Bab 5

Sejak perdebatan itu, Hamzah seakan mengobarkan perang dingin dengan Larissa. Ia enggan bicara dengan Larissa. Ia hanya akan bicara bila itu perlu, itu pun hanya sepatah dua patah kata saja.

Larissa sendiri semakin bimbang dan resah dibuatnya. Di satu sisi ada ibu dan kakak, keluarganya, sedang disisi lain ada Hamzah, suaminya. Ia bingung harus memutuskan apa. Ditambah sang kakak juga tak kunjung menunjukkan iktikad untuk mengutarakan niatnya meminjam uang, padahal andai ia melakukannya, maka Larissa bisa membujuk Hamzah untuk memberikan pinjaman.

Karena tak tahan melihat sikap dingin suaminya, akhirnya Larissa pun memutuskan untuk menjual kalung tersebut walau tanpa persetujuan ibunya. Ia lebih memilih untuk menuruti keinginan Hamzah dari pada menuruti permintaan ibunya. dia hanya ingin menjadi istri yang menurut pada suami dengan menuruti keinginan sang suami. Dia hanya berharap semoga sang ibu mau mengerti keadaannya.

Larissa pun pergi ke toko perhiasan untuk menjual kalung tersebut. Dan ia pun pulang membawa beberapa lembar uang seratus ribuan hasil dari menjual kalungnya.

Setibanya di rumah Larissa memberitahu ibunya jika ia telah menjual kalung tersebut. Tentu saja sang ibu marah dan kecewa melihat larissa melakukan hal yang sudah dilarangnya. Tapi ia tak menunjukkan kemarahannya itu dihadapan Larissa. Akan tetapi Larissa bisa mengerti kemarahan ibunya.

Sore hari Larissa baru menyerahkan uang tersebut pada Hamzah. Karena ia baru pulang melaut siang tadi. " Yank, ini uang hasil penjualan kalungku tadi. Belilah sepeda motor yang kau inginkan kemarin".

Hamzah terlihat terkejut saat Larissa menyodorkan uang tersebut. "Bagaiman dengan ibu? apa dia sudah setuju kalau kau menjualnya?."

"Aku sudah kasih tahu ibu soal ini. Dia marah saat tahu tadi. Tapi kamu tenang saja, tidak usah pikirkan soal ibu. Biar nanti aku yang membujuknya!."

Hamzah terlihat gembira, matanya berbinar-binar saking bahagianya. "Terimakasih banyak karena kami sudah mau menuruti keinginanku. Aku janji, aku akan segera mengganti kalung yang kau jual itu" ujarnya sambil merengkuh tubuh Larissa.

"Sama-sama, Yank. Aku ikut senang melihatmu bahagia" jawab Larissa sambil menyunggingkan sebuah senyuman yang dipaksakan.

Hamzah pun gegas keluar untuk menemui temannya yang menjual sepeda motor kemarin. Tak berselang lama ia kembali dengan mengendarai motor yang telah lama menjadi idamannya.

Larissa pun segera keluar saat mendengar suara deru motor. Tampak sebuah motor berjenis sport telah terparkir di depan rumah. Motor itu tidak baru, tapi masih terlihat bagus dan nyaman untuk dikendarai.

Hamzah pun turun dari motor, kemudian memamerkan kuncinya pada Larissa. "Lihat, sayang! Ini motor kita."

Larissa tersenyum melihat kebahagiaan yang terpancar dari wajah suaminya.

"Sekarang kamu cepetan ganti baju. Aku mau ngajakin kamu jalan-jalan. Sekalian merasakan motor yang baru kita beli" lanjutnya.

Larissa pun menganggukkan kepala. Gegas ia masuk kedalam kamar dan berganti baju. Kemudian ia menghampiri suaminya kembali yang tengah memandang motor yang baru di belinya tadi.

"Jadi kita keluar sekarang?" ucap Larissa sambil menepuk bahu Hamzah.

Hamzah sedikit tersentak saat Larissa menepuk bahunya. Mungkin ia terlalu serius saat memandang motornya tadi. "Eh, iya, jadi. Kamu sudah siap?" tanyanya sedikit gugup.

"Sudah!" jawab Larissa singkat.

"Kalau begitu kita berangkat sekarang!."

Larissa menganggukkan kepala sebagai jawaban. Gegas ia naik diatas motor. Kemudian ia melingkarkan lengannya di atas pinggang suaminya. dan mereka pun melenggang dengan motor barunya.

Tanpa mereka sadari, seseorang dibalik jendela tengah menatap tak suka dengan kebahagiaan mereka. "Sudah tahu orang lagi butuh uang, malah beli motor!" mendengus kesal.

Orang tersebut kemudian masuk kedalam kamarnya yang terletak bersebelahan dengan kamar Larissa. Dan orang tersebut adalah Iqbal, kakak tiri Larissa.

Sepertinya keputusan yang diambil oleh Larissa adalah keputusan yang salah. Karena setelah ini sebuah badai yang sangat besar akan mengguncang rumah tangganya.

...****************...

