Hari ini adalah acara resepsi pernikahan mereka. Sejak pagi suasana rumah Larissa sudah ramai. Semua sibuk memastikan acara nanti berjalan dengan lancar.
Larissa sedang merias diri di kamarnya. Dibantu oleh Lia, sepupu sekaligus sahabatnya. Ia tampak cantik saat mengenakan kebaya berwarna ungu yang membalut tubuh rampingnya. Semakin menambah keanggunan dirinya.
Sejenak Larissa melihat pantulan dirinya di cermin. Ia tersenyum kecil mendapati bayangan dirinya disana. 'Setelah apa yang ku lalui selama ini, aku tidak menyangka akhirnya aku menikah juga'.
Rombongan pengantin pria telah datang. Larissa segera keluar dari kamar, menyambut kedatangan sang suami. Dan acara pun segera dimulai.
Acara digelar dengan sangat sederhana. Tidak ada pelaminan, apalagi singgasana. Hanya beberapa kursi sederhana yang ditata rapi untuk para tamu, serta sebuah tenda untuk menaungi jalannya acara. Tapi semua itu tidak mengurangi kekhidmatan acara.
Pengeras suara mulai dihidupkan. Pembawa acara membuka jalannya acara dengan bacaan basmalah. Larissa duduk disamping Hamzah. Diapit oleh mbok puh Kasri, saudara tertua Baskoro, serta mbok puh Wati, adik Baskoro.
Semua susunan acara berjalan dengan lancar. Larissa berjalan menghampiri rombongan pengantin pria. Kebanyakan mereka adalah keluarga besar Baskoro yang berasal dari Magelang.
Baskoro merupakan anak ke tujuh dari dua belas bersaudara, itu sebabnya keluarga mereka sangat banyak. Mereka sengaja datang jauh-jauh untuk melihat keponakan mereka menikah.
Larissa menyalami mereka satu persatu, meminta restu darinya. Sambil bersalaman, Hamzah memperkenalkan mereka satu persatu. Ini adalah pertemuan pertama istrinya dengan keluarga besar dari ayahnya itu.
Acara pun telah usai, mereka kembali ke rumah masing-masing. Larissa masuk ke kamar, hendak melepas penat yang mendera. Tapi batu saja ia merebahkan tubuh, ia sudah dipanggil lagi. Dia harus melakukan ritual selanjutnya, yaitu weweh.
Dalam tradisi mereka, pengantin wanita harus mengantarkan jamuan makan pada masing-masing keluarga pengantin pria. Itulah yang disebut dengan weweh manten.
Semua keluarga sudah didatangi. Hanya tinggal satu keluarga saja, yaitu keluarga paman. Kakak dari ibu mertua larissa.
Masalah mulai datang, karena keluarga paman berada diluar kota, sedang mereka tidak mempunyai kendaraan untuk menjangkaunya. Mereka saling pandang untuk mencari solusi.
"Kalian naik bis kota saja. Sekalian bisa jalan-jalan berdua" ujar salah satu kerabat, memberi solusi.
Mereka setuju dengan ide tersebut. Mereka masuk ke kamar untuk berganti pakaian dan bersiap.
Masalah kembali muncul, karena mereka tidak mempunyai uang untuk ongkos naik bis. Mereka saling pandang, tak berselang lama mereka sama-sama tertawa.
"Kita ini lucu, Yank. Baru menikah tapi sudah ada masalah" ujar Larissa.
"Kita jalanin aja dulu, semua pasti ada jalannya. Ini aku ada beberapa uang amplop dari temen-temenku tadi" ujar Hamzah, menyerahkan beberapa lembar uang pada Larissa.
Larissa menerima uang tersebut. "Aku juga ada sedikit uang amplop dari temen. Lumayan buat tambah-tambah" mengambil amplop yang tadi ia simpan di lemari.
Mereka pun akhirnya berangkat ke rumah paman dengan menaiki bis kota. Hamzah membantu larissa membawa beberapa barang. Senyum tersungging terus terukir di wajah mereka.
Setelah beberapa lama, mereka pun sampai juga di rumah paman. Mereka disambut dengan hangat.
Paman memberi beberapa wejangan pada mereka, agar saling melengkapi dalam membina rumah tangga. Dia juga meminta maaf karena tadi tidak bisa hadir di acara resepsi pernikahan mereka.
Setelah berbincang cukup lama, mereka pun pamit pulang. Paman melepas kepergian mereka dengan doa restu.
Sepanjang perjalan pulang, mereka saling bergandengan tangan. Larissa merebahkan kepala di dada bidang suaminya. Hamzah pun menunjukkan perhatian pada istrinya. Mereka terlihat sangat bahagia walau ditengah keterbatasan.
