Ketika Cinta Harus Menentukan

Ketika Cinta Harus Menentukan

Bab 1

"Bagaimana para saksi? sah?" tanya penghulu.

"Sah!" jawab semua bersamaan.

"Barokalloh wabaroka alaikuma wajama'a bainakuma fii khoir".

Suara doa dipanjatkan untuk mendoakan kedua mempelai yang baru saja melangsungkan pernikahan. Mereka adalah Larissa dan Hamzah. Mereka menikah di kantor KUA terdekat hanya didampingi oleh Baskoro, ayah Hamzah, dan Lia, sepupu Larissa.

Walau Hamzah hanya seorang lelaki miskin, tapi Larissa mantap memilihnya sebagai seorang suami. Ia sudah terpikat dengan kejujuran yang ditunjukkannya sejak pertama kali bertemu.

Hamzah resmi menikahi Larissa dengan mahar uang tiga ratus ribu rupiah. Uang yang ia dapatkan dari kerja kerasnya selama beberapa bulan merantau ke negeri orang. Sebagian telah ia gunakan untuk mempersiapkan pernikahan ini.

Larissa meraih tangan Hamzah dan mencium punggung tangannya. "Sekarang aku adalah milikmu seutuhnya, Mas. Aku akan tunduk pada perintahmu. Kau adalah imam keluargaku".

Hamzah meraih Larissa dan mendaratkan sebuah ciuman di pucuk kepalanya. "Terimakasih karena sudah bersedia menjadi istriku, teman dalam hidupku, dan partner dalam sisa umurku".

Larissa tersenyum mendengar ucapan Hamzah. "Aku bahagia menjadi istrimu, Mas!".

Hamzah pun ikut tersenyum. "Aku juga bahagia!".

Penghulu menyerahkan beberapa berkas yang harus mereka tandatangani. Setelah usai, ia menyerahkan dua buah buku nikah pada mereka berdua. Selanjutnya ia memberikan beberapa petuah padanya.

Usai ijab kabul, mereka kembali ke rumah masing-masing. Resepsi akan dilakukan esok hari di rumah Larissa. Menurut kepercayaan masyarakat di desa, mereka belum boleh berkumpul bersama walau sudah resmi menikah. Mereka baru boleh tinggal bersama setelah ada acara penyerahan.

Sesampainya di rumah, Larissa merebahkan tubuh diatas ranjang. Matanya menerawang kearah langit-langit kamar. Ingatannya kembali pada pertemuan pertama mereka.

FLASHBACK ON

Sebuah pesan singkat masuk di handphone, ternyata dari sebuah nomor tidak dikenal. Larissa mengernyitkan dahi, ia menghela napas berat, 'Nomor tidak di kenal lagi' batinnya. Tak urung Ia pun membuka dan membaca isinya.

'Hai, boleh kenalan, nggak?' isi pesan tersebut.

Ternyata isinya adalah sebuah permintaan kenalan. Selama beberapa Minggu ini, ia memang kerap mendapatkan pesan dari nomor tidak dikenal. Isinya juga sama, yaitu permintaan perkenalan.

Selama ini Larissa enggan membalas setiap pesan dari nomor yang tidak ia kenal. Tapi entah kenapa kali ini ia merasa ada yang lain. Ia pun iseng menjawab pesan tersebut. 'Boleh, kamu siapa?'.

'Aku Hamzah, Aku tinggal di dekat rumahmu'.

Larissa mengerutkan dahi mendengar jawaban darinya. Ia mencoba mengingat apakah ada tetangganya yang bernama Hamzah.

Selama ini Larissa tidak tinggal dirumahnya. Ia dibesarkan di sebuah panti asuhan di kota Malang. Keluarga Larissa tergolong keluarga tidak mampu. Itu sebabnya ia berada disana. Ia hanya pulang sekali dalam setahun, itupun hanya seminggu saja. Itulah mengapa ia tidak begitu mengenal semua tetangganya.

Tak mau ambil pusing dalam mengingat nama itu, Larissa gegas menjawab pesan itu kembali. 'Kamu dapat nomorku dari mana?'.

'Aku dapat dari sepupumu, Munir!'.

'Sialan, dia lagi ternyata!' umpat Larissa dalam hati. Sepupunya itu memang kerap membagikan nomornya pada teman-temannya, satu hal yang sering membuat Larissa merasa kesal padanya.

Larissa tak lagi menanggapi pesan tersebut. Ia kembali disibukkan dengan pekerjaannya.

Keesokan hari, Hamzah kembali mengirim pesan pada Larissa. 'Boleh, ketemuan *n**ggak*?'.

Ada sesuatu yang menggelitik dalam pikiran Larissa saat membaca pesan itu. Tapi entah kenapa ia setuju begitu saja dengan ajakannya. Sebenarnya dia juga penasaran dengan sosok Hamzah tersebut. 'Boleh, kita ketemu dimana?'.

'Gimana kalau kita bertemu di lapangan desa, besok pagi habis Subuh. Sekalian kita jalan pagi ke pasir putih.'