Setelah mengetahui kalau Hamzah telah membeli sepeda motor, sikap Iqbal pun berubah. Ia menjadi dingin dan terkesan angkuh. Bahkan terlihat ogah-ogahan saat akan berangkat melaut.

Puncaknya adalah hari itu. Saat itu subuh hampir tiba, tapi Iqbal tak juga memberi isyarat untuk segera berangkat. Hamzah pun berinisiatif untuk bertanya, "Kak, kapan kita berangkat melaut? Sebentar lagi sudah masuk waktu subuh."

"Aku lihat cuaca di laut dulu. Nanti kalau memungkinkan untuk melaut aku akan menyusulmu di rumah!" jawab Iqbal, dan kemudian ia segera keluar rumah.

Hamzah pun menganggukkan kepala, percaya dengan perkataan Iqbal. Terlebih saat itu cuaca memang sedikit berangin.

Hamzah menunggu kedatangan Iqbal dengan harap-harap cemas, tapi sampai pagi menjelang Iqbal tak juga kembali untuk menyusulnya. Ia pun berpikir kalau hari ini tidak jadi melaut.

Tak berselang lama istri Iqbal kembali ke rumah. Ia marah-marah karena Hamzah tak kunjung datang ke laut. Padahal Iqbal menunggunya sedari tadi disana.

Hamzah pun terkejut, ia bingung bagaimana istri Iqbal bisa berkata seperti itu. Padahal tadi jelas-jelas Iqbal mengatakan kalau ia akan menjemput kalau keadaan memungkinkan untuk melaut.

Ternyata Iqbal memang sengaja melakukannya. Ia masih kesal karena Hamzah lebih memilih membeli motor dari pada memberinya pinjaman. Padahal kalau bukan karena ia mau mengajaknya melaut, tidak mungkin Hamzah mampu membelinya.

Lebaran tinggal sebentar lagi, tapi Hamzah malah jarang melaut akibat sikap kakak iparnya ini. Larissa pun dibuat pusing karena uang yang ada di dompet hanya tinggal seribu lima ratus perak. Ia bahkan tidak tahu harus berbuka dengan apa nanti.

Larissa pun memutar otak, dilihatnya ada dua potong ikan goreng sisa sahur tadi didalam lemari makanan. Ia pun lantas menanak nasi, beras sisa dari pernikahannya kemarin. Kemudian ia menggeleng kembali sisa ikan goreng tadi dan membuat sambal petis sebagai pelengkap.

Setelah semua siap, Larissa pun menghidangkan makanan itu diatas tikar. Karena memang mereka tidak mempunyai meja makan.

Adzan Maghrib berkumandang, mereka pun mulai berbuka puasa. "Maafkan aku, Yank. Hari ini aku hanya bisa memasak ini. Ini ikan goreng sisa sahur tadi yang aku panaskan kembali. Aku tidak punya uang untuk membuat makanan yang lebih enak lagi. Uang di dompet hanya tersisa seribu lima ratus" ucap Larissa lirih.

Hamzah tersenyum tipis mendengar ucapan Larissa. "Tidak apa, Yank. Aku akan makan apa saja masakan mu. Bagiku ini lebih dari cukup!."

"Kenapa hidup kita seperti ini, yank. Kita ini masih pengantin baru. Tapi sudah diberi cobaan seperti ini. Bahkan uang untuk makan aja tidak ada" ucap Larissa dengan berderai air mata.

"Biarlah hari ini menjadi pengingat saat kita sukses nanti. Bahwa kita juga pernah mengalami tidak bisa makan karena tidak mempunyai uang. Bahkan kita bisa menunjukkan pada anak cucu kita nanti, kalau kita memulai semua dari nol, benar-benar dari nol!" jawab Hamzah, menenangkan hari istrinya.

"Kamu tidak perlu risau lagi. Nanti aku akan coba untuk ikut temanku saja untuk melaut. Dia baru datang tadi" lanjutnya lagi.

Larissa pun menganggukkan kepala. Kemudian mereka melanjutkan makan tanpa bicara lagi.

Terpopuler

Comments

tintakering

tintakering

seng sabar nduk. hidup itu keras, jalani saja dengan ikhlas.

2022-11-26

0

☠ᵏᵋᶜᶟ Fiqrie Nafaz Cinta🦂

☠ᵏᵋᶜᶟ Fiqrie Nafaz Cinta🦂

Itulah ujian di setiap kluarga beda"... terkadang orang lupa.. ynk qta puxa menurut qta tak layak. tapi menurut orang lain lebih layak... sayangi dan syukuri ynk qta puxa saat ini.. karna terkadang ynk qta puxa itu sesuatu ynk paling di inginkan oleh orang lain.....

2022-04-11

1

Syabil_aw

Syabil_aw

Hikmah yang diambil banyak, suka banget sih aku sama nih novel. Kayak kehidupan nyata.

2022-04-02

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128
129 Bab 129
130 Bab 130
131 Baba 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Bab 138
139 Pengumuman karya baru
Episodes

Updated 139 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128
129
Bab 129
130
Bab 130
131
Baba 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Bab 138
139
Pengumuman karya baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!