Bernapas Di Dua Alam [Sedang Revisi ]

Bernapas Di Dua Alam [Sedang Revisi ]

Chapter.1 Prolog

Pagi ini sangat sejuk. Hembusan angin terasa dingin merasuk hingga menusuk ke tulang. Aku baru selesai mandi dan mengenakan seragam sekolah lalu aku melapisi seragamku dengan sweater, kemudian aku duduk di meja rias untuk memastikan wajahku terlihat segar.

Tok... Tok... Tok...

"Airin... apakah kamu sudah selesai berkemas?" Tanya mama dari balik pintu.

"Oh... iya mah. Airin sudah siap berkemas kok mah," jawabku pada mama.

"Kalau begitu cepatlah turun ke bawah nak, bibi sudah menyiapkan sarapan pagi untuk kita."

"Baik mah," jawabku dengan singkat.

Aku berdiri dari kursi dan beranjak meninggalkan cermin riasku untuk mengambil tas ransel dari atas kasur dan kemudian aku berjalan menuju pintu kamar. Aku membuka pintu kamarku dan kemudian aku keluar untuk menuju ke ruang makan.

"Rin... Ajak juga ka Adit untuk sarapan!" Perintah Kak Haura kepadaku saat aku melewati pintu kamarnya yang terbuka.

"Kenapa tidak Kaka saja yang memanggil ka Adit?" godaku, dia berbalik badan dan melihat ke arahku dengan sorot mata yang terlihat tajam.

"Ya elah, lu jadi adik males banget sih! Gak bisa disuruh apa?" ujar Kak Haura dengan kesal.

"Bawel lu!" balasku sambil menggoda Kak Haura lalu berlari menuju kamar kak Adit.

"Awas aja lu ntar ya!" teriak Kak Haura dengan nada kesalnya.

"Pura-pura gak denger ah!" responku terhadap teriakannya dengan godaan yang usil.

Hubunganku dengan Kak Haura memang selalu seperti ini. Jarang akur, mungkin malah tidak pernah akur sama sekali. Aku akan kenalkan dia kepada kalian. Nama lengkapnya, "Haura Evangelista." Orang-orang biasa memanggilnya "Haura." Tetapi tidak denganku, seperti yang diketahui bahwa aku dengannya tidak pernah akur. Maka dari itu aku memiliki nama panggilan yang cocok baginya, aku memanggilnya dengan sebutan "Burung Pipit." Karena itu memang nama yang cocok untuknya, sangat sesuai dengan dirinya yang selalu berkicau di pagi hari.

Dia adalah anak kedua dari tiga bersaudara, kini dia sudah duduk sebagai mahasiswi di universitas yang bertempat cukup jauh dari keramaian kami.

"Tok Tok Tok."

"Ka Adit, sarapan yuk! Hidangannya sudah menunggu kita di meja makan, loh!"

Aku mengetuk pintu kamar kak Adit dan kemudian aku mengajaknya untuk turun menuju ruang makan dan menyantap sarapan pagi yang telah disediakan.

"Tunggu, Rin! Kita bareng ya ke ruang makan!" perintah Kak Adit dengan ramah memintaku untuk menunggunya.

"Baik ka, jangan lama-lama ya, aku sudah lapar soalnya."

Kataku kepadanya dengan nada manja.

"Iya, iya, Kaka udah siap kok."

Jawab Kak Adit dan kemudian dia pun keluar dari kamarnya.

"Yuk!"

Ajak Kak Adit dengan singkat dan kemudian dia pun berjalan sambil memperbaiki dasinya, sedangkan aku berjalan di belakangnya hingga akhirnya kami pun sampai di ruang makan.

"Pagi Pa! Ma!"

Kak Adit menyapa Papa dan Mama yang sudah terlebih dahulu menempati tempat duduknya masing-masing.

"Pagi sayang."

Jawab Papa dan Mama dengan senyuman. Aku juga menyusul sapaan Kak Adit kepada Papa, Mama, dan juga si burung Pipit, kemudian aku dan Kak Adit pun duduk di kursi kami masing-masing untuk memulai sarapan bersama.

"Airin jadi masuk SMA mana pa?"

Tanya Kak Adit sebelum melahap sesendok nasi ke dalam mulutnya.

"Di SMA Negeri dekat kota, Dit."

Jawab Papa kepada Kak Adit.

"Nanti lagi sambung ceritanya setelah selesai makan."

Sambung Mama memotong percakapan antara Kak Adit dan Papa.

"Oke, Nyonya."

Jawab Kak Adit dan Papa dengan kompak, dan kami pun melanjutkan sarapan hingga selesai.

Setelah sarapan, kami pun langsung berjalan menuju teras rumah untuk berangkat ke tujuan masing-masing.

Aku naik mobil bersama Papa dan Kak Adit mengendarai motor berdua, sedangkan Mama tetap di rumah karena dia masih cuti kerja.

"Da-da, mah!"

Ucapku sambil melambaikan tangan kepada Mama sebelum akhirnya mobil pun keluar dari pekarangan rumah dan mulai memasuki jalan-jalan Sriwijaya yang sangat sepi. Angin berhembus kencang menggoyang pepohonan cemara yang rimbun di sekitaran jalan Sriwijaya.

Perkenalkan, namaku "Airin Kanya sara." Aku akrab dipanggil "Airin." Aku adalah anak terakhir dari ketiga bersaudara. Kak "Azka Pradita Julian" adalah anak pertama, dia akrab disapa dengan nama "Adit." Oleh orang-orang yang dekat dengannya, dan yang kedua adalah si "Burung Pipit," alias Kak Haura Evangelista. Kami semua adalah anak kandung dari Papa Nathan Wijayanto dan Mama Ajeng Sudrajat.

Kami tinggal di sebuah rumah besar yang terletak di pegunungan, jauh dari keramaian.

"Rin, kamu kok melamun?"

Tanya Papa kepadaku.

"Oh, Airin gak melamun kok, pa. Airin cuma sedang melihat-lihat pepohonan cemara yang bergoyang terkena hembusan angin."

Jawabku sambil tersenyum.

"Oh, gitu."

Saut Papa dengan singkat.

Kemudian Papa pun mengajakku untuk bercerita panjang lebar di sepanjang perjalanan kami menuju ke sekolah baruku.

Terpopuler

Comments

kee 🐢

kee 🐢

krik krik

2020-08-13

1

Alensa

Alensa

keren Thor ... lanjut mampir di sini juga, Kak "surga kedua di hatiku" like, vote dan coment ya, kakak ❤❤🙏🙏🙏

2020-04-27

0

Aulia_f_s

Aulia_f_s

kalau ada waktu mampir juga di dua alam ya....

2020-04-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!