Kebiasaan orang di desa ini memang suka jalan pagi ke pasir putih saat hari Jum'at. Tempatnya memang sangat cocok untuk melepas kepenatan setelah sepekan bekerja. Ditambah dengan udara yang masih sejuk karena memang masih pagi, membuat orang betah berlama-lama berada disana. Terlebih sebelum pukul delapan pagi tidak dipungut biaya masuk.

Setelah berpikir sejenak, Larissa pun setuju dengan ajakannya. 'Baik, aku setuju!'. Setelah menjawab pesan tersebut, Larissa kembali melanjutkan aktivitasnya.

Sesuai janji, keesokan hari Larissa datang ke lapangan desa. Ia menelpon Hamzah untuk menanyakan keberadaannya, karena dia belum mengetahui bagaimana wajahnya. Hamzah memberi isyarat dengan melambaikan tangan. Ternyata dia sudah menunggu dari tadi.

Kesan pertama yang larissa lihat dari sosok Hamzah adalah ia seorang pemuda yang sopan dan tidak banyak bicara. Dia tidak tampan, tapi cukup mempesona. Di samping itu, dia juga sosok pemuda yang sederhana dan apa adanya.

Tapi ada satu hal yang membuat larissa kurang menyukainya, yaitu postur tubuhnya. Hamzah mempunyai postur tubuh yang tidak terlalu tinggi, tapi juga tidak tergolong pendek. Sedang Larissa menyukai pemuda yang memiliki postur badan tinggi besar, terlihat lebih gagah dan enak untuk dipeluk aja menurutnya.

Larissa berjalan menghampirinya. Setelah sedikit bertegur sapa, merekapun melangkah beriringan menuju arah tujuan mereka.

Sepanjang perjalanan, Larissa banyak mengajukan pertanyaan seputar pribadi Hamzah. Ia ingin mengenal dirinya lebih banyak. Hamzah menjawab pertanyaan Larissa dengan singkat, tapi tak menyembunyikan keramahan didalamnya.

Setelah beberapa lama berjalan, akhirnya mereka pun sampai juga. Hamzah mengajak Larissa duduk di dekat terumbu karang yang berada disebelah timur pantai. Pemandangan yang sangat indah terhampar didepan mata. Mereka bisa melihat matahari terbit dari sana.

"Boleh nanya sesuatu nggak?" tanya Hamzah, membuka suara.

"Boleh, mau nanya apa?".

"Kamu sudah punya pacar belum?".

Larissa ingin tertawa mendengar pertanyaan Hamzah, tapi ia menahannya. Ia takut membuat Hamzah tersinggung. "Tidak, emang ada apa?".

"Nggak pa pa. Aku lega mendengarnya. Aku takut kamu sudah ada yang punya, dan dia marah padaku karena mengajakmu jalan".

Setelah itu, mereka banyak bercerita tentang diri masing-masing. Menurut pengakuan Hamzah, ia telah mengenal Larissa sejak kecil, dan ia mulai jatuh hati dengannya setelah melihat sosok Larissa saat dewasa.

Mendengar pengakuan Hamzah, membuat Larisa tergelitik hatinya untuk bertanya bagaimana ia bisa jatuh hati padanya. Hamzah pun menceritakan awal mula ia jatuh hati padanya.

Waktu itu Hamzah ingin memakan rujak buah. Dia pun membelinya pada Bu Ani, ibunya Larissa, karena rujak Bu Ani terkenal sangat enak. Kebetulan saat itu Larissa lah yang melayani. Saat itulah Hamzah mulai jatuh hati padanya.

Larissa tersenyum kecil mendengar cerita Hamzah. 'Kalau dibikin cerita kayaknya lucu. Judulnya 'cintaku bersemi di penjual rujak' gumam Larissa dalam hati.

Saking asyiknya mengobrol, membuat mereka tak menyadari jika matahari mulai tinggi. Hamzah pun mengajak Larissa untuk kembali pulang. Mereka berpisah di tengah jalan.

Sesampai dirumah, sebuah pesan masuk ke ponsel Larissa, ternyata itu dari Hamzah. 'Kamu sudah sampai rumah belum, Yank?'.

Larissa melongok membaca pesan tersebut, ia tertawa dibuatnya. 'Memang tadi dia nembak aku? kok dia manggil aku sayank?'.

Larissa tak memikirkan lagi dengan panggilan tersebut, karena sebenarnya ia merasa berbunga-bunga mendengar panggilan itu. Cepat-cepat ia membalasnya. 'Aku sudah sampai'.

Sejak saat itulah mereka sering bertemu. Membuat bunga-bunga cinta semakin merekah di hati Larissa.

FLASHBACK OFF

Terpopuler

Comments

Anonymous

Anonymous

n

2024-08-25

0

Larina

Larina

jatuh cinta nunggu besar ya

2022-11-22

1

Larina

Larina

waduh, jadi kayak ga enak gitu

2022-11-22

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128
129 Bab 129
130 Bab 130
131 Baba 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Bab 138
139 Pengumuman karya baru
Episodes

Updated 139 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128
129
Bab 129
130
Bab 130
131
Baba 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Bab 138
139
Pengumuman karya baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!