Sindy mengarahkan alamatnya kosnya kepada pemuda tampan yang sedang mengemudi mobil mewahnya. Farel berusaha mencuri pandang memperhatikan Wajah Sindy yang menatap arah jalan mereka.
"Udah di sini saja Tuan karena rumah saya berada di dalam gang sana." Ucap Sindy sedikit berbohong karena kostnya berada tepat di depan mobil farel berhenti saat ini.
"Boleh aku mengantarmu sampai depan rumahmu, aku harus memastikan sendiri keadaanmu." Ucap Farel menatap lagi wajah Sindy yang saat ini membuat ia jadi merasa kehilangan.
"Saya seorang gadis, dan ini hampir pukul satu pagi, saya tidak mau warga memandang hina keluarga saya karena diantar oleh seorang lelaki seperti anda, mohon pengertiannya Tuan." Sindy turun dan menghampiri motor metiknya yang sudah di parkir oleh Arif, anak buahnya Farel.
Farel ikut turun dan memperhatikan Sindy memakai helmnya dan mengendarai motornya masuk ke dalam gang yang hanya muat untuk kendaraan roda dua itu.
"Terimakasih Tuan dan saya minta maaf sudah merusak spion mobil Tuan." Sindy menyampaikan penyesalannya kepada lelaki tampan itu.
"Siapa namamu nona?" Tanya Farel ketika Sindy sudah bertengger di atas motornya.
"Namaku ada di dalam ponselmu." Sindy menghidupkan mesin motornya lalu masuk ke gang yang ada di sebelah kosnya.
"Lihat saja gadis itu berhenti di mana, dengan begitu kita bisa tahu alamatnya." Pinta Farel lalu meninggalkan tempat itu.
Anak buahnya memperhatikan Sindy sampai gadis itu berhenti di salah satu rumah penduduk. Sindy pura-pura berdiri lama di depan pintu pagar rumah tersebut untuk mengelabui anak buahnya Farel.
"Oh di situ rumahnya." Arif menghubungi bosnya dan memastikan bahwa dirinya sudah mengetahui kediaman Sindy.
Farel tersenyum senang, dengan begitu ia ingin langsung mendatangi rumah orangtua gadisnya agar langsung melamar Sindy. Ia tidak peduli gadis itu menyukai dirinya atau tidak. Arif kembali ke markasnya dengan menumpangi ojek yang sedang melintas di depannya.
Setelah memastikan aman dari anak buah Farel, Sindy memutar balik motornya menuju kosnya yang ada di pinggir jalan utama.
"Alhamdulillah terimakasih Ya Allah, akhirnya aku bebas dari orang-orang itu." Sindy memarkirkan motornya dan buru-buru masuk ke kamarnya.
Hatinya kembali sedih mengingat kejadian tadi di rumah sakit di mana dokter Alan dengan tega melakukan aborsi pada janin yang dikandungnya walaupun baru berusia dua bulan.
"Semoga Allah menghukummu dokter Alan, setimpal dengan perbuatanmu padaku." Ujarnya sambil menangis.
Sindy mencari obat penghilang rasa nyeri pada rahimnya dikotak obat miliknya. Ia menemukan beberapa obat yang bisa menyembuhkan rahimnya lebih cepat. Tidak lama kemudian ia tidak sadarkan diri alias terlelap tidur.
Seminggu kemudian setelah bisa membenahi hatinya dengan mengurung diri di kamar tanpa menyalakan ponselnya. Sindy berniat mengurus visa tinggalnya di negara Paris. Ia ingin hijrah ke negara yang terkenal romantis itu.
Ia tidak lagi berniat untuk menjadi seorang dokter walaupun sebentar lagi ia akan segera wisuda dan melakukan sumpah jabatan sebagai dokter.
Beberapa hari kemudian setelah memenuhi semua persyaratan dokumen yang dibutuhkan dalam melakukan perjalanannya ke Paris Perancis, Sindy memesan tiket pesawat kelas bisnis.
🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Di sisi lain, Farel yang berusaha menghubungi nomor Sindy, rupanya tidak bisa dilakukannya dan Sindy memberikan nama di ponselnya dengan nama Renata.
"Sial, rupanya gadis itu menipuku, hmm! rupanya dia belum tahu saat ini dia sedang berhadapan dengan siapa, jika aku menemukanmu, aku akan membawamu ke kasurku nona." Ucap Farel menggenggam erat gelas minumannya lalu di lemparkan ke tembok ruang kerjanya.
