Hari ini adalah hari terakhir Hamzah bekerja, karena proyek yang ia kerjakan sudah selesai. Itu artinya Hamzah tidak akan mendapat pekerjaan lagi.
Tentu saja Hamzah tidak akan tinggal diam dan berpangku tangan, ia memutuskan untuk ikut melaut bersama Iqbal, kakak dari Larissa yang memiliki perahu nelayan sendiri.
"Kak, besok aku mau ikutan melaut sama kakak. Kerjaan ku sudah selesai, jadi aku nggak ada kerjaan lagi" ucap Hamzah saat ia melihat Iqbal hendak memasuki kamarnya.
"Ok!. Nanti kita berangkat pukul tiga dini hari. Nanti aku bangunin kalau udah mau berangkat!" jawab Iqbal.
"Iya, kak, makasih!." Hamzah lantas masuk ke dalam kamarnya sendiri. Kemudian ia mengambil sebuah amplop dari balik saku baju kerjanya tadi, lalu menghampiri Larissa yang tengah sibuk melipat baju. "Yank, ini uang hasil kerjaku kemarin. Kamu yang simpan, ya. Tolong pergunakan dengan baik" ucapnya sambil menyodorkan amplop tadi.
"Iya, yank. Makasih!."
"Oh ya, besok aku sudah tidak kerja lagi di proyek, karena pembangunan sudah selesai. Tapi kamu nggak usah cemas, aku tadi sudah bilang ke kak iqbal akan ikut melaut, dan kakak mengizinkan."
"Iya, Yank. Nanti aku siapin bekal buat kamu. Jam berapa kamu pergi melaut?."
"Sekitar jam tiga dini hari. Nanti kak Iqbal akan membangunkan ku kalau akan berangkat."
"Baiklah!."
Hening sejenak.
"Kamu masih sibuk, nggak?."
"Ada apa emangnya?."
"Aku mau minta dibikinkan kopi."
"Oh, nanti aku buatkan, tapi aku masukin baju-baju ini ke dalam lemari dulu, ya. Kamu istirahat saja dulu!."
"Baiklah! makasih banyak, yank!."
Hamzah pun merebahkan diri diatas kasur, sedang Larissa memasukkan baju-baju yang telah ia lipat ke dalam lemari. Kemudian ia beranjak menuju dapur untuk membuatkan Hamzah secangkir kopi.
"Ini, Yank kopinya!" ujar Larissa sambil meletakkan kopi tersebut diatas nakas.
"Makasih!" jawab Hamzah seraya bangkit dari tidurannya.
Hamzah pun menyeruput kopi tersebut, sedang Larissa melanjutkan pekerjaan lain yang belum selesai.
...****************...
Tak terasa sudah sebulan mereka menikah. Larissa mampu menyisihkan sedikit uang untuk ditabung, walaupun belum terlalu banyak. Dan dari tabungan tersebut Hamzah berencana untuk membeli sebuah sepeda motor.
Hamzah pun mengutarakan niatnya tersebut kepada Larissa. "Yank, aku ingin membeli sepeda motor. Gimana? kamu setuju nggak?."
"Tapi tabungan kita belum seberapa. Apa cukup untuk membeli sebuah motor?."
"Tadi temenku ngasih kabar kalau dia ingin menjual sepeda motornya karena sedang butuh uang. Harganya juga tergolong murah."
"Tapi bagaimana dengan kondisinya? apa masih bagus?."
"Tadi kulihat kondisinya masih bagus. Kebetulan sepeda itu memang sudah lama ku incar. Dulu aku sering memakainya."
"Kamu yakin?."
"Sangat yakin!."
Larissa pun menghela napas, menyerah pada keinginan suaminya. "Kalau gitu terserah kamu. Tapi tidak ada salahnya kalau kamu cek sekali lagi."
"Iya, Yank. Rencananya nanti malam aku mau mengajak kak Iqbal untuk mengecek sekali lagi."
Hening sejenak.
"Emh...Yank, aku boleh minta sesuatu nggak?" tanya Hamzah ragu-ragu.
"Ada apa? katakan saja!."
"Boleh nggak aku pinjam dulu kalung mu. Buat jaga-jaga kalau nanti uangnya kurang."
"Tapi, Yank, ini kalung dari ibuku. Aku tidak berani sembarangan menjualnya. Aku harus minta izin dulu dengannya, ya walaupun ibu bilang semua perhiasan yang kupakai ini memang untukku" ucap Larissa menolak.
"Kalau begitu kamu minta izin dulu sama ibu. Nanti kalau ada rezeki pasti aku ganti!."
"Tapi, Yank..."
"Aku mohon. Aku sangat menginginkan sepeda motor itu" ucap Hamzah penuh harap.
Larissa kembali menghela napas. Rasanya tak kuasa untuk menolak keinginan suaminya. "Ya sudah. Nanti aku akan coba bicara sama ibu. Tapi aku nggak janji apakah ibu akan mengizinkan."
