Saat Kaisar Fengying sudah meninggalkan kediaman permaisuri, Wei dituntun masuk ke dalam rumah oleh para pelayannya. Di kediaman permaisuri ada sekitar 25 pelayan dengan usia dari 17 sampai 25 tahun. Wei tahu hal itu karena dayang di kediaman permaisuri yang memberi tahu dirinya.
Kini Wei berada di tepian kolam mandi dengan banyak kelopak bunga bertabur di atas air. Pakaiannya di lepas oleh dua orang pelayan membuat Wei terkejut. "Kenapa kalian melepas pakaianku?!" tanya Wei dengan setengah berteriak. Ia berusaha menutupi tubuhnya yang hanya memakai baju dalaman.
Dua pelayan tadi bergetar ketakutan dan langsung sujud di lantai. "Mohon ampuni kami, maafkan kami..."
Wei tidak menjawab, ia jadi tidak enak saat para pelayan sujud di lantai sambil memohon ampunan padanya. Dia juga refleks setengah berteriak karena kejadian tadi terjadi dengan tiba-tiba. Ibunya saja tidak pernah melepaskan pakaiannya, dia sangat tidak suka jika orang asing membuka atau melepas pakaiannya. Karena itu dia diam-diam belajar ilmu bela diri agar para bandit tidak meremehkannya.
"Mohon maafkan kelalaian mereka karena tidak bertanya terlebih dahulu kepada calon permaisuri. Hamba akan mengajari mereka dengan lebih baik lagi, mohon ampunan calon permaisuri." Kilin, dayang kediaman permaisuri berlutut di hadapan Wei.
"Jangan seperti itu, kalian semua berdirilah. Aku hanya terkejut saat pakaianku di lepas orang asing, maafkan aku karena sudah membuat kalian merasa bersalah. Jangan bersujud atau berlutut di hadapanku lagi, statusku hanyalah anak dari budak miskin. Aku malu jika kalian memperlakukan aku seperti putri bangsawan." tutur Wei penuh kelembutan membuat Kilin tersentak.
Kilin, dayang kediaman permaisuri yang sudah berusia 43 tahun itu merasa heran dengan ucapan Wei. Dia berpikir Wei akan sama dengan para permaisuri terdahulu yang memperlakukan orang rendahan dengan kasar. Mungkinkah ini arti dari ramalan tentang posisi permaisuri yang kerap kosong?
"Kami berjanji tidak akan mengulangi kesalahan yang sama, mohon maafkan kami!" seru dua pelayan yang tadi melepas pakaian Wei.
Wei tidak lagi menyahut, dia kini membantu dua pelayan tersebut untuk berdiri. "Kalian semua berdirilah, jangan seperti ini."
Semua pun berdiri, namun tetap menundukkan kepala. Kilin berjalan mendekati Wei, menuntunnya untuk masuk ke kolam pemandian.
Hangat, hal pertama yang dirasakan Wei saat ia merendamkan tubuhnya ke dalam kolam. Bau wewangian berbagai macam bunga memenuhi indera penciumannya. Kedua matanya terpejam, dia sangat menikmati hal itu.
"Apa kalian bisa meninggalkan aku sendirian?" Wei membuka kedua matanya, menatap Kilin dan para pelayan di belakangnya.
Kilin menganggukkan kepala pertanda ia mengerti, kemudian dia memerintahkan para pelayan untuk segera keluar dari tempat pemandian. "Jika calon permaisuri sudah selesai, mohon beritahu kami."
Pintu di tutup dengan rapat, kini hanya tinggal Wei sendirian di tempat pemandian yang luas itu. Isak tangisnya mulai terdengar, kedua bahunya bergetar hebat. Entah apa yang membuat Wei menangis seperti itu.
"Aku tidak pernah merasakan kemewahan seperti ini. Aku... aku benar-benar sedang di bantu Tuhan!" Wei terisak hebat saat mengingat status rendahnya kini melambung tinggi. Ia bahkan bisa mengangkat derajat kedua orang tuanya. Kini dia tidak perlu lagi merasakan sakit hati saat melihat tubuh Jiang dan Yihan yang babak-belur setelah kembali kerumah. Orang tuanya tidak akan di perlakukan dengan kejam lagi dan itu semua karena dia di takdirkan sebagai permaisuri.
****
Sementara di kediaman kaisar, terdapat Fengying dengan keempat selirnya sedang duduk di paviliun. Fengying terlihat santai sambil minum teh hijau yang asapnya masih mengepul dari dalam gelas kecil. Matanya terpejam saat aroma teh hijau menyeruak ke hidungnya, benar-benar aroma yang menenangkan.
Di depan Fengying, duduk Zhuan, Quolin, Baoyi, dan Annchi dengan raut wajah meminta penjelasan. Sudah lebih dari satu jam mereka menyaksikan Fengying yang terlihat tenang itu. Berkali-kali mereka melontarkan pertanyaan tentang gadis kotor yang digendongnya tadi, tapi pria itu sama sekali tidak menanggapi.
"Ini sungguh tidak adil, kaisar. Kenapa kaisar tidak memilih salah satu dari kami untuk menjadi permaisuri? Kenapa harus gadis kotor tadi?!" Zhuan memang sangat tidak terima saat Fengying memerintahkan mereka untuk memberi hormat pada gadis kotor tadi. Baginya itu sangat menjijikkan dan memalukan.
"Benar sekali. Bukankah sebelumnya kaisar memilih salah satu selir untuk menjadi permaisuri? Kenapa sekarang menjadikan gadis kotor sebagai permaisuri?!" tukas Annchi dengan tajam.
"Kaisar sangat melukai harga diri kami!" tegas Baoyi dengan penuh kekecewaan dan amarah.
Diantara mereka berempat, Quolin terlihat jauh lebih tenang. Mendengar kemarahan ketiga selir itu, dia hanya diam dan memilih untuk menikmati kudapan yang tersaji di atas meja. Lagi pula siapa yang bisa menentang Fengying? Sampai mulut mereka berbuih pun, Fengying tidak akan menarik ucapannya.
Fengying meletakkan gelas ke atas meja, kemudian menatap keempat selirnya. "Aku tidak ingin mendengar keluhan dari kalian. Kembalilah ke kediaman kalian sekarang, aku lelah." ucap Fengying sambil beranjak berdiri.
"Setidaknya kaisar harus memberi penjelasan kepada kami!" Baoyi benar-benar kehabisan kesabaran. Ia menahan tangan Fengying yang berjalan melewatinya.
"Kenapa kaisar menjadikan gadis kotor tadi sebagai permaisuri?!"
"Berhenti menyebutnya gadis kotor! Dibandingkan dengan kalian, dia jauh lebih bersih."
Quolin yang tadinya tenang mulai terkekeh kecil. Dia menatap Fengying dalam, tersirat sedikit kemarahan di matanya."Apa Kaisar Kerajaan Taoming sudah kehilangan akal sehatnya? Maaf jika aku lancang, tapi jika kaisar membandingkan kami dengan gadis tadi, itu sangat melukai harga diri kami. Memang status kami hanya selir, tidak akan pernah mendapatkan perhatian dari kaisar. Tapi gadis tadi bahkan jauh lebih rendah daripada kami. Apa yang akan orang-orang pikirkan tentang kami saat tahu permaisuri negeri ini adalah seorang gadis rendahan?"
"Lalu, apakah gadis tadi memiliki ilmu? Aku bisa menebak jika gadis tadi tidak tahu membaca. Bagaimana jadinya jika gadis tidak berpendidikan memimpin negeri ini? Negeri akan hancur dalam hitungan hari saja." lanjut Quolin membuat Zhuan, Baoyi, dan Annchi menganggukkan kepala setuju.
Kaisar hanya diam, dia masih ingin mendengarkan keluhan keempat selirnya. Membiarkan mereka menyalahkannya adalah hal yang tidak bisa Fengying cegah. Ramalan menjadi sebab dia harus menjadikan Wei sebagai permaisuri.
Annchi segera berdiri, berjalan mendekat ke arah Fengying. "Pikirkan sekali lagi sebelum terlambat. Lebih baik memilih putri berdarah bangsawan yang berpendidikan daripada seorang gadis rendahan yang bodoh."
"Sudah?" ujar Fengying seraya melepaskan tangannya dari tangan Baoyi. "Biar aku perjelas agar kalian berempat mengerti," lanjutnya.
Zhuan, Quolin, Baoyi, dan Annchi berdehem, mereka akhirnya memilih diam dan tidak lagi mengeluarkan isi hati mereka. Tatapan mata mereka menatap Fengying, menunggu pria itu menjelaskannya kepada mereka.
"Gadis tadi ditakdirkan untuk menjadi permaisuri negeri ini. Sedangkan kalian berempat hanya ditakdirkan sebagai selir. Jika membahas takdir, sekarang aku tanya, derajat siapa yang lebih tinggi? Kalian memang putri berdarah bangsawan yang berpendidikan, tapi kalian tidak ditakdirkan untuk menjadi permaisuri. Gadis tadi adalah berlian berharga yang aku temukan di dalam lumpur. Dia akan aku lindungi, kalian berempat lebih baik tidak mencari masalah dengannya atau aku akan langsung menyeret kalian ke penjara dingin!" sorotan mata yang tajam bak pedang itu seolah sedang mengiris hati keempat selir tersebut.
Kalimat pedas dengan penuh tusukan menyakitkan itu berhasil membuat Zhuan, Quolin, Baoyi, dan Annchi bungkam. Mereka tidak mampu mengangkat kepala dengan sombong lagi setelah mendengar kata demi kata yang keluar dari mulut Fengying. Wajah mereka seolah menebal karena merasa malu yang teramat dalam. Dimana mereka akan menaruh muka saat berada di hadapan kaisar?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments