Bab 4: Tidak Pernah Merasakan Kemewahan

Saat Kaisar Fengying sudah meninggalkan kediaman permaisuri, Wei dituntun masuk ke dalam rumah oleh para pelayannya. Di kediaman permaisuri ada sekitar 25 pelayan dengan usia dari 17 sampai 25 tahun. Wei tahu hal itu karena dayang di kediaman permaisuri yang memberi tahu dirinya.

Kini Wei berada di tepian kolam mandi dengan banyak kelopak bunga bertabur di atas air. Pakaiannya di lepas oleh dua orang pelayan membuat Wei terkejut. "Kenapa kalian melepas pakaianku?!" tanya Wei dengan setengah berteriak. Ia berusaha menutupi tubuhnya yang hanya memakai baju dalaman.

Dua pelayan tadi bergetar ketakutan dan langsung sujud di lantai. "Mohon ampuni kami, maafkan kami..."

Wei tidak menjawab, ia jadi tidak enak saat para pelayan sujud di lantai sambil memohon ampunan padanya. Dia juga refleks setengah berteriak karena kejadian tadi terjadi dengan tiba-tiba. Ibunya saja tidak pernah melepaskan pakaiannya, dia sangat tidak suka jika orang asing membuka atau melepas pakaiannya. Karena itu dia diam-diam belajar ilmu bela diri agar para bandit tidak meremehkannya.

"Mohon maafkan kelalaian mereka karena tidak bertanya terlebih dahulu kepada calon permaisuri. Hamba akan mengajari mereka dengan lebih baik lagi, mohon ampunan calon permaisuri." Kilin, dayang kediaman permaisuri berlutut di hadapan Wei.

"Jangan seperti itu, kalian semua berdirilah. Aku hanya terkejut saat pakaianku di lepas orang asing, maafkan aku karena sudah membuat kalian merasa bersalah. Jangan bersujud atau berlutut di hadapanku lagi, statusku hanyalah anak dari budak miskin. Aku malu jika kalian memperlakukan aku seperti putri bangsawan." tutur Wei penuh kelembutan membuat Kilin tersentak.

Kilin, dayang kediaman permaisuri yang sudah berusia 43 tahun itu merasa heran dengan ucapan Wei. Dia berpikir Wei akan sama dengan para permaisuri terdahulu yang memperlakukan orang rendahan dengan kasar. Mungkinkah ini arti dari ramalan tentang posisi permaisuri yang kerap kosong?

"Kami berjanji tidak akan mengulangi kesalahan yang sama, mohon maafkan kami!" seru dua pelayan yang tadi melepas pakaian Wei.

Wei tidak lagi menyahut, dia kini membantu dua pelayan tersebut untuk berdiri. "Kalian semua berdirilah, jangan seperti ini."

Semua pun berdiri, namun tetap menundukkan kepala. Kilin berjalan mendekati Wei, menuntunnya untuk masuk ke kolam pemandian.

Hangat, hal pertama yang dirasakan Wei saat ia merendamkan tubuhnya ke dalam kolam. Bau wewangian berbagai macam bunga memenuhi indera penciumannya. Kedua matanya terpejam, dia sangat menikmati hal itu.

"Apa kalian bisa meninggalkan aku sendirian?" Wei membuka kedua matanya, menatap Kilin dan para pelayan di belakangnya.

Kilin menganggukkan kepala pertanda ia mengerti, kemudian dia memerintahkan para pelayan untuk segera keluar dari tempat pemandian. "Jika calon permaisuri sudah selesai, mohon beritahu kami."

Pintu di tutup dengan rapat, kini hanya tinggal Wei sendirian di tempat pemandian yang luas itu. Isak tangisnya mulai terdengar, kedua bahunya bergetar hebat. Entah apa yang membuat Wei menangis seperti itu.

"Aku tidak pernah merasakan kemewahan seperti ini. Aku... aku benar-benar sedang di bantu Tuhan!" Wei terisak hebat saat mengingat status rendahnya kini melambung tinggi. Ia bahkan bisa mengangkat derajat kedua orang tuanya. Kini dia tidak perlu lagi merasakan sakit hati saat melihat tubuh Jiang dan Yihan yang babak-belur setelah kembali kerumah. Orang tuanya tidak akan di perlakukan dengan kejam lagi dan itu semua karena dia di takdirkan sebagai permaisuri.

