Gadis Miskin Menjadi Permaisuri

Gadis Miskin Menjadi Permaisuri

Bab 1: Bukan Orang Penting

Di sebuah hutan, terdapat satu gubuk kecil dengan atap daun yang sudah bolong-bolong. Hari sudah menjelang malam, tapi seorang gadis dengan rambut panjang kusut dan pakaian kotor compang-camping itu masih setia berdiri di depan gubuk. Ia memperhatikan langit yang mulai berubah warna menjadi jingga, pertanda sebentar lagi hari akan gelap.

Matanya menjelajah ke sekitar hutan, tepatnya ke arah jalan seperti sedang menanti seseorang. Saat mendengar suara langkah kaki, gadis itu segera berlari ke arah jalanan.

Namun gadis itu berhenti saat melihat banyak pasukan Kerajaan Taoming datang ke arahnya. Ia juga melihat kedua orang tuanya di bawa oleh dua orang prajurit.

"Wei, kenapa tidak menunggu di dalam rumah?" ujar Yihan, Ibu dari gadis yang dipanggil Wei tersebut. Yihan berjalan mendekati Wei dan langsung menggenggam kedua tangannya.

"Kau masuklah dulu, ayah ada urusan dengan para prajurit ini." perintah Jiang, Ayah Wei seraya melirik para prajurit yang ada di belakangnya.

Wei mengernyitkan dahi bingung, tidak mengerti tentang urusan antara ayahnya dengan pasukan Kerajaan Taoming. Mungkinkah kedua orang tuanya akan di penggal karena telah melakukan kesalahan saat bekerja? Membayangkan hal itu, Wei segera bersujud di tanah. Hal itu membuat Jiang dan Yihan lebih terkejut.

"Tolong ampuni kedua orang tua hamba. Mereka mungkin melakukan kesalahan karena mereka juga tidak sempurna. Tolong jangan hukum mereka!"

"Kenapa kau seperti ini, Wei? Ayah dan ibu tidak melakukan kesalahan apa pun, tenanglah!"

Salah satu prajurit maju ke depan, ke hadapan Wei. "Sepertinya kau salah paham dengan maksud kedatangan kami. Kami disini untuk menjemputmu ke Istana Taoming." ucapnya yang membuat Wei segera menegakkan tubuh.

Ia bingung mendengar apa yang dikatakan prajurit tersebut. Istana Taoming, bukan sembarang orang bisa pergi kesana. Hanya keluarga bangsawan dan orang-orang penting saja yang bisa masuk. Dirinya hanya anak dari budak miskin hanya bisa bermimpi untuk masuk ke istana. Meskipun kata orang istana sangat menyenangkan, ia hanya bisa mendengar dan membayangkan saja. Lalu sekarang tiba-tiba prajurit datang untuk menjemputnya ke istana? Mimpi apa sampai ia bisa diperlakukan seperti itu?

"Kenapa kalian ingin menjemputku ke istana? Aku bukan orang penting," sanggah Wei dengan dahi berkerut.

"Kami hanya menjalankan perintah dari Kaisar."

Lagi, Wei dibuat tidak mengerti. Darimana Kaisar mengenal dirinya sampai memberi perintah untuk membawa dirinya ke istana? Semua sangat membingungkan untuk gadis yang baru menginjak usia ke 20 tahunnya kemarin.

Jiang dan Yihan membantu Wei untuk berdiri. "Izinkan kami untuk berbicara dengannya sebentar." tutur Jiang dengan raut wajah seperti memerintahkan Yihan untuk segera membawa Wei masuk ke dalam rumah mereka. Mengerti dengan raut wajah suaminya, Yihan segera membawa Wei masuk ke dalam rumah.

"Baiklah, tapi jangan terlalu lama. Hari sebentar lagi akan gelap, kami harus segera membawanya ke istana." ucap prajurit tadi sambil sesekali menatap ke arah langit.

Jiang tak lagi menjawab, ia langsung masuk ke dalam rumahnya dan mengunci pintu dengan rapat. Di tatapnya Wei yang duduk di atas kursi dengan kerutan di dahi. Dia tahu sebingung apa putri bungsunya itu. Jiang duduk di depan Wei dan Yihan dengan berat hati.

"Kita harus mengalihkan perhatian para prajurit itu agar Wei bisa kabur. Kita tidak boleh membiarkan Wei menginjak istana." Jiang berkata dengan setengah berbisik, takut suaranya akan di dengar oleh prajurit yang masih berdiri di luar rumahnya.

"Apa maksud ayah? Sebenarnya apa yang terjadi, apa kalian membuat kesalahan?" tanya Wei yang juga ikut berbisik. "Katakanlah agar aku bisa mengerti!"

"Wei, jangan banyak bertanya, ikuti saja perintah ayah. Saat aku keluar nanti, kau dan Wei harus kabur lewat pintu belakang. Jangan pernah menoleh ke belakang apa pun yang terjadi, kalian berdua harus tetap berlari. Apa kalian mengerti?"

