Chapter.2 Pertemuan Misterius di Gerbang Sekolah

Kami tiba di depan sekolah, suasana hari masih segar. Papa mengantarku hingga ke pintu gerbang sekolah.

"Ayo, Airin, masuk ke dalam," kataku dengan ambisi yang membara. Tanpa ragu, aku melangkah masuk melalui pintu gerbang sekolah.

Tiba-tiba, panggilan suara memecah keheningan pagi.

"Rin!"

Panggilan dari Papa menghentikanku. Aku menoleh, mata kami bertemu.

"Iya, Pa?" Sahutku, ingin tahu apa yang ingin Papa katakan.

"Ada yang kamu lupakan, nak?" Pertanyaan Papa membuatku berhenti, berpikir keras.

Menghampiri Papa, aku mencoba mengingat kembali.

"Pa, maaf ya, Airin lupa. Apa yang harus aku lakukan?" Tanya ku kebingungan.

Papa tersenyum penuh pengertian, "Aduh, si bungsu. Kamu selalu lupa untuk mencium tangan Papa sebelum berangkat sekolah."

"Oh iya, Pa, maaf ya," kataku sambil tertawa, dan tanpa ragu aku mencium tangan Papa sebelum melanjutkan langkahku masuk ke sekolah.

"Selamat pagi, Pa. Sampai jumpa!" Aku melambaikan tangan, dan ketika mobil Papa menghilang dari pandangan, aku memasuki gerbang sekolah.

Langkah-langkah kaki murid baru terdengar, seiring semangat mereka menggebu. Gerombolan siswa baru berjalan melewati gerbang menuju dalam sekolah.

Aku bergabung dengan mereka, langkahku di tengah-tengah ratusan murid baru lainnya, berjalan menuju aula.

"Tett... tett..."

Suara bel berbunyi, mendesak kami untuk bergegas menuju aula. Aku merasa terkejut oleh suara bel yang tiba-tiba, namun dengan cepat mengikuti arah para siswa lainnya.

Dari atas panggung, suara seorang gadis terdengar melalui pengeras suara, mengarahkan kami menuju aula.

"Semua, cepat berkumpul di Aula!"

Suaranya terdengar tegas, seolah memerintahkan kami untuk tidak berlama-lama.

"Ayo, cepat! Jangan menunda!" Suara gadis itu kembali terdengar, memberi arahan dengan nada tegasnya.

Dengan segera, aku dan murid-murid baru lainnya berlari di koridor, melewati Kaka senior yang mengenakan seragam hitam khas dan memberikan instruksi cepat.

"Ayo, cepatlah, teman-teman!"

Aku tercengang saat sampai di aula, menemukan bahwa tak ada satu pun bangku yang kosong.

"Puk.. puk.." Seseorang mengetuk pundakku.

"Kamu tidak mendapat tempat duduk?"

Aku menoleh, menemukan seorang gadis dengan senyum ramah di wajahnya.

"Iya nih!" Aku menjawab, senyumku membalas.

"Perkenalkan, namaku Kayla Sintia, biasa dipanggil Key!"

Dia menuliskan namanya dengan tangan, menawarkan tangannya kepada ku.

"Airin Kanya sara, biasa dipanggil Airin."

Aku membalas dengan senyuman dan menjabat tangannya dengan hangat.

"Kalian berdua, berdiri saja?" Suara seorang senior tiba-tiba menghentikan kami.

"Bangku habis, Kak."

Aku menjawab, menundukkan kepala.

"Lihatlah, ada di pojok sana, masih ada bangku kosong!" Kaka senior dengan nada kesal menunjukkan bangku kosong yang masih tersedia.

Dengan cepat, kami menuju bangku yang ditunjuk oleh Kaka senior tersebut.

Tidak lama setelah itu, aku dan Key duduk di bangku kosong yang kami temukan.

Lampu di ruangan tiba-tiba padam, menyelimuti kami dalam kegelapan sejenak. Suara musik menggema, mengiringi suasana misterius.

Kemudian, lampu kembali menyala, dan dua MC muncul di atas panggung.

"Saat itulah aku menyadari, kehidupanku sebagai murid baru telah dimulai. Aku siap menghadapi petualangan ini."

Pikiranku semakin terbawa suasana.

"Eh, Rin, kamu bawa handphone?" Key tiba-tiba bertanya, memecah lamunanku.

"A-ha! Tentu saja!" Jawabku, memberikan handphoneku.

"Boleh minta kontakmu?" Key tersenyum manis.

"Pasti, aku kasih. Tapi untuk apa sih?"

Aku mengelus kepala, tak mengerti.

"Agak ribet kalau dijelaskan, hahaha."

Dia tertawa, mengeluarkan kesan ramah.

"Sudah, Catat saja!" Aku membuka kontak WA-ku dan memberikannya padanya.

Kami berbicara panjang lebar, mengejar waktu, tanpa menyadari acara yang berlangsung di atas panggung.

Tiba-tiba, acara pembukaan dan penyambutan murid baru selesai.

"Semoga beruntung, Rin!" Key membuka jendela mobilnya dan melambaikan tangannya.

"Iya, Key, jangan lupa hubungi aku ya!"

Aku tersenyum dan merespon lambaian tangannya.

"Pasti, Rin!" Dia menjawab singkat, sebelum pergi meninggalkan sekolah dengan mobilnya.

Saat ini, aku berdiri di depan gerbang sekolah yang semakin sepi, menunggu Papa menjemput ku pulang.

Namun, pandangan mataku tertuju pada seorang wanita di seberang jalan, mengenakan jubah hitam. Dia menggerakkan tangannya seolah memanggilku.

Aku ragu, tetapi rasa penasaran menggelitik pikiranku.

"Sebaiknya aku tidak memedulikannya dan menunggu di dalam sekolah saja."

Tapi hatiku tidak tenang. Aku merasa ada yang aneh, tapi aku takut terlibat dalam masalah yang tidak diinginkan. Aku memutuskan untuk meninggalkannya dan berbalik untuk menuju keramaian.

Tapi kemudian, suara lemah terdengar lagi, memanggil

namaku.

"Airin Kanyasara, aku memanggilmu!"

Suara itu seperti angin, membuatku berhenti. Napasku tercekat, dan aku merasa seperti ada magnet yang menarikku ke arah suara itu.

"Baiklah, aku akan mendekatinya."

Aku mengambil langkah berani dan menyusuri jalan untuk bertemu dengan wanita itu.

Ketika aku berdiri di hadapannya, dia mengangkat kepalanya, mata kami bertemu.

"Pukul... enam..."

Dia melafalkan kata-kata itu dengan penuh getaran, sambil menyodorkan selembar kertas padaku.

Saat aku melihat kertas itu, tertulis angka enam dengan tinta merah yang mencolok.

"Apa ini? Dan bagaimana kamu tahu namaku?"

Aku ingin bertanya, tetapi sebelum aku bisa melanjutkan, dia tiba-tiba menghilang tanpa jejak.

Aku merasa terpaku, merinding di tempat. Aku melihat ke kiri dan kanan, mencari tahu apakah ada orang lain yang menyaksikan kejadian ini.

"Tin tin."

Suara klakson mobil yang tiba-tiba berbunyi membuatku melompat, aku hampir pingsan karena terkejut.

"Airin, apa yang terjadi? Kenapa kau pucat sekali?" Suara Papa mengalihkan perhatianku.

"Papa, aku... aku tidak yakin. Aku merasa... aneh."

Aku berbicara dengan suara gemetar, mencoba menjelaskan apa yang baru saja terjadi.

Papa melihatku dengan penuh perhatian, "Tenang, Nak. Mungkin hanya kelelahan. Mari, ayo pulang."

Papa mengusap kepala ku dengan lembut, dan aku merasa sedikit tenang.

Kami masuk ke dalam mobil, meninggalkan sekolah di belakang. Aku memandangi gerbang sekolah yang semakin menjauh, merasa ada rahasia yang belum terungkap di balik semua ini.

Terpopuler

Comments

Kim Be

Kim Be

kren critany

2020-01-03

1

<ᴍᴀʀɪᴀ ʜᴀ ɴᴀ>👑 Ha Na maria💣

<ᴍᴀʀɪᴀ ʜᴀ ɴᴀ>👑 Ha Na maria💣

aku masuk fav dulu ya nur

2019-10-22

2

☆ Rhea Deedra ☆

☆ Rhea Deedra ☆

Semakin di baca, semakin menarik Thor.. 🤩👍
Aku suka dgn suasana yg seperti ini..
Pertahankan..
Semangat ngelanjutinnya ya, Thor..

2019-10-02

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!