Yashinta (Kakak Iparku Cintaku)
Yashinta. Yashinta Wiraguna, seorang anak tunggal. Gadis cantik yang polos dan manja. Ketika sang mama pergi kembali ke pangkuan penciptanya, gadis yang akrab menyebut namanya Yas itu terbiasa hidup dengan kasih sayang dari pengasuhnya, juga dari sang papa disela-sela kesibukan kerjanya.
Yashinta bukanlah orang yang mudah bergaul, ia membatasi pertemanannya, atau mungkin orang lain juga enggan mengakrabkan diri dengannya yang hanya bertemankan buku.
Sejak duduk di bangku Sekolah Dasar, ia hanya memiliki satu teman, yaitu Ranti. Orang yang sudah ia anggap seperti saudaranya sendiri. Sahabat terbaik yang ia miliki.
Di mana ada Yashinta, maka di sana akan ada Ranti. Sampai sekarang keduanya sudah duduk di bangku SMA, mereka tetap bersama-sama dan berteman dengan baik.
Bagi Yashinta, Ranti itu seperti seorang kakak yang selalu menjaganya, penasihat yang baik untuk apapun masalahnya. Tapi untuk satu masalah, Yashinta tidak bisa mendengarkan Ranti, dan ia memohon maaf yang sebesar-besarnya karena hal itu.
"Telat lagi 'kan, loe?" sambar Ranti saat mendapati Yashinta yang sedang duduk di bawah sebuah pohon di taman belakang sekolah.
Gadis itu baru saja menyelesaikan hukumannya menyapu halaman belakang setelah terlambat datang ke sekolah dan tertangkap basah oleh Pak Harto, guru yang saat itu sedang mendapat jadwal piket.
Yashinta menoleh, menatap Ranti di sampingnya yang berkacak pinggang dengan wajah kesal.
"Iya, Ranti. Yas, cape!" sahutnya sambil menyeka keringat di dahi dengan punggung tangan.
"Ini udah tiga kalo loe telat selama kita masuk tahun ajaran baru kelas dua belas. Kafka lagi?" Ranti seakan sudah tau penyebab keterlambatan Yashinta.
"Iya," gadis itu menyahut lemah.
"Kafka bilang mau jemput, Yas tungguin dia malah gak dateng-dateng."
Ranti terlihat menghela napas panjang.
"Berapa kali, sih, gue harus bilang. Gak usah percaya sama Kafka!" tau-tau Ranti emosi. Mengingat hal ini sudah sangat sering terjadi.
"Dia cuma ...," gadis itu menatap Yashinta, kemudian mendesah pasrah. "Terserahlah!" sambungnya. Tidak ingin memperpanjang masalah.
"Hukumannya udah beres 'kan?" ia mengalihkan pembicaraan. Percuma menasihati Yashinta panjang lebar. Gadis itu bebel dan budak cinta tingkat dewa.
Yashinta mengangguk.
"Ayo ke kelas!" Ranti menarik tangan Yashinta berlalu dari sana.
Iya, Kafka. Untuk pertama kali bagi Yashinta tidak mendengarkan Ranti, adalah tentang Kafka.
Kafka Ali Abiansyah, cowok tampan, seorang tsundere yang digilai para cewek se-SMA Firgo, Yashinta menaruh hati padanya sejak mereka duduk di kelas satu SMA. Katakanlah saja cinta pada pandangan pertama.
Tapi sayang, Kafka sedikitpun tak pernah meliriknya, apalagi tertarik dan suka padanya. Dari gosip beredar yang pernah Yashinta dengar, dia naksir Saras, cewek populer yang sekarang menjabat sebagai wakil ketua OSIS.
Tapi menurut kabar yang beredar pula, Yashinta sering mendengar jika beberapa kali Saras selalu menolak Kafka tanpa alasan.
Ketika mereka duduk di kelas sebelas semester dua, entahlah Yashinta harus senang atau bagaimana, saat tiba-tiba saja Kafka mengajaknya berpacaran.
Tidak ada angin tidak ada hujan, bahkan cuaca sangat cerah saat itu, saat Kafka mendatanginya dan mengajaknya untuk menjalin hubungan.
"Kenapa tiba-tiba ngajakin Yas pacaran?" tanya Yashinta yang saat itu duduk membaca buku di perpustakan. Pemuda di hadapannya nampak menghela napas.
