahnya pada wajah dokter Alan. Ia melu**t lembut bibir tipis milik dokter Alan dan lama-kelamaan tubuhnya tidak mampu bertahan untuk melakukan lebih dari sekedar ciuman.

Dokter Alan yang mengetahui reaksi obat perangsang sudah bekerja di tubuh gadis ini, buru-buru membawa pergi Sindy menuju ke hotel yang sudah ia booking sebelumnya.

Di hotel itulah dokter Alan merenggut kesucian Sindy dibawah pengaruh obat perangsang. Setelah puas menikmati tubuh indah milik Sindy, dokter Alan tersenyum menyeringai seperti lelaki bajingan yang tidak punya akal. Terlebih lagi ia melihat percikan darah perawan milik sindy yang sudah menodai seprei putih.

"Terimakasih sayang, kamu telah memberikan milikmu yang sangat berharga untukku malam ini." Alan mengecup bibir ranum Sindy yang tertidur pulas setelah bergumul dengan dokter Alan diluar kesadarannya.

Keesokan paginya, Sindy yang baru sadar terperanjat ketika melihat tubuhnya dalam keadaan polos, ia melihat ke samping rupanya dokter Alan masih terlelap.

"Tidakkkk!" Pekik Sindy ketika melihat seprei yang telah menjadi saksi kegadisannya yang terenggut paksa oleh dokter Alan.

Ia memukul punggung dokter Alan dengan sangat kencang setelah memakai kembali pakaiannya yang berserakan di lantai kamar hotel.

"Bajingan kamu Alan, aku tidak akan memaafkanmu. Kamu ban*at!" Sindy mencakar punggung Alan hingga lelaki itu histeris karena kuku Sindy menancap sampai kulitnya hingga terkelupas.

Setelah berkata seperti itu, Sindy meninggalkan kamar hotel tersebut kembali ke kostnya dengan perasaan yang sangat memilukan.

"Ya Allah, apa lagi yang tersisa dari diriku selain kehinaan. Aku tidak menyangka lelaki bejat itu telah menghancurkan masa depanku....hiks...hiks!" Tangis Sindy pecah ketika tiba di kamar kostnya.

Di hotel, dokter Alan tertawa puas, ia merasa sangat bahagia karena telah mendapatkan apa yang diinginkannya dari gadisnya yang so jual mahal menurutnya.

"Akhirnya aku mendapatkan apa yang aku inginkan karena aku tidak bisa mendapatkan kesucian istriku di malam pengantin kami, rupanya rasanya seperti itu mendapatkan seorang gadis perawan...ha...ha..ha!" Tawanya terdengar menggema di kamar hotelnya.

🌷🌷🌷🌷

Dua hari setelah kejadian yang menyakitkan itu, Sindy tidak masuk kerja, ingin rasanya ia menghentikan magangnya karena merasa hidupnya telah hancur. Namun ia juga menyayangkan jika ia harus berhenti semuanya serba tanggung karena sebentar lagi ia akan menyelesaikan pendidikannya dan akan mendapatkan gelar dokter.

Setelah dua hari tidak magang, akhirnya Sindy memberanikan diri mengesampingkan perasaan pribadinya, di hatinya saat ini adalah bertekad untuk menyelesaikan tugas magangnya yang sebentar lagi akan berakhir.

Pagi itu dengan kendaraan roda duanya, Sindy berangkat ke rumah sakit dengan rasa percaya diri yang tinggi. Ia berprilaku sewajarnya seolah tidak terjadi apa-apa dengan dokter Alan sekaligus bosnya itu. Sikap dinginnya yang saat ini menjadi tamengnya.

"Selamat pagi Sindy, apa kabarmu!" Mengapa dua hari ini kamu tidak masuk?" Dokter Alan mendekati gadisnya namun Sindy berusaha menghindar.

"Sindy aku minta maaf karena menodaimu dalam keadaan mabuk." Dokter Alan mencoba merayu lagi gadisnya.

"Aku akan segera menikahimu atau kamu mau kita menikah sirih dulu supaya hubungan kita ini menjadi lebih serius?" Dokter Alan memberikan solusi untuk Sindy agar gadis itu mau menerimanya.

"Kamu kira dengan menikahiku secara sirih perbuatanmu bisa di maafkan? jangan ngaco ya jadi manusia, anda itu seorang pemimpin rumah sakit ini, memiliki intelektual tinggi beda dengan bajingan sampah yang berkeliaran di pasar maupun terminal angkutan umum hanya untuk selembar rupiah.

Jika dirimu memperlakukan aku seperti ini, apa bedanya kamu dengan mereka, bahkan pekerjaanmu sebagai seorang dokter diragukan kredibilitasnya yang selama ini telah disematkan orang lain pada keunggulanmu sebagai dokter muda berbakat." Sindy meninggalkan ruang kerja dokter Alan dan bergabung dengan dokter lainnya yang saat ini sedang menunggu jadwal mereka untuk operasi sesar pada beberapa pasien yang sebentar lagi akan melahirkan.

"Kamu sudah siap Sindy memegang pisau bedah?" Tanya dokter Rendy ketika melihat Sindy sudah mengenakan baju APBD-nya.

"Sudah dokter," ucap Sindy antusias.

"Lakukan sebaik mungkin dan jangan gugup, konsentrasi pada tubuh pasien dan jangan memikirkan hal lainnya karena ini menyangkut nyawa pasien.

Prioritaskan profesional kedokteranmu sebagai dokter bedah dalam operasi pertamamu ini, jika sedikit saja kamu melakukan kesalahan, maka bukan kamu saja yang akan di skors tapi kami semua yang ikut dalam tim ini akan bernasib yang sama, jangan kecewakan dokter Alan yang telah memberikanmu kesempatan yang sangat berharga ini." Imbuh dokter Rendy dengan bijak.

"Baik dokter, saya jamin akan melakukannya dengan sebaik mungkin." Ujar Sindy dengan mantap.

Iapun memejamkan matanya lalu berdoa lebih khusu agar operasi pertamanya ini berjalan dengan baik.

Selama menjalani operasi pertama pada pasiennya, Sindy begitu fokus saat membedah perut pasien dari lapisan pertama hingga lapisan terakhir untuk mengeluarkan bayi yang ada di perut si ibu. Sindy tersenyum puas karena operasi pertamanya kali ini berhasil.

Beberapa rekan kerja dokter senior memuji kehebatan Sindy dalam melaksanakan tugasnya sebagai dokter spesialis kandungan.

Dokter itupun memberikan selamat kepada Sindy dan memuji kehebatan Sindy.

"Selamat Nona Sindy, kami salut dan bangga kepada anda karena anda sudah mampu menjalani tugas pertama sebagai dokter bedah." Ucap dokter Idris.

"Terimakasih atas kepercayaannya dan juga kesempatan yang anda berikan kepada saya dokter, tanpa kalian saya tidak bisa apa-apa." Ucap Sindy dengan masih tetap rendah hati.

"Kami di sini hanya mengawasimu nona Sindy, karena hasil akhir dari semua yang kamu pelajari adalah kemampuanmu dalam mengimplementasikan semua hal yang sudah kamu pelajari khususnya dalam dunia kesehatan." Dokter Idris memuji keberanian Sindy yang menghadapi ibu hamil dengan resiko gagal jantung yang melakukan operasi sesar yang ditanganinya sendiri.

Karena keyakinan Sindy itulah membuat tim dokter lain mendukung dan membantunya untuk menyelamatkan dua nyawa sekaligus yaitu ibu dan anak. Dan hari sudah terbukti Sindy mampu melakukannya tanpa membuat suatu kesalahan.

Walaupun hatinya sangat puas dengan hasil kerja kerasnya hari ini, namun Sindy merasa ada yang aneh dengan dirinya kali ini.

3. PART 3

Hari-hari Sindy yang masih bertahan di rumah sakit bersama dengan dokter Alan. Setiap kali dokter Alan ingin mendekati gadis ini, Sindy selalu menghindar. Hingga bulan ketiga ketika masa magangnya akan berakhir ada sesuatu yang membuat Sindy sempat oleng ketika melayani pasien yang saat itu sedang melahirkan.

Setelah membereskan seorang ibu muda yang melahirkan secara normal Sindy bergegas keluar ruangan. Ia ingin merasakan udara segar karena di dalam kamar bersalin tadi sempat membuatnya mual melihat banyaknya darah pasien. Biasanya ia kuat menghadapinya namun entah mengapa ia sangat merasa hari ini dirinya tidak bisa menahan rasa mual yang berlebihan.

Setelah meneguk air putih, Sindy duduk di taman untuk menenangkan perasaannya. Di tengah pikirannya yang kalut, tiba-tiba ia ingat akan sesuatu dimana dirinya saat sedang tidak baik-baik saja.

"Astaga, aku baru ingat hampir dua bulan ini siklus menstruasinya belum datang. Ya Allah jangan sampai ini terjadi." Sindy buru-buru ke loker tempat penyimpanan tes pack yang biasa diberikan kepada pasien.

Ia masuk ke kamar mandi untuk melakukan pengecekan atas kecurigaannya. Alhasil apa yang sangat ia takuti kini terjadi. Ia menggenggam tes pack yang bergaris dua itu dengan sangat erat seakan ia ingin meremuknya untuk menyalurkan kekecewaannya pada dokter Alan.

Ketika makan siang tiba, ia tidak ingin bergabung dengan yang lainnya. Ia menghubungi dokter Alan untuk menyampaikan keadaan dirinya yang saat ini sedang hamil.

Dokter Alan yang merasa kesenangan bisa berduaan dengan Sindy menunda makan siangnya karena gadis itu akan menemuinya ruang pribadinya.

"Aku sangat senang Sindy ketika kamu ingin bertemu denganku disini." Dokter Alan hendak mengecup bibir Sindy namun gadis ini memalingkan wajahnya sehingga dokter Alan sangat kesal dengan dirinya.

"Aku ingin bicara serius dengan Anda dokter." Ucap Sindy lalu duduk di sofa dengan wajah tertunduk dengan menahan air matanya yang hampir tumpah ruah.

"Oh tentu sayang, aku sangat merindukan obrolan kita yang hangat tapi sayangnya kamu selalu menghindariku." Dokter Alan bangkit lalu mendekati gadisnya.

"Apa yang ingin kamu katakan, apakah ini mengenai hubungan kita?" Tanya dokter Alan seraya menggenggam tangan Sindy yang saat ini terasa sangat dingin.

"Aku hamil anak anda Tuan." Sindy menyerahkan respect miliknya pada dokter Alan.

"What?" Suara dokter Alan sedikit meninggi saat tahu Sindy hamil anaknya." Ia kemudian memiliki ide cemerlang untuk sekali lagi menjebak Sindy." Aku akan menikahimu kecuali kamu mau melayani aku lagi sayang supaya janinmu makin kuat, bagaimana?"

"Kalau caramu seperti ini, aku akan mengadukan kepada semua orang bahwa kamu telah memperkosaku sampai aku hamil."

"Lakukan saja apa yang kamu mau, aku tidak akan mengeluarkan nilaimu selama kamu magang di sini." Dokter Alan mengancam balik Sindy membuat gadis ini menyipitkan matanya melihat lelaki brengs*k yang duduk dihadapannya saat ini.

"Kau hanya seorang bajingan yang berkedok dokter untuk menghancurkan hidup orang lain, dasar manusia terkutuk." Umpat Sindy lalu meninggalkan ruang pribadi dokter Alan dengan hati yang remuk redam menahan emosinya yang hampir meledak.

 

"Dasar lelaki sialan, bisa-bisanya kamu ingin memanfaatkan aku dengan sejuta omong kosongmu itu." Gerutu Sindy yang tidak bisa menahan kekesalannya sambil membawa motornya menuju kosannya.

Setibanya di kos, ia terus memutar otaknya mencari solusi untuk bisa menghancurkan dokter Alan.

"Ya Tuhan apa yang harus ku lakukan pada lelaki bren*"sek itu. Aku terlalu bodoh sampai terjebak dalam permainan kotornya. Gairah cinta sesaat telah menghancurkan masa depanku yang sudah menunggu di depan mata." Sindy menghela nafas berat. Sesak di dadanya tak kunjung membaik.

Tidak berapa lama ia pun tertidur melupakan segala lara dihatinya.

🌷🌷🌷🌷

Malam terakhir Sindy membantu dokter Alan memeriksa semua pasiennya yang malam itu sangat padat pengunjungnya. Sindy yang lagi hamil dua bulan lebih ini sedikit kewalahan menangani pasien karena dirinya sendiri juga butuh istirahat. Dokter Alan sendiri tidak mau mengerti keadaan Sindy yang tengah hamil anaknya. Ia terus memaksa gadis itu untuk membantunya hingga semua pasien berangsur angsur selesai.

"Huhhh!" Pegalnya," Sindy mengerakkan kepalanya ke kanan dan kiri untuk merilekskan tubuh dan pikirannya yang sangat kelelahan.

Iapun duduk lalu menghabiskan sebotol air mineral yang sengaja ia bawa sendiri di dalam tasnya.

"Tok...tok!" Pintu itu diketuk dari luar yang ternyata salah satu OB yang membawakan nasi boks dan satu kotak martabak yang dipesan dokter Alan untuk mereka berdua.

"Terimakasih pak Edy" Ucap Sindy yang mengambil makanan itu dari tangan pak Edy yang merupakan OB rumah sakit.

Sindy meletakkan makanan itu lalu menuju ke kamar mandi untuk membersihkan wajah dan juga tangannya agar lebih fresh.

Di saat ia di dalam kamar mandi, dokter Alan menaburkan obat penggugur kandungan ke dalam martabak keju yang sengaja dipesannya untuk Sindy.

Setelah mengusapkan wajahnya dengan handuk kecil, Sindy keluar untuk menemani dokter Alan makan malam seperti biasanya.

"Terimakasih Sindy atas bantuanmu selama tiga bulan di rumah sakit ini. Hari ini tentunya kamu sangat kelelahan karena ini malam terakhir kita bersama setelah itu kamu lebih banyak tinggal di rumah." Dokter Alan memulai obrolan di sela-sela mereka menikmati makan malam berupa nasi goreng seafood tersebut.

"Cih, kamu bahkan tidak memberikan waktu untukku beristirahat sedangkan kamu tahu aku sedang mengandung anakmu, dasar ayah kurang ngajar." Umpat Sindy sambil melirik ke arah dokter Alan yang menikmati makanannya.

Setelah beberapa menit kemudian, Sindy sudah selesai dengan makanannya lalu dengan tenangnya ia membuka bungkusan yang satunya yang ia sudah tahu itu adalah martabak kesukaannya yang biasa dibeli oleh dokter Alan jika dirinya menginginkan makanan itu.

Sindy menikmati hidangan penutup itu tanpa rasa curiga. Dokter Alan yang melihat Sindy melahap martabak itu tersenyum penuh kemenangan karena telah berhasil mengugurkan kandungan kekasih gelapnya ini.

"Maafkan aku Sindy, aku tidak ingin orang lain akan tahu skandal kita dan resikonya reputasi rumah sakit ini akan dipertaruhkan." Ucapnya membatin.

"Terimakasih dokter sudah membelikan martabak kesukaanku, oh ya kapan anda akan menikahiku, aku tidak ingin menikah jika perutku makin membesar." Ucap Sindy menatap sendu wajah dokter Alan.

"Secepatnya sayang, aku akan menikahimu, yang penting saat ini kamu harus fokus pada kehamilanmu agar selalu sehat." ucap dokter Alan sambil melihat jam di pergelangan tangannya.

Selang sepuluh menit, Sindy merasakan perutnya mulai terasa mulas seperti kontaksi sedang menyerang rahimnya.

 

"akkkhhh!" Pekik Sindy disusul keringat dingin mengucur deras di pelipisnya.

"Kenapa sayang?" Tanya dokter Alan pura-pura panik.

"Aduh perutku dokter, ini sangat sakit!" Ucap Sindy sambil memegang perutnya dengan tubuh membungkuk menahan sakit.

Dokter Alan segera menggendong tubuh Sindy lalu dibaringkan ke brangkar pasien. Ia kemudian mengambil obat bius untuk membuat gadisnya tidak sadarkan diri.

"Apa yang anda lakukan?" Tanya Sindy ketika dokter Alan menyuntikkan obat anastesi tersebut ke lengan Sindy membuat gadis itu seketika lemas dan memejamkan matanya.

"Tenang sayang, sebentar lagi aku akan mengeluarkan anak haram itu dari rahimmu." Ujar dokter Alan tersenyum menyeringai menatap wajah cantik Sindy yang sudah diam membisu dengan nafas yang teratur.

Dokter Alan mempersiapkan semua alat medis yang khusus untuk melakukan kuret pada kandungan Sindy untuk mengeluarkan calon bayinya sendiri yang telah ia semaikan pada rahim gadisnya.

Karena sangat takut dengan reputasinya yang akan hancur ditambah lagi akan mendapatkan ancaman dari keluarganya apabila ia memiliki affair dengan seorang wanita khususnya di rumah sakit milik keluarganya itu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!