Yihan menatap Jiang dengan sedih. Mendengar ucapan Jiang, ia menjadi tidak mampu untuk meninggalkannya seorang diri. Bagaimana mungkin dia dengan begitu tega meninggalkan suami yang sudah bersamanya selama 23 tahun?

Yihan mengusap kedua pipi Wei, kemudian memeluknya dengan erat seolah itu adalah salam perpisahan. "Ibu akan membantu ayahmu, kau pergilah sekarang."

"Tidak! Aku tidak tahu dengan masalah kalian yang menyuruhku untuk kabur, setidaknya kalian harus menjelaskannya padaku!" tegas Wei dengan suara pelan.

Jiang mengguncang kedua bahu Wei, wajahnya merah padam seperti menahan amarah. "Istana bukan tempat untukmu. Dibandingkan dengan istana, hutan dengan beribu binatang buas lebih baik untukmu!"

"Tapi kenapa aku harus kesana? Kenapa kaisar memerintahkan pasukannya untuk membawaku ke istana? Jika bukan karena kesalahan kalian, lalu karena apa aku harus ke istana?"

"Kau tidak perlu tahu, semuanya sangat rumit, Wei. Pergi sekarang juga!" usir Jiang sambil mendorong Wei ke pintu belakang. Setelah itu dia segera berjalan keluar.

Rencana Jiang tidak berhasil karena rumahnya saat ini di kepung oleh para prajurit. Tidak ada celah untuk Wei bisa kabur dan tidak ada tenaga untuknya bisa melawan. Prajurit yang tadi mendekati Jiang. "Kita permudah saja agar tidak ada pertumpahan darah disini. Apa kau ingin membuat putrimu melihat aku memenggal kepalamu?"

Dari dalam gubuk, Wei memperhatikan punggung Jiang dengan rasa khawatir. Berita tentang kekejaman pasukan Kerajaan Taoming sudah tersebar ke penjuru negeri. Bukan sulit bagi mereka untuk mengayunkan pedang ke leher rakyat rendahan seperti mereka. Tidak, dia tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Dengan cepat Wei berlari keluar bahkan Yihan tidak sempat menahan tangannya.

Wei berdiri di depan Jiang dengan berani seraya menatap para prajurit dengan tajam. Entah dapat keberanian darimana gadis yang tadinya bersujud memohon ampunan itu, yang pasti mereka paham bahwa ia saat ini sedang melindungi kedua orang tuanya.

"Aku tidak akan membiarkan kalian melukai kedua orang tuaku! Pergi kalian dari sini!" seru Wei dengan kerasnya.

"Kami tidak bisa pergi tanpa membawamu. Kita persingkat saja, ingin ikut dengan cara baik atau paksaan? Aku bisa saja memenggal kepala ayahmu jika saja kamu bersikeras mengusir kami." ancaman yang di lontarkan prajurit tersebut membuat nyali Wei menciut. Dia tidak berani berkata apa-apa lagi, hanya bisa menggigit bibir karena merasa cemas. Ucapan seorang prajurit soal membunuh tidak pernah main-main. Nyawa seseorang bagaikan mainan bagi mereka.

Prajurit dengan pakaian baja itu segera berlutut diikuti oleh prajurit yang lain tatkala terdengar suara tapak kaki kuda dari belakang gubuk. Disana terdapat seorang pria yang sedang menunggangi kuda dengan memakai pakaian jubah warna merah. Wajahnya yang putih bersih itu terlihat tegas, matanya menyorot tajam ke arah semua prajurit yang berlutut.

Mengikuti arah pandang prajurit, Jiang dan Yihan sujud di tanah menghadap orang yang baru saja turun dari kuda.

Wei yang menyadari bahwa orang itu penting juga ikut sujud seperti kedua orang tuanya. Kemudian terdengar teriakan dari para prajurit.

"Kami memberi hormat untuk kaisar!"