Pranggg!
Bunyi pecahan gelas mengagetkan karyawan yang berada di depan ruang kerja milik Farel.
"Jika aku menemukanmu, aku tidak akan membiarkanmu lepas dari tanganku." Farel memejamkan matanya menahan kesal dihatinya.
Entah mengapa pertemuan malam itu dengan Sindy membuat pikirannya tidak bisa berhenti memikirkan gadis itu, wajah Sindy sudah mengusai seluruh area jiwanya.
Tidak sama halnya dengan gadis lain yang ia temui, mereka memang cantik namun tidak mampu menggetarkan hati seorang Farel.
Dua hari kemudian perjalanan Sindy ke Paris Perancis berjalan dengan baik. Pesawat yang ditumpanginya kini sudah mengangkasa membelah setiap awan yang melintasi didepannya.
Tidak ada sesuatu yang terjadi dalam penerbangan itu karena langit saat itu sedang cerah namun tidak dengan hati milik Sindy yang masih bergayut awan hitam karena pengkhianatan seorang kekasih bajingan yang telah menghancurkan hidupnya.
"Alan jika memang kamu tidak ingin bertanggungjawab, setidaknya berilah kesempatan kepadaku untuk membesarkannya dan aku tidak akan melibatkanmu dalam membiayai kehidupannya, mengapa kamu tega Alan, kamu merenggut kehormatanku secara paksa dan kini kamu dengan tega membunuh janinku yang tidak berdosa.... hiks...hiks..hiks." Tangisnya kembali menyapa kepiluannya yang saat ini telah menjadi penghiburnya.
Hanya bulir bening itu yang mampu meringankan beban dihatinya. Mungkin bagi sebagian wanita mengandung anak dari hasil hubungan gelap adalah sebuah aib, namun tidak bagi Sindy yang merupakan gadis yatim-piatu yang tidak memiliki siapapun kecuali dirinya sendiri, merasa itu adalah takdir yang harus diterima.
Walaupun ia sangat sedih hamil dengan cara diperkosa oleh bosnya namun baginya anak adalah anugerah terindah dari Tuhan untuknya, itulah yang tidak bisa ia maafkan dokter Alan kekasihnya itu.
Di Jakarta Farel mengerahkan anak buahnya untuk mencari keberadaan Sindy namun saat di datangi rumah yang pernah Sindy memarkirkan motornya malam itu ternyata alamat rumahnya palsu yang di dapati mereka.
Hal ini membuat Farel makin berang dengan gadis itu, ia akhirnya mendatangi rumah sakit tempat Sindy magang namun di sana tidak ada satu keterangan yang ia dapatkan dari rumah sakit itu kecuali alamat kampusnya.
Di sana pun Farel masih mencari keberadaan Sindy, namun hasilnya juga sama jika Sindy sudah mengakhiri masa kuliahnya dan hanya menunggu wisuda. Tapi ada satu hal yang membuat ia tersenyum kemenangan di mana pihak kampus memberikan alamat kos padanya.
Ia pun mendatangi kos yang pernah ia parkir kendaraannya, betapa terkejutnya ternyata kos itu tepat di depan jalan utama di mana ia menurunkan Sindy di malam itu.
"Sial!" bisa-bisanya gadis itu menipu diriku." Ungkapnya kesal lalu memencet bel rumah itu yang merupakan tempat kos milik Sindy.
"Maaf Tuan anda mencari siapa?" Tanya salah seorang gadis yang merupakan penghuni kos tersebut.
"Apakah saya bisa bertemu dengan dokter Sindy?" Tanya Farel pada teman kos Sindy.
"Mbak Sindy sudah keluar negeri satu bulan yang lalu." Jawab Nita.
"Apakah kamu tahu negara mana yang ia tuju?"
"Maaf tuan saya tidak tahu karena saya tidak begitu dekat dengan gadis itu." Ujar Nita.
"Astaga!" Kenapa jadi buntu begini sih." Farel mengepalkan tangannya erat dengan menggertakan giginya menahan amarahnya.
Farel kembali ke mansionnya dan menghempaskan tubuhnya dengan kesal. Entah mengapa ia makin terobsesi dengan Sindy, gadis yang telah membawa lari hatinya ke negara saat itu di tuju Sindy.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments