Bab 3

Sepulang kerja, Hamzah lebih dulu menjemput Larissa. Mereka pulang ke rumah bersama-sama.

Sesampainya dirumah, mereka membersihkan diri secara bergantian. Dan setelah sama-sama selesai, Hamzah mengajak larissa untuk sholat ashar berjamaah, tapi Larissa malah terlihat gelisah mendengar ajakan itu. Tadi siang tiba-tiba ia datang bulan, dan sekarang dia bingung bagaimana cara untuk menyampaikannya. Ia takut Hamzah marah.

Melihat kegelisahan di wajah istrinya, hamzah pun bertanya, "Ada apa, sayank? Kok, kamu terlihat bingung?".

Larissa masih bingung bagaimana cara mengatakannya. "Emh..anu yank".

"Anu apa? Ayo katakan saja, tidak usah ragu".

"Emh... sebenarnya aku sedang datang bulan" ucap Larissa setengah ragu, ia menundukkan kepala sambil mengigit bibir bawahnya.

"Waduh, pengantin baru merana. Harus berpuasa karena tragedi berdarah" ucap Hamzah berkomentar. Ia tertawa renyah sambil menepuk jidatnya sendiri.

Karena kesibukan setelah pernikahan kemarin, mereka belum sempat menikmati malam pertama mereka. Dan sekarang Larissa malah kedatangan tamu bulanannya.

"Maafkan aku, Yank. Aku juga baru tahu tadi!" ucap Larissa tak enak hati. Ia merasa bersalah, takut Hamzah kecewa.

Hamzah tertawa melihat ekspresi wajah Larissa. Sedang Larissa merasa kesal karena malah ditertawakan olehnya. "Kok,malah ditertawakan, sih!".

"Muka kamu lucu kalau lagi cemberut" ujar Hamzah, masih tetap tertawa.

Larissa semakin kesal dibuatnya. "Nggak lucu!" menyebikkan ujung bibir.

Hamzah malah semakin terpingkal-pingkal. Air mata sampai keluar dari matanya. Ia memegangi perutnya yang mulai sakit.

Setelah beberapa saat, Hamzah pun berhenti tertawa. "Ya sudah, tidak apa-apa. Ini juga bukan kesalahan kamu, kok!" ucap Hamzah setelah berhasil menguasai dirinya kembali.

"Tapi, Yank. Aku nggak enak sama kamu".

"Nggak pa pa. Kamu nggak usah merasa nggak enak gitu sama aku. Lagipula ini kan emang hal yang wajar, itu menunjukkan kalau sistem reproduksi mu sehat-sehat saja. Mungkin waktunya aja yang kurang tepat" ujar Hamzah menenangkan.

"Beneran, Yank?" ucap Larissa, mencari kebenaran dalam ucapan Hamzah.

Hamzah mengangukkan kepala sambil tersenyum. Larissa memasang senyum lebar. Ia lega karena Hamzah tak mempermasalahkan datang bulannya ini.

"Kalau gitu, aku sholat dulu. Kamu istirahat saja dulu, nanti kita makan sama-sama" ujar Hamzah.

Hamzah menghamparkan sajadah diatas lantai. Kemudian ia melakukan empat rakaat shalat ashar. Sedang Larissa merebahkan diri diatas kasur, menunggu suaminya selesai sholat.

Setelah selesai sholat, mereka menuju meja makan dan makan bersama.

...****************...

malam hari Hamzah mendapat kabar jika anak bibinya yang masih bayi telah meninggal dunia. Mereka diminta datang kesana untuk membantu mengurus jenazah.

Hamzah gegas mengajak Larissa untuk takziyah kesana. Mereka mengendarai sepeda butut yang tadi dia gunakan, karena hanya itu satu-satunya alat transportasi yang dia punya.

Setelah beberapa lama mengayuh sepeda, mereka pun sampai juga disana. Kedatangan mereka disambut dengan suara cemoohan dari beberapa orang.

"Ha ha ha lihat itu, mereka kesini naik sepeda butut!".

"Iya, mau aja sih wanita itu diboncengi dengan sepeda jelek".

"Iya, ya. Dia kan cantik. Kok mau aja dinikahi sama laki-laki kere kayak gitu".

"Mungkin dia diguna-guna kali, sampai mau menikah dengannya".

Hamzah hanya mengelus dada mendengar cemoohan mereka. Ia tak ingin menanggapi perkataan mereka. Lagipula kalau dipikir-pikir tidak ada untungnya juga. Malah akan menambah masalah saja nantinya. Apalagi dalam suasana yang sedang berduka seperti saat ini.

Sedang Larissa terlihat menundukkan kepala. Air mata menitik dari pelupuk matanya.

Melihat sang istri bersedih, Hamzah pun menghampiri untuk menghiburnya. Ia meraih tubuh Larissa ke dalam dekapannya. "Jangan bersedih, sayank. Tidak usah dimasukkan kedalam hati. Tidak ada gunanya memikirkan ucapan mereka. Hanya akan mengotori hati dan pikiran kita saja".

Larissa mendongakkan kepala, memandang wajah suaminya. "Aku bersedih bukan karena ucapan mereka yang menyakitkan hati, Yank. Tapi aku bersedih karena memikirkan mu!" menatap dengan wajah sendu.

"Memikirkan aku? memangnya aku kenapa?" menatap tak mengerti.

"Kamu laki-laki baik, yank. Aku tidak suka melihat mereka menghinamu seperti tadi".

Hamzah tersenyum mendengar jawaban Larissa. "Kamu tenang saja, aku tidak apa-apa".

"Tapi....".

"Sudah, tidak usah dipikirkan lagi. Bukankah aku sudah pernah bilang, yang terpenting itu aku dan kamu. Karena kitalah yang menjalani, bukan mereka" ucap Hamzah, menghapus air mata Larissa.

"Sekarang senyum, dong. Aku tidak suka melihatmu bersedih begini".

Larissa pun menunjukkan senyuman termanisnya, membuat hati Hamzah bahagia melihatnya. "Nah, gitu dong. Kalau tersenyum gini kan cantik".

"aku tuh emang cantik dari lahir!" ucap Larissa narsis.

"Oh, iya ya, Aku lupa!" menggaruk kepala yang tak gatal. " Istriku ini memang paling cantik sedunia!" memuji sambil mencubit ujung hidung Larissa.

Larissa tersenyum mendengar pujian Hamzah. Mereka sama-sama tersenyum.

"Sekarang kamu tungguin di rumah ibu saja, ya. Tadi paman memintaku ke pemakaman untuk mengecek sudah selesai apa belum pembuatan liang lahatnya" ucap Hamzah.

Larissa mengangguk. Ia pun segera menuju ke rumah orang tua Hamzah. Kebetulan letaknya berada dibelakang rumah duka.

Setelah Larissa pergi, Hamzah pun menuju area pemakaman untuk mengecek. Dan setelah beberapa lama ia pun kembali lagi.

Selang beberapa menit setelah Hamzah datang, jenazah telah tiba dari rumah sakit dalam keadaan siap untuk dikebumikan. Sejenak ia disemayamkan didalam rumah.

Anak bibi yang meninggal dunia itu baru berusia beberapa Minggu. Ia dilahirkan dengan keadaan yang cukup mengkhawatirkan. Ia terlilit tali pusar dan tidak bisa menangis saat lahir. Dokter pun segera mengambil tindakan untuk menyelamatkan nyawanya.

Selama beberapa hari menjalani perawatan, keadaan bayi itu belum juga ada perubahan, bahkan keadaannya semakin memburuk, bahkan ia sempat kritis. Dokter berulang kali melakukan cuci darah, tapi tak juga menunjukkan hasil yang memuaskan.

Akhirnya keluarga sepakat untuk melepas semua peralatan yang menempel ditubuhnya. Mereka tak tega melihat kondisinya. Selain itu mereka juga terbentur dengan biaya rumah sakit yang semakin hari semakin banyak.

Sebelum dibawa ke pemakaman, paman memberikan sebuah nama pada bayi tersebut. Namanya adalah Zulkarnain.

Paman menciumi wajah anaknya yang telah terbujur kaku. Air mata bercucuran, tapi ia mencoba untuk mengikhlaskan kepergiannya

Sedang bibi tidak bisa melihat wajah anaknya untuk terakhir kali. Ia tak diberi kesempatan untuk itu. Keluarga takut bibi tidak bisa menerima kepergian anaknya.

Malam semakin larut, jenazah segera dibawa ke pemakaman. Dengan menggunakan sebuah kain gendong, paman membawa tubuh anaknya. Ia memutuskan ia sendirilah yang membawa tubuhnya.

Dengan air mata bercucuran, paman mengantarkan tubuh itu ke liang lahat. Diiringi oleh sanak saudara dan beberapa tetangga dekat.

Selesai menguburkan jenazah anak itu, mereka kembali ke rumah masing-masing, begitu pula halnya dengan Hamzah dan Larissa. Mereka langsung merebahkan tubuh yang lelah sesampainya di rumah.

Terpopuler

Comments

tintakering

tintakering

kelak zulkarnaen akan menjadi penolong kedua orang tuanya di alam barzah.

2022-11-26

0

Senajudifa

Senajudifa

tp mesra bsnget malah pakai sepeda

2022-11-01

0

Bintang Laut

Bintang Laut

Hallo kk baik, 😇😇 aku baru baca 3 bab, udah aku favorit in. Next lanjut baca lagi. Aku kirim setangkai bunga untukmu yaa. mampir di novelku juga ya 😊 judul Crazy Rich Daddy 😇 Mari saling mendukung,😍😍

2022-08-10

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128
129 Bab 129
130 Bab 130
131 Baba 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Bab 138
139 Pengumuman karya baru
Episodes

Updated 139 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128
129
Bab 129
130
Bab 130
131
Baba 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Bab 138
139
Pengumuman karya baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!