Terpopuler

Comments

Ayatul Husni

Ayatul Husni

bagus

2024-08-25

0

Ayu Dani

Ayu Dani

akoh mampir Thor

2024-06-21

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Bukan Orang Penting
2 Bab 2: Membawanya Dengan Hormat
3 Bab 3: Di Gendongan Kaisar
4 Bab 4: Tidak Pernah Merasakan Kemewahan
5 Bab 5: Menemukan Berlian di Dalam Lumpur
6 Bab 6: Sumpahanku Untuk Kaisar
7 Bab 7: Aku Bisa Membaca dan Menulis
8 Bab 8: Tragedi Buah Pir
9 Bab 9: Asal-usulnya
10 Bab 10: Mempercepat Pernikahan
11 Bab 11: Dia Mengetahuinya
12 Bab 12: Memahamimu
13 Bab 13: Lidah Yang Paling Berbahaya
14 Bab 14: Sehari Sebelum Pernikahan
15 Bab 15: Tidak Menyukai Istana
16 Bab 16: Sumpahan Kaisar
17 Bab 17: Ingin Bunuh Diri
18 Bab 18: Pernikahan Dan Tamu Tak Diundang
19 Bab 19: Bisa Ilmu Bela Diri
20 Bab 20: Kaisar Yang Kejam
21 Bab 21: Tidak Baik-Baik Saja
22 Bab 22: Paviliun Tengah
23 Bab 23: Hutang Nyawa
24 Bab 24: Dukungan Rakyat
25 Bab 25: Gadis Miskin Yang Bijaksana
26 Bab 26: Tentang Selir
27 Bab 27: Kebohongan Xiahe
28 Bab 28: Tentang Aku
29 Bab 29: Malam Pertama
30 Bab 30: Impianku
31 Bab 31: Penyamaran
32 Bab 32: Kehangatan
33 Bab 33: Terlambat Mengetahui
34 Bab 34: Mimpi Buruk
35 Bab 35: Selir Tidak Boleh Mengandung
36 Bab 36: Ramalan Penjual Kue
37 Bab 37: Ketakutan Kaisar
38 Bab 38: Kehilangan (Lagi)
39 Bab 39: Maksud Tersembunyi
40 Bab 40: Aku Mengetahuinya
41 Bab 41: Kehamilan Selir Kedua
42 Bab 42: Perburuan Keluarga Kerajaan
43 Bab 43: Kecewa (Lagi)
44 Bab 44: Selir Kedua
45 Bab 45: Perpustakaan Kota
46 Bab 46: Ungkapan Hati
47 Bab 47: Penyambutan
48 Bab 48: Anak Kecil
49 Bab 49: Ramalan
50 Bab 50: Putra Mahkota Terdahulu
51 Bab 51: Orang yang Setia
52 Bab 52: Penjara Bawah Tanah
53 Bab 53: Hukuman
54 Bab 54: Salah Mengincar
55 Bab 55: Wei Menghilang
56 Bab 56: Negeri Wanjang
57 Bab 57: Licik Dalam Kebaikan
58 Bab 58: Titik Terang
59 Bab 59: Memilih Berhenti
60 Bab 60: Tempat Baru
61 Bab 61: Pertukaran Nasib
62 Bab 62: Akhir Untuk Yang Saling Mencintai
Episodes

Updated 62 Episodes

1
Bab 1: Bukan Orang Penting
2
Bab 2: Membawanya Dengan Hormat
3
Bab 3: Di Gendongan Kaisar
4
Bab 4: Tidak Pernah Merasakan Kemewahan
5
Bab 5: Menemukan Berlian di Dalam Lumpur
6
Bab 6: Sumpahanku Untuk Kaisar
7
Bab 7: Aku Bisa Membaca dan Menulis
8
Bab 8: Tragedi Buah Pir
9
Bab 9: Asal-usulnya
10
Bab 10: Mempercepat Pernikahan
11
Bab 11: Dia Mengetahuinya
12
Bab 12: Memahamimu
13
Bab 13: Lidah Yang Paling Berbahaya
14
Bab 14: Sehari Sebelum Pernikahan
15
Bab 15: Tidak Menyukai Istana
16
Bab 16: Sumpahan Kaisar
17
Bab 17: Ingin Bunuh Diri
18
Bab 18: Pernikahan Dan Tamu Tak Diundang
19
Bab 19: Bisa Ilmu Bela Diri
20
Bab 20: Kaisar Yang Kejam
21
Bab 21: Tidak Baik-Baik Saja
22
Bab 22: Paviliun Tengah
23
Bab 23: Hutang Nyawa
24
Bab 24: Dukungan Rakyat
25
Bab 25: Gadis Miskin Yang Bijaksana
26
Bab 26: Tentang Selir
27
Bab 27: Kebohongan Xiahe
28
Bab 28: Tentang Aku
29
Bab 29: Malam Pertama
30
Bab 30: Impianku
31
Bab 31: Penyamaran
32
Bab 32: Kehangatan
33
Bab 33: Terlambat Mengetahui
34
Bab 34: Mimpi Buruk
35
Bab 35: Selir Tidak Boleh Mengandung
36
Bab 36: Ramalan Penjual Kue
37
Bab 37: Ketakutan Kaisar
38
Bab 38: Kehilangan (Lagi)
39
Bab 39: Maksud Tersembunyi
40
Bab 40: Aku Mengetahuinya
41
Bab 41: Kehamilan Selir Kedua
42
Bab 42: Perburuan Keluarga Kerajaan
43
Bab 43: Kecewa (Lagi)
44
Bab 44: Selir Kedua
45
Bab 45: Perpustakaan Kota
46
Bab 46: Ungkapan Hati
47
Bab 47: Penyambutan
48
Bab 48: Anak Kecil
49
Bab 49: Ramalan
50
Bab 50: Putra Mahkota Terdahulu
51
Bab 51: Orang yang Setia
52
Bab 52: Penjara Bawah Tanah
53
Bab 53: Hukuman
54
Bab 54: Salah Mengincar
55
Bab 55: Wei Menghilang
56
Bab 56: Negeri Wanjang
57
Bab 57: Licik Dalam Kebaikan
58
Bab 58: Titik Terang
59
Bab 59: Memilih Berhenti
60
Bab 60: Tempat Baru
61
Bab 61: Pertukaran Nasib
62
Bab 62: Akhir Untuk Yang Saling Mencintai

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!