Dokter Alan ingin sekali bercinta dengan kekasihnya Sindy. Namun Sindy selalu memberi syarat padanya dengan menikahinya terlebih dahulu, ia tidak ingin bercinta di luar nikah, karena itu bukan perinsipnya. Dokter Alan yang sudah tidak sabar menikmati tubuh kekasihnya, mencari cara untuk bisa mendapatkan Sindy.
Ia kemudian mengajak Sindy dengan alasan merayakan ulang tahun sahabatnya. Sindy sebenarnya menolak ajakan itu, karena pestanya sendiri diadakan di Bar, tempat orang-orang yang ingin bersenang-senang dengan tidak memikirkan moralitasnya.
Dokter Alan tetap memaksa kekasihnya hingga akhirnya Sindy menyetujui permintaannya.
Kesempatan itu dimanfaatkan oleh dokter Alan dengan mendekati salah satu pelayan bar untuk memberi obat perangsang ke dalam minuman Sindy.
Pelayan bar memberikan minuman Sindy sesuai yang dipesankan oleh dokter Alan. Sindy meneguk minuman jus buah yang sudah tercampur dengan obat perangsang. Awalnya Sindy merasa masih baik-baik saja. Melihat obat itu belum bekerja, dokter Alan memikirkan sesuatu hal untuk membuat Sindy lebih cepat Fly.
Dokter Alan tersenyum setelah mendapatkan ide gilanya itu.
Agar aksinya bisa berjalan dengan mulus, dokter Alan mengajak Sindy untuk berdansa. Lagi-lagi Sindy menolaknya, tapi dokter Alan selalu saja memaksakan kehendaknya hingga gadis ini turun juga ke lantai dansa.
"Sindy temani aku dansa sayang!" Bisik Alan tepat di kuping Sindy.
"Maaf dokter, aku belum pernah berdansa" Ujar Sindy berbohong.
"Setidaknya kamu bisa mengikuti langkah kakiku, ini tidak sulit ko. Ayo sayang!" Alan menarik tubuh gadisnya hingga Sindy mengikuti gerakan sesuai irama yang dimainkan oleh alunan musik tersebut.
"Kamu sangat cantik Sindy, aku menyesal baru mengenalmu" Ucap dokter Alan yang selisih usia lima tahun dengan Sindy.
"Terimakasih dokter!" Ucap Sindy tersipu malu mendengar pujian kekasihnya.
Dokter Alan makin merapatkan pelukannya dengan melingkarkan tangannya dipinggang Sindy. Tiba-tiba Sindy merasakan sesuatu yang sangat membakar tubuhnya, seakan birahinya terangsang dengan sesuatu yang ingin ia dapatkan.
Karena suasana Bar yang memiliki penerangan yang minim, Sindy mendekatkan wajahnya pada wajah dokter Alan. Ia melu**t lembut bibir tipis milik dokter Alan dan lama-kelamaan tubuhnya tidak mampu bertahan untuk melakukan lebih dari sekedar ciuman.
Dokter Alan yang mengetahui reaksi obat perangsang sudah bekerja di tubuh gadis ini, buru-buru membawa pergi Sindy menuju ke hotel yang sudah ia booking sebelumnya.
Di hotel itulah dokter Alan merenggut kesucian Sindy dibawah pengaruh obat perangsang. Setelah puas menikmati tubuh indah milik Sindy, dokter Alan tersenyum menyeringai seperti lelaki bajingan yang tidak punya akal. Terlebih lagi ia melihat percikan darah perawan milik sindy yang sudah menodai seprei putih.
"Terimakasih sayang, kamu telah memberikan milikmu yang sangat berharga untukku malam ini." Alan mengecup bibir ranum Sindy yang tertidur pulas setelah bergumul dengan dokter Alan diluar kesadarannya.
Keesokan paginya, Sindy yang baru sadar terperanjat ketika melihat tubuhnya dalam keadaan polos, ia melihat ke samping rupanya dokter Alan masih terlelap.
"Tidakkkk!" Pekik Sindy ketika melihat seprei yang telah menjadi saksi kegadisannya yang terenggut paksa oleh dokter Alan.
Ia memukul punggung dokter Alan dengan sangat kencang setelah memakai kembali pakaiannya yang berserakan di lantai kamar hotel.
"Bajingan kamu Alan, aku tidak akan memaafkanmu. Kamu ban*at!" Sindy mencakar punggung Alan hingga lelaki itu histeris karena kuku Sindy menancap sampai kulitnya hingga terkelupas.
Setelah berkata seperti itu, Sindy meninggalkan kamar hotel tersebut kembali ke kostnya dengan perasaan yang sangat memilukan.
"Ya Allah, apa lagi yang tersisa dari diriku selain kehinaan. Aku tidak menyangka lelaki bejat itu telah menghancurkan masa depanku....hiks...hiks!" Tangis Sindy pecah ketika tiba di kamar kostnya.
Di hotel, dokter Alan tertawa puas, ia merasa sangat bahagia karena telah mendapatkan apa yang diinginkannya dari gadisnya yang so jual mahal menurutnya.
"Akhirnya aku mendapatkan apa yang aku inginkan karena aku tidak bisa mendapatkan kesucian istriku di malam pengantin kami, rupanya rasanya seperti itu mendapatkan seorang gadis perawan...ha...ha..ha!" Tawanya terdengar menggema di kamar hotelnya.
🌷🌷🌷🌷
Dua hari setelah kejadian yang menyakitkan itu, Sindy tidak masuk kerja, ingin rasanya ia menghentikan magangnya karena merasa hidupnya telah hancur. Namun ia juga menyayangkan jika ia harus berhenti semuanya serba tanggung karena sebentar lagi ia akan menyelesaikan pendidikannya dan akan mendapatkan gelar dokter.
Setelah dua hari tidak magang, akhirnya Sindy memberanikan diri mengesampingkan perasaan pribadinya, di hatinya saat ini adalah bertekad untuk menyelesaikan tugas magangnya yang sebentar lagi akan berakhir.
Pagi itu dengan kendaraan roda duanya, Sindy berangkat ke rumah sakit dengan rasa percaya diri yang tinggi. Ia berprilaku sewajarnya seolah tidak terjadi apa-apa dengan dokter Alan sekaligus bosnya itu. Sikap dinginnya yang saat ini menjadi tamengnya.
"Selamat pagi Sindy, apa kabarmu!" Mengapa dua hari ini kamu tidak masuk?" Dokter Alan mendekati gadisnya namun Sindy berusaha menghindar.
"Sindy aku minta maaf karena menodaimu dalam keadaan mabuk." Dokter Alan mencoba merayu lagi gadisnya.
"Aku akan segera menikahimu atau kamu mau kita menikah sirih dulu supaya hubungan kita ini menjadi lebih serius?" Dokter Alan memberikan solusi untuk Sindy agar gadis itu mau menerimanya.
"Kamu kira dengan menikahiku secara sirih perbuatanmu bisa di maafkan? jangan ngaco ya jadi manusia, anda itu seorang pemimpin rumah sakit ini, memiliki intelektual tinggi beda dengan bajingan sampah yang berkeliaran di pasar maupun terminal angkutan umum hanya untuk selembar rupiah.
Jika dirimu memperlakukan aku seperti ini, apa bedanya kamu dengan mereka, bahkan pekerjaanmu sebagai seorang dokter diragukan kredibilitasnya yang selama ini telah disematkan orang lain pada keunggulanmu sebagai dokter muda berbakat." Sindy meninggalkan ruang kerja dokter Alan dan bergabung dengan dokter lainnya yang saat ini sedang menunggu jadwal mereka untuk operasi sesar pada beberapa pasien yang sebentar lagi akan melahirkan.
"Kamu sudah siap Sindy memegang pisau bedah?" Tanya dokter Rendy ketika melihat Sindy sudah mengenakan baju APBD-nya.
"Sudah dokter," ucap Sindy antusias.
"Lakukan sebaik mungkin dan jangan gugup, konsentrasi pada tubuh pasien dan jangan memikirkan hal lainnya karena ini menyangkut nyawa pasien.
Prioritaskan profesional kedokteranmu sebagai dokter bedah dalam operasi pertamamu ini, jika sedikit saja kamu melakukan kesalahan, maka bukan kamu saja yang akan di skors tapi kami semua yang ikut dalam tim ini akan bernasib yang sama, jangan kecewakan dokter Alan yang telah memberikanmu kesempatan yang sangat berharga ini." Imbuh dokter Rendy dengan bijak.
"Baik dokter, saya jamin akan melakukannya dengan sebaik mungkin." Ujar Sindy dengan mantap.
Iapun memejamkan matanya lalu berdoa lebih khusu agar operasi pertamanya ini berjalan dengan baik.
Selama menjalani operasi pertama pada pasiennya, Sindy begitu fokus saat membedah perut pasien dari lapisan pertama hingga lapisan terakhir untuk mengeluarkan bayi yang ada di perut si ibu. Sindy tersenyum puas karena operasi pertamanya kali ini berhasil.
Beberapa rekan kerja dokter senior memuji kehebatan Sindy dalam melaksanakan tugasnya sebagai dokter spesialis kandungan.
Dokter itupun memberikan selamat kepada Sindy dan memuji kehebatan Sindy.
"Selamat Nona Sindy, kami salut dan bangga kepada anda karena anda sudah mampu menjalani tugas pertama sebagai dokter bedah." Ucap dokter Idris.
"Terimakasih atas kepercayaannya dan juga kesempatan yang anda berikan kepada saya dokter, tanpa kalian saya tidak bisa apa-apa." Ucap Sindy dengan masih tetap rendah hati.
"Kami di sini hanya mengawasimu nona Sindy, karena hasil akhir dari semua yang kamu pelajari adalah kemampuanmu dalam mengimplementasikan semua hal yang sudah kamu pelajari khususnya dalam dunia kesehatan." Dokter Idris memuji keberanian Sindy yang menghadapi ibu hamil dengan resiko gagal jantung yang melakukan operasi sesar yang ditanganinya sendiri.
Karena keyakinan Sindy itulah membuat tim dokter lain mendukung dan membantunya untuk menyelamatkan dua nyawa sekaligus yaitu ibu dan anak. Dan hari sudah terbukti Sindy mampu melakukannya tanpa membuat suatu kesalahan.
Walaupun hatinya sangat puas dengan hasil kerja kerasnya hari ini, namun Sindy merasa ada yang aneh dengan dirinya kali ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Lina ciello
🤬😡
2024-06-17
0
Lina ciello
fu*k dokter pendosa berkedok dokter 🤬😡
2024-06-17
0
putia salim
dkter kog berperilaku bejad🤦♀️
2022-10-13
1