Bab 3: Di Gendongan Kaisar

Para prajurit yang membawa tandu berhenti saat mereka sudah sampai di depan gerbang istana. Tandu di turunkan ke tanah, beberapa pelayan segera membuka tandu tersebut dan sedikit terkejut saat melihat Wei tidur di dalam tandu.

Tidak ada yang berani membangunkan Wei sampai akhirnya Fengying turun dari kuda untuk melihat sendiri apa yang membuat pelayan saling berbisik dengan raut wajah ketakutan.

"Ada apa?" ujar Fengying membuat para pelayan tersebut lebih terkejut. Refleks mereka sujud di tanah dan memohon ampunan.

"Mohon ampuni kami, kaisar! Kami tidak berani membangunkan calon permaisuri sehingga membuat kaisar turun dari kuda!"

Fengying tidak menanggapi para pelayan tersebut, dia kini melirik ke dalam tandu. Benar saja, gadis dengan bulu mata lentik, bibir tipis sedikit pucat, pipi tirus dengan wajah terdapat tanah itu sedang tertidur dengan nyenyaknya. Selama kurang lebih 1 jam perjalanan, Fengying berpikir Wei menikmati keindahan kota karena tidak sembarangan orang bisa masuk ke sana. Tapi gadis itu lebih memilih untuk tidur. Tidakkah dia panik karena tiba-tiba dibawa ke istana untuk menjadi permaisuri?

Tidak banyak bicara, Fengying segera membawa Wei keluar kemudian menggendongnya. Hal itu membuat semua orang yang ada disana terkejut bukan main. Bagaimana bisa seorang kaisar menggendong gadis rendahan seperti Wei?

"Kaisar, mohon biarkan kami yang membawa calon permaisuri!" pinta para pelayan yang masih bersujud di tanah.

"Penuhi saja kolam di kediaman permaisuri dan siapkan pakaian untuk permaisuri. Kalian harus melayaninya dengan baik, jangan sampai gadis ini merasa tidak nyaman karena ulah kalian!" Fengying berkata dengan sorot mata dinginnya.

Para pelayan tersebut mengangguk mengerti dan segera pergi ke kediaman permaisuri yang bersebelahan dengan kediaman kaisar. Jika berlari dari gerbang istana, mereka akan memakan waktu kurang lebih 10 menit. Istana Taoming sangat besar, di dalam istana terdapat banyak kediaman. Terdiri dari kediaman kaisar, permaisuri, keluarga kerajaan, selir, para menteri, tabib, dayang, kasim, pelayan, koki kerajaan dan prajurit. Di tengah-tengah istana terdapat tempat perkumpulan kaisar dan menteri. Di setiap kediaman terdapat paviliun indah yang berada di tengah danau buatan. Jika dihitung, mungkin terdapat kurang lebih 13 danau buatan. Di istana juga terdapat 24 perpustakaan yang masing-masing ada di kediaman, sisanya tersebar di luar kediaman.

Fengying sedikit menaikkan Wei yang berada di gendongannya. Tubuh Wei kurus, dia berpikir tubuhnya itu akan seringan kapas. Fengying tidak menduga jika tubuh kurus itu sangat berat.

Mereka kini tiba di kediaman kaisar. Terlihat 4 orang wanita memakai gaun serba mewah dengan banyak pernak-pernik di tubuh mereka sedang berdiri di depan pintu kediaman Fengying.

"Kaisar, gadis kotor mana yang kaisar gendong itu?!" pekik Zhuan, selir pertama Fengying. Pekikkan Zhuan membuat selir yang lainnya menatap ke arah Fengying. Mereka berempat segera berjalan mendekati Fengying dengan sorot mata menatap Wei penuh kebencian.

Yang memakai gaun warna merah adalah Zhuan, selir pertama. Yang memakai gaun warna biru adalah Quolin, selir kedua. Yang memakai gaun warna hitam adalah Baoyi, selir ketiga. Dan yang memakai gaun warna putih adalah Annchi, selir keempat. Wajah mereka sangat cantik-cantik di poles dengan riasan. Tapi yang paling menonjol di antara mereka adalah Zhuan. Dia terlihat paling cantik, apa lagi banyak perhiasan yang melekat di rambutnya.

"Siapa gadis ini?" tanya Baoyi yang kali ini mulai terlihat sedikit tenang. Terlihat dari tatapan matanya yang tidak lagi dipenuhi kemarahan.

"Hei, siapa kau? Berani sekali gadis kotor sepertimu di gendong oleh kaisar!" Annchi menarik rambut Wei sehingga membuat si pemilik rambut langsung membuka kedua matanya dengan sempurna.

Wei terlonjak kaget dan segera turun dari gendongan Fengying. Dia kebingungan menatap ke sekeliling. 'Dimana dirinya sekarang? Apa sudah sampai di istana?' batinnya.

"Aku dimana?" tanyanya dengan raut wajah kebingungan. Matanya menatap keempat wanita yang berdiri di hadapannya saat ini. Keempat wanita itu menatap dirinya dengan penuh kemarahan. Apa salahnya?

Quolin maju selangkah. "Kau lancang sekali!" teriaknya sambil mendorong bahu Wei.

"Apa kau sadar telah di gendong oleh kaisar?! Sungguh lancang sekali gadis kotor sepertimu di gendong oleh kaisar! Kau harus segera di beri pelajaran agar sadar dengan statusmu yang rendahan itu!" Zhuan meneruskan ucapan Quolin, dia ikut mendorong bahu Wei sehingga membuat gadis itu terjatuh.

Fengying tidak tahan lagi dengan kegilaan keempat selirnya itu. "Kalian berhentilah! Beri hormat untuk calon permaisuri. Sebenarnya kalian yang lancang disini karena berani mendorong calon permaisuri!" bentaknya yang membuat keempat selir itu terkejut.

"A...apa?" Baoyi terlihat setengah percaya. "Tidak mungkin gadis kotor itu adalah calon permaisuri!"

"Kau lancang sekali selir ketiga, cepat beri hormat!" Fengying membantu Wei berdiri, setelah itu dia menatap keempat selirnya yang masih berdiri di hadapannya.

Dengan perasaan campur aduk, keempat selir itu segera membungkukkan badan untuk memberi hormat kepada Wei. "Kami memberi hormat untuk calon permaisuri!"

"Bagus. Lain kali jika aku melihat kalian berlaku kasar pada permaisuri, aku tidak akan segan mengurung kalian ke penjara dingin!" ancam Fengying sebelum dia membawa Wei ke kediaman permaisuri.

Penjara dingin adalah tempat untuk anggota kerajaan yang telah melanggar peraturan istana. Sesuai namanya, penjara dingin adalah tempat paling dingin dengan berbagai alat penyiksaan. Mereka yang sudah masuk kesana tidak akan pernah bisa keluar. Saat mereka keluar, tubuh mereka sudah membiru dan tidak bisa diselamatkan lagi. Sama saja dengan hukuman mati yang melalui tahap penyiksaan terlebih dahulu. Daripada masuk ke penjara dingin, mereka lebih memilih menerima hukuman gantung diri.

Saat menginjakkan kaki di kediaman permaisuri, Wei dibuat terpana dengan keindahan yang ada di dalam sana. Kediaman permaisuri sangat luas. Saat baru menginjakkan kaki disana, Wei sudah disuguhi dengan sebuah rumah besar yang di setiap dindingnya terdapat ukiran bunga krisan. Jika berjalan sedikit jauh dia akan mendapati perpustakaan. Jika berjalan lebih jauh lagi dia akan tiba di danau buatan dengan sebuah paviliun indah di tengahnya.

Di danau tersebut terdapat banyak bunga teratai. Di jembatan yang menuju ke paviliun terdapat banyak lentera yang terang. Paviliun juga tidak kalah indahnya. Paviliun tiga tingkat itu memudahkan untuk menikmati keindahan kediaman permaisuri.

"Masuklah ke dalam, besok kau akan menerima banyak pelajaran dari dayang istana." ucap Fengying saat melihat para pelayan berlari ke arah mereka.

Wei hanya diam sambil menganggukkan kepalanya. Namun, saat teringat bagaimana dia di gendong kaisar tadi, dengan cepat gadis itu bersujud. Para pelayan yang baru tiba itu terkejut kemudian ikut bersujud.

"Mohon maafkan kelancangan hamba tadi, kaisar. Tidak sepantasnya hamba di gendong oleh kaisar." tuturnya lembut namun penuh ketakutan.

"Berdirilah, saat ini kau tidak pantas bersujud seperti itu. Dahi calon ibu negeri ini tidak boleh kotor oleh tanah." Fengying membantu Wei berdiri, dan lagi dia membersihkan dahi Wei.

Hal itu membuat Wei tertegun. Jantungnya berdetak dengan cepat bukan karena mulai jatuh cinta pada kaisar. Tapi karena baru ada seseorang yang memperlakukannya seperti manusia setelah kedua orang tua dan kakak laki-lakinya. Apa lagi status mereka yang masih bagaikan langit dan bumi itu membuat Wei sulit menerima kehangatan dari Kaisar Kerajaan Taoming.

Episodes
1 Bab 1: Bukan Orang Penting
2 Bab 2: Membawanya Dengan Hormat
3 Bab 3: Di Gendongan Kaisar
4 Bab 4: Tidak Pernah Merasakan Kemewahan
5 Bab 5: Menemukan Berlian di Dalam Lumpur
6 Bab 6: Sumpahanku Untuk Kaisar
7 Bab 7: Aku Bisa Membaca dan Menulis
8 Bab 8: Tragedi Buah Pir
9 Bab 9: Asal-usulnya
10 Bab 10: Mempercepat Pernikahan
11 Bab 11: Dia Mengetahuinya
12 Bab 12: Memahamimu
13 Bab 13: Lidah Yang Paling Berbahaya
14 Bab 14: Sehari Sebelum Pernikahan
15 Bab 15: Tidak Menyukai Istana
16 Bab 16: Sumpahan Kaisar
17 Bab 17: Ingin Bunuh Diri
18 Bab 18: Pernikahan Dan Tamu Tak Diundang
19 Bab 19: Bisa Ilmu Bela Diri
20 Bab 20: Kaisar Yang Kejam
21 Bab 21: Tidak Baik-Baik Saja
22 Bab 22: Paviliun Tengah
23 Bab 23: Hutang Nyawa
24 Bab 24: Dukungan Rakyat
25 Bab 25: Gadis Miskin Yang Bijaksana
26 Bab 26: Tentang Selir
27 Bab 27: Kebohongan Xiahe
28 Bab 28: Tentang Aku
29 Bab 29: Malam Pertama
30 Bab 30: Impianku
31 Bab 31: Penyamaran
32 Bab 32: Kehangatan
33 Bab 33: Terlambat Mengetahui
34 Bab 34: Mimpi Buruk
35 Bab 35: Selir Tidak Boleh Mengandung
36 Bab 36: Ramalan Penjual Kue
37 Bab 37: Ketakutan Kaisar
38 Bab 38: Kehilangan (Lagi)
39 Bab 39: Maksud Tersembunyi
40 Bab 40: Aku Mengetahuinya
41 Bab 41: Kehamilan Selir Kedua
42 Bab 42: Perburuan Keluarga Kerajaan
43 Bab 43: Kecewa (Lagi)
44 Bab 44: Selir Kedua
45 Bab 45: Perpustakaan Kota
46 Bab 46: Ungkapan Hati
47 Bab 47: Penyambutan
48 Bab 48: Anak Kecil
49 Bab 49: Ramalan
50 Bab 50: Putra Mahkota Terdahulu
51 Bab 51: Orang yang Setia
52 Bab 52: Penjara Bawah Tanah
53 Bab 53: Hukuman
54 Bab 54: Salah Mengincar
55 Bab 55: Wei Menghilang
56 Bab 56: Negeri Wanjang
57 Bab 57: Licik Dalam Kebaikan
58 Bab 58: Titik Terang
59 Bab 59: Memilih Berhenti
60 Bab 60: Tempat Baru
61 Bab 61: Pertukaran Nasib
62 Bab 62: Akhir Untuk Yang Saling Mencintai
Episodes