"Loe suka 'kan, sama gue?"
Yashinta terdiam, ia bahkan tidak berani mengangkat pandangannya untuk menatap Kafka yang saat ini sedang menatapnya. Lebih tepatnya sejak sepuluh menit yang lalu.
"Loe 'kan yang sering naro botol minum di loker gue?"
"Loe juga yang sering liatin gue dari jarak jauh di mana pun gue berada, iya 'kan?"
"Artinya loe suka sama gue!" ia mengambil kesimpulan sendiri.
Yashinta hanya terdiam, ia menahan debaran di jantungnya saat Kafka dengan blak-blakan mengatakannya. Rupanya ia sudah mengetahui fakta jika Yashinta adalah pelakunya.
"Gimana?" pertanyaan to the point Kafka menyadarkan lamunan Yashinta.
"Emang—Kafka suka ..., sama Yas?" tanyanya sedikit gugup.
"IYA!" Kafka menyahut tanpa ragu.
Gadis itu menunduk, kemudian menyahut dengan suara pelan. "Yas, mau jadi pacar Kafka!"
Bagaimanapun, Yashinta menyukai Kafka, tidak ada alasan baginya untuk menolak pemuda itu, meski caranya mengajak berpacaran begitu aneh dan tiba-tiba.
Keanehan itu terus berlanjut seiring dengan berjalannya waktu. Kafka yang tsundere itu kerap kali tidak memperdulikan Yashinta sebagai pacarnya. Ia bersikap seolah-olah mereka tidak memiliki ikatan apapun.
Tapi, karena rasa sayang Yashinta padanya, gadis itu tidak mempermasalahkannya. Selama Kafka menjadi pacarnya, ia selalu bisa memahami pemuda itu.
Bahkan sangat sering Kafka membuatnya kecewa, dan sering pula Yashinta memakluminya. Hal itu mengundang kemarahan Ranti yang sejak awal memang merasa jika Kafka hanya bermain-main saja pada Yashinta, tapi Yashinta tidak pernah mau mendengarkannya.
Karena baginya, jika Kafka hanya bermain-main saja, tidak mungkin hubungan keduanya berjalan selama empat bulan ini.
"Habis ngapain, keringetan gitu?" seorang siswa yang berdiri di depan pintu kelasnya berhasil membuat langkah Ranti dan Yashinta terhenti.
Ranti menarik Yashinta sedikit menjauh. Matanya menyalang melihat Kafka dengan raut tanpa dosa.
"Telat?" tebaknya.
"Loe nanya?" Ranti smirk pada Kafka di hadapannya.
"Loe inget udah janji apa sama Yashinta?"
"Jemput dia?" Kafka justru balik bertanya.
"Terus?"
"Terus apa? Ya gue lupa, sorry!"
"Enggak papa!" Yashinta menyahut pasrah dengan senyum hampa, bukan hal baru baginya. Sementara Ranti menggeleng tidak percaya.
"Yashinta, semudah itu loe maafin dia?" tanyanya dengan dahi berkerut.
Yashinta hanya diam. Sementara tatapan Ranti beralih pada Kafka.
"Loe gak tau diri banget, sih, Ka. Yashinta ini pacar loe, sikap loe yang kaya gini udah berapa kali coba?" Ranti emosi.
"Kenapa nyalahin gue, gak perlu di ingetin kok kalau dia cewek gue, gue inget. Harusnya, dia tau, dalam waktu lima belas menit gue gak dateng jemput, yaudah berangkat ke sekolah sendiri. Gak perlu nungguin!"
"Artinya gue gak bakal dateng!"
Kali ini Ranti benar-benar tertawa. Ia tidak menyangka dengan apa jawaban Kafka.
"Yang kaya gini loe bilang pacar, Yas? Yang bener aja, sih."
"Sepet gue ngeliatnya!"
Ranti berlalu begitu saja, meninggalkan Yashinta yang mematung di depan Kafka. Sementara Kafka tampak menghela napas.
"Loe gak ke kelas?" tanyanya kemudian pada Yashinta saat gadis itu hanya berdiri mematung di tempatnya.
"Iya, Kafka. Ini mau ke kelas,"
Yashinta melangkah.
"Sorry, ya!"
Langkah gadis itu terhenti, tapi ia tidak menoleh pada pemuda di hadapannya.
"Enggak papa, Yas 'kan udah biasa!"
Kafka mengalihkan tatapannya ke arah lain, sementara Yashinta berlalu dari sana.
"Gue udah bilang 'kan. Putusin Yas. Loe gak bakal berhasil, cewek itu cuma ngerecokin hidup loe doang!"
Kafka menoleh, Saras berdiri di ambang pintu dengan tangan terlipat di dada.
"Cuma dua bulan lagi 'kan? Gampang!"
"Gue gak akan nyerah, sebelum apa yang gue mau itu terwujud!"
"Amazing!"
"Gue salut sama loe, Ka. Salut, sama loe yang cuma buang-buang waktu!" sahutnya yang kemudian berlalu. Kafka hanya menatap kepergiannya. Kepergian gadis, yang menjadi alasan kenapa ia mau berpacaran dengan seorang Yashinta Wiraguna.
Gadis manja, yang selalu mengganggunya saat sedang latihan basket. Gadis manja, yang selalu mengganggunya dengan terus menelponinya, mengirim pesan, melarangnya bergaul dengan teman-temannya, melarangnya pergi kesana-kemari. Dan .....,
Kafka setuju dengan Saras, jika gadis itu hanya merecoki kehidupannya saja.
**
"Ranti, Ranti!"
Yashinta dengan segera duduk di kursi miliknya di samping Ranti yang tengah duduk dengan tampang kesal.
"Ranti marah sama, Yas? Yas minta maaf,"
"Yang harusnya minta maaf tuh, Kafka. Bukan loe!"
"Kan tadi di depan kelasnya, Kafka udah minta maaf. Yas juga gak papa kok!"
"Ya iyalah, gak papa. Loe itu udah kebal sama perlakuan seenaknya dia ke loe!"
"Loe kapan, sih, Yas mau sadar, kalo Kafka tuh gak pantes sama loe!"
"Loe cantik, banyak kok di sekolah ini yang mau sama loe, gak mesti sama Kafka yang seenak jidat memperlakukan loe!"
"Tapi Yas sayang sama Kafka, Ranti."
"Sayang boleh, Yas. Ya, tapi jangan tolol-tolol juga, lah. Coba loe tegas sedikit sama Kafka. Biar nggak seenaknya aja dia sama loe!"
Yashinta hanya menunduk, membuat Ranti tidak tega karena memarahinya. Bukan apa-apa, hanya saja Ranti merasa tidak setuju dengan hubungan Yashinta dan Kafka, terlebih saat melihat perlakuan seenaknya Kafka pada Yashinta, dan ia lebih kesal lagi saat melihat Yashinta yang selalu memaklumi apapun tindakan Kafka.
"Sorry-Sorry, iya gue yang minta maaf."
Gadis itu berhambur memeluk Yashinta.
"Gue cuma gak mau loe terus-terusan disakitin sama Kafka!"
"Iya, Ranti. Yas ngerti!" Yashinta tersenyum, membuat Ranti juga tersenyum melihatnya.
Baginya, Yashinta itu terlalu lemah untuk menjalin hubungan dengan seorang Kafka. Yashinta memang manja dan terlalu baik, mungkin itu alasan kenapa Kafka bersikap seenaknya saja pada gadis polos ini.
"Lupain Kafka!"
"Ehh,"
"Saat ini aja, Yas. Kita, 'kan mau belajar."
Yashinta hanya nyengir, memamerkan deretan giginya yang putih. Sampai suara guru yang memasuki kelas dan mengucap salam membuat keduanya mengubah posisi duduk dan segera mengambil buku untuk memulai pelajaran.
TBC
Hay guys? Bagaimana? Berikan tanggapan dan dukungan, kalian. Terimakasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Mukmini Salasiyanti
Kangen, mbak Eva..., Andreas juga☺
jd, cus lah kesini.... 😉
2023-12-02
0
Kim Reyaa
maaf kk eva , br mampir krn br sempet buka aplikasi ini setelah 2 thn hiatus , tulisanmu memang selalu membuat Q candu 😁 , selalu mengawal kisah halumu thor , semangat
2022-12-04
0
Siti Sri Wahyuni
mampir thor 😊
2022-07-14
2