Setiba di rumah, malam mulai merayap. Mereka melaksanakan sholat Maghrib berjamaah. Setelah usai, mereka lanjut dengan makan malam bersama. Kebahagiaan benar-benar terpancar di wajah masing-masing. Optimis untuk menjalani hidup baru mereka.
...****************...
Tiga hari sudah mereka resmi menjadi sepasang suami-istri. Sepupu ibu mertua Larissa datang ke rumah. Dia mengajak Hamzah untuk bekerja, melanjutkan proyek yang mereka ambil, tapi sempat terhenti karena mempersiapkan pernikahan ini.
Hamzah menyetujui ajakan itu, lagipula mereka memang sedang butuh uang. Tidak mungkin bila dia berdiam diri terus. Dia merasa malu pada keluarga Larissa, apalagi saat ini mereka masih menumpang dirumah ibu.
"Pengantin baru belum seminggu kok udah buru-buru kerja. Takut banget nggak bisa makan. Itu pamali tahu, ntar rezekinya malah susah!" cibir salah satu tetangga.
"Rezeki itu asalnya dari Allah, Bu. Kita hanya bisa berusaha. Lagipula, kalau saya tidak bekerja, ibu mau ngasih saya makan!" ujar Hamzah halus, membalas cibiran itu.
Ibu tersebut terlihat kesal mendengar jawaban Hamzah. Ia mendengus sebal. "Dibilangin malah ngeyel. Ya udah , terserah. Saya sumpahin beneran kejadian, biar tahu rasa, kamu!" meninggalkan pekarangan rumahnya.
Hamzah mengusap dada mendengar perkataan ibu tersebut. "Sabar, Hamzah!".
"Kok ada ya, orang macam begitu!" ujar Larissa, ia ikutan kesal mendengar ucapan ibu tadi.
"Udah, biarin aja. Orang memang suka melihat hidup orang lain dari luarnya saja, tanpa tahu sebenarnya bagaimana. Kalau orang Jawa bilang, melu keplok, gak melu tombok! ( ikut bicara, tidak ikut merasakan!)" ujar Hamzah, menenangkan istrinya.
Hamzah mengajak istrinya masuk kembali kedalam rumah, agar dia tidak terus kesal dengan perkataan ibu itu. "Nggak usah dipikirin lagi ucapan ibu itu, ya. Yang terpenting Itu aku dan kamu, karena kitalah yang menjalani, bukan orang lain".
Larissa menghela napas untuk menghilangkan kekesalan dirinya. " iya, Yank, maaf!".
Hamzah tersenyum mendengar ucapan Larissa. "Yang harusnya minta maaf itu aku, bukannya kamu. Aku minta maaf, ya, karena belum bisa membahagiakan kamu!" ujarnya dengan sepenuh hati.
Larissa tersenyum mendengar ucapan Hamzah. "Tidak apa, Yank. Menjadi istrimu saja sudah membuatku bahagia".
Malam semakin larut. Mreka pun masuk ke kamar, mengistirahatkan tubuh mereka yang penat.
Keesokan hari Hamzah mulai bekerja. Setelah sarapan pagi, ia pun berpamitan pada istrinya. "Yani, aku berangkat dulu!"
"Iya, Yank. Kita berangkat sama-sama, ya. Aku juga mau keluar, mau bantuin ibu di warung lagi. Bosan kalau dirumah terus nggak ngapa-ngapain. Boleh, kan!"
"Tentu saja boleh! lagipula kita kan satu arah" ujar Hamzah, mencubit kecil hidung istrinya.
"Ish, kamu ini!" mendengus kesal, mengusap hidungnya yang terkena cubitan.
Hamzah tertawa melihat ekspresi Larissa. "Ya udah, ayo kita berangkat!".
Mereka pun berangkat dengan menaiki sebuah sepeda butut. Hamzah mengayuh sepedanya dengan penuh semangat. Sedang Larissa ada diboncengkan belakang, melingkarkan lengannya pada pinggang Hamzah. Mereka terlihat sangat mesrah. Tanpa perduli pada tatapan orang yang memandang rendah.
Setelah lama mengayuh, mereka pun sampai juga di warung ibu. "Nanti pulangnya tungguin aku, ya. Aku akan menjemputmu!".
Larissa menganggukkan kepala sebagai jawaban. Hamzah pun berlalu, sedang Larissa membantu melayani pembeli yang mulai berdatangan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
Senajudifa
kutukan cinta dn mr playboy mampir thor sekalian kufavoritkan
2022-10-29
0
Senajudifa
so sweetx
2022-10-29
0
tintakering
bakal penuh perjuangan 😁
2022-10-28
0