Updated 62 Episodes

1
Bab 1: Bukan Orang Penting
2
Bab 2: Membawanya Dengan Hormat
3
Bab 3: Di Gendongan Kaisar
4
Bab 4: Tidak Pernah Merasakan Kemewahan
5
Bab 5: Menemukan Berlian di Dalam Lumpur
6
Bab 6: Sumpahanku Untuk Kaisar
7
Bab 7: Aku Bisa Membaca dan Menulis
8
Bab 8: Tragedi Buah Pir
9
Bab 9: Asal-usulnya
10
Bab 10: Mempercepat Pernikahan
11
Bab 11: Dia Mengetahuinya
12
Bab 12: Memahamimu
13
Bab 13: Lidah Yang Paling Berbahaya
14
Bab 14: Sehari Sebelum Pernikahan
15
Bab 15: Tidak Menyukai Istana
16
Bab 16: Sumpahan Kaisar
17
Bab 17: Ingin Bunuh Diri
18
Bab 18: Pernikahan Dan Tamu Tak Diundang
19
Bab 19: Bisa Ilmu Bela Diri
20
Bab 20: Kaisar Yang Kejam
21
Bab 21: Tidak Baik-Baik Saja
22
Bab 22: Paviliun Tengah
23
Bab 23: Hutang Nyawa
24
Bab 24: Dukungan Rakyat
25
Bab 25: Gadis Miskin Yang Bijaksana
26
Bab 26: Tentang Selir
27
Bab 27: Kebohongan Xiahe
28
Bab 28: Tentang Aku
29
Bab 29: Malam Pertama
30
Bab 30: Impianku
31
Bab 31: Penyamaran
32
Bab 32: Kehangatan
33
Bab 33: Terlambat Mengetahui
34
Bab 34: Mimpi Buruk
35
Bab 35: Selir Tidak Boleh Mengandung
36
Bab 36: Ramalan Penjual Kue
37
Bab 37: Ketakutan Kaisar
38
Bab 38: Kehilangan (Lagi)
39
Bab 39: Maksud Tersembunyi
40
Bab 40: Aku Mengetahuinya
41
Bab 41: Kehamilan Selir Kedua
42
Bab 42: Perburuan Keluarga Kerajaan
43
Bab 43: Kecewa (Lagi)
44
Bab 44: Selir Kedua
45
Bab 45: Perpustakaan Kota
46
Bab 46: Ungkapan Hati
47
Bab 47: Penyambutan
48
Bab 48: Anak Kecil
49
Bab 49: Ramalan
50
Bab 50: Putra Mahkota Terdahulu
51
Bab 51: Orang yang Setia
52
Bab 52: Penjara Bawah Tanah
53
Bab 53: Hukuman
54
Bab 54: Salah Mengincar
55
Bab 55: Wei Menghilang
56
Bab 56: Negeri Wanjang
57
Bab 57: Licik Dalam Kebaikan
58
Bab 58: Titik Terang
59
Bab 59: Memilih Berhenti
60
Bab 60: Tempat Baru
61
Bab 61: Pertukaran Nasib
62
Bab 62: Akhir Untuk Yang Saling Mencintai

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!