"Terimakasih banyak, Yank. Aku sangat mengharapakan berita baik darimu!" ucap Hamzah dengan mata berbinar.
"Ya sudah! Sekarang aku mau menata makanan dulu. Bentar lagi waktunya berbuka."
Hamzah pun menganggukkan kepala sebagai jawaban.
Larissa berlalu menuju dapur untuk menyiapkan hidangan berbuka puasa, karena memang saat itu sedang bulan puasa.
Tak berselang lama setelah Larissa usai menata hidangan, adzan Maghrib pun berkumandang, menandakan waktu untuk berbuka puasa bagi umat muslim yang menjalankan ibadah puasa.
Larissa pun mengajak Hamzah untuk berbuka puasa bersama, dan kemudian dilanjutkan dengan sholat Maghrib berjamaah.
Usai menjalankan ibadah tarawih di masjid, Larissa pergi membantu ibunya berjualan rujak, karena saat bulan puasa seperti ini mereka memang buka usai berbuka.
Sedang Hamzah pergi ke rumah temannya yang tadi ia bilang akan menjual motornya, tentu saja kali ini ditemani oleh Iqbal.
Saat pembeli mulai berkurang, Larissa mencoba mengutarakan keinginan Hamzah tadi. Dan sesuai dengan dugaan, ibunya tidak setuju dengan rencana itu. "Tidak, ibu tidak setuju kamu menjual kalung itu. Lagipula kakakmu juga sedang butuh uang. Ia ingin memperbesar perahunya."
"Tapi, Bu, bukankah ibu pernah bilang kalau perhiasan yang aku pakai ini sudah menjadi milikku. Jadi terserah aku mau dipakai buat apa, kan!"
"Tetap saja, ibu tidak setuju! Lebih baik sekarang kau pinjamkan uang tabunganmu itu pada kakakmu dulu. Nanti kalau ada rezeki, ibu akan belikan kalian sepeda yang lebih bagus!."
Larissa diam, ia sangat kecewa dengan keputusan ibunya. Karena sedari dulu ia selalu mengutamakan keinginan kakaknya. Tapi mau bagaimana lagi, sekeras apapun ia mencoba, tetap saja ibunya tidak akan setuju. Ia hanya bisa berpasrah sambil berharap semoga suaminya bisa mengerti keadaannya.
Beberapa saat kemudian Hamzah datang. Ia tidak sabar untuk mendengar apakah ibunya memperbolehkan untuk menjual kalung yang dikenakan istrinya itu atau tidak. Ia segera menghampiri istrinya yang sedang bersantai di belakang warung.
"Gimana, yank? Apakah kamu sudah bilang ke ibu?" tanya Hamzah langsung setelah ia berada di dekat istrinya.
"Sudah, yank!" jawab Larissa datar.
"Terus, gimana kata ibu? dia setuju, kan?" tanyanya lagi dengan antusias.
Larissa menggelengkan kepala. "Tidak, Yank. Ini tidak setuju!."
Hamzah terlihat sangat kecewa mendengar jawaban dari istrinya.
Hening sesaat.
"Yank, tadi ibu bilang kak Iqbal mau memperbesar perahunya. Ibu meminta untuk meminjamkan dulu uang tabungan kita padanya. Katanya nanti ibu akan mengganti dengan membelikan sepeda motor yang lebih bagus kalau ada rezeki" ujar Larissa lirih setelah beberapa saat saling diam.
"Tapi kak Iqbal tidak pernah bilang ingin meminjam uang dari kita. Bahkan tadi saat ku ajak mengecek sepeda, dia juga nggak ngomong apa-apa" jawab Hamzah dengan mengerutkan dahi.
"Mungkin dia malu untuk mengatakan. Dia pasti ingin kita mengerti sendiri. Apalagi tadi ini yang minta."
"Ya nggak bisa begitu juga, dong. Kalau niat mau pinjam, ya bilang. Gimana kita bisa mengerti kalau dia nggak pernah bilang" ucap Hamzah kesal. Ia tidak suka dengan cara ibu mertua dan kakak iparnya dalam meminjam uang.
"Tap, Yank...."
"Kalau dia memang niat mau pinjam uang, suruh bicara! jangan dengan cara diam seperti ini. Lagipula kita juga sedang butuh uang. Apa kamu nggak kasihan denganku, kesana kemari jalan kaki!" ujar Hamzah sedikit emosi.
"Tapi ibu berjanji akan membelikan sepeda untuk kita nantinya!."
"Aku lebih suka membeli dengan hasil keringatku sendiri!."
Larissa memilih untuk diam, tidak ingin membantah ucapan Hamzah lagi. Karena ia tahu, ,semakin ia membantah, semakin Hamzah marah.
Hamzah pun pergi meninggalkan larissa yang tengah dilanda kebimbangan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
mamayot
aku like lagi ya kak, semangattttttt
2022-12-02
0
tintakering
keinginan adalah sumber penderitaan 😊
2022-11-26
0
Senajudifa
kutukan cinta dn mr.playboy mampir
2022-11-01
0