****

Sementara di kediaman kaisar, terdapat Fengying dengan keempat selirnya sedang duduk di paviliun. Fengying terlihat santai sambil minum teh hijau yang asapnya masih mengepul dari dalam gelas kecil. Matanya terpejam saat aroma teh hijau menyeruak ke hidungnya, benar-benar aroma yang menenangkan.

Di depan Fengying, duduk Zhuan, Quolin, Baoyi, dan Annchi dengan raut wajah meminta penjelasan. Sudah lebih dari satu jam mereka menyaksikan Fengying yang terlihat tenang itu. Berkali-kali mereka melontarkan pertanyaan tentang gadis kotor yang digendongnya tadi, tapi pria itu sama sekali tidak menanggapi.

"Ini sungguh tidak adil, kaisar. Kenapa kaisar tidak memilih salah satu dari kami untuk menjadi permaisuri? Kenapa harus gadis kotor tadi?!" Zhuan memang sangat tidak terima saat Fengying memerintahkan mereka untuk memberi hormat pada gadis kotor tadi. Baginya itu sangat menjijikkan dan memalukan.

"Benar sekali. Bukankah sebelumnya kaisar memilih salah satu selir untuk menjadi permaisuri? Kenapa sekarang menjadikan gadis kotor sebagai permaisuri?!" tukas Annchi dengan tajam.

"Kaisar sangat melukai harga diri kami!" tegas Baoyi dengan penuh kekecewaan dan amarah.

Diantara mereka berempat, Quolin terlihat jauh lebih tenang. Mendengar kemarahan ketiga selir itu, dia hanya diam dan memilih untuk menikmati kudapan yang tersaji di atas meja. Lagi pula siapa yang bisa menentang Fengying? Sampai mulut mereka berbuih pun, Fengying tidak akan menarik ucapannya.

Fengying meletakkan gelas ke atas meja, kemudian menatap keempat selirnya. "Aku tidak ingin mendengar keluhan dari kalian. Kembalilah ke kediaman kalian sekarang, aku lelah." ucap Fengying sambil beranjak berdiri.

"Setidaknya kaisar harus memberi penjelasan kepada kami!" Baoyi benar-benar kehabisan kesabaran. Ia menahan tangan Fengying yang berjalan melewatinya.

"Kenapa kaisar menjadikan gadis kotor tadi sebagai permaisuri?!"

"Berhenti menyebutnya gadis kotor! Dibandingkan dengan kalian, dia jauh lebih bersih."

Quolin yang tadinya tenang mulai terkekeh kecil. Dia menatap Fengying dalam, tersirat sedikit kemarahan di matanya."Apa Kaisar Kerajaan Taoming sudah kehilangan akal sehatnya? Maaf jika aku lancang, tapi jika kaisar membandingkan kami dengan gadis tadi, itu sangat melukai harga diri kami. Memang status kami hanya selir, tidak akan pernah mendapatkan perhatian dari kaisar. Tapi gadis tadi bahkan jauh lebih rendah daripada kami. Apa yang akan orang-orang pikirkan tentang kami saat tahu permaisuri negeri ini adalah seorang gadis rendahan?"

"Lalu, apakah gadis tadi memiliki ilmu? Aku bisa menebak jika gadis tadi tidak tahu membaca. Bagaimana jadinya jika gadis tidak berpendidikan memimpin negeri ini? Negeri akan hancur dalam hitungan hari saja." lanjut Quolin membuat Zhuan, Baoyi, dan Annchi menganggukkan kepala setuju.

Kaisar hanya diam, dia masih ingin mendengarkan keluhan keempat selirnya. Membiarkan mereka menyalahkannya adalah hal yang tidak bisa Fengying cegah. Ramalan menjadi sebab dia harus menjadikan Wei sebagai permaisuri.

Annchi segera berdiri, berjalan mendekat ke arah Fengying. "Pikirkan sekali lagi sebelum terlambat. Lebih baik memilih putri berdarah bangsawan yang berpendidikan daripada seorang gadis rendahan yang bodoh."

"Sudah?" ujar Fengying seraya melepaskan tangannya dari tangan Baoyi. "Biar aku perjelas agar kalian berempat mengerti," lanjutnya.

Zhuan, Quolin, Baoyi, dan Annchi berdehem, mereka akhirnya memilih diam dan tidak lagi mengeluarkan isi hati mereka. Tatapan mata mereka menatap Fengying, menunggu pria itu menjelaskannya kepada mereka.

"Gadis tadi ditakdirkan untuk menjadi permaisuri negeri ini. Sedangkan kalian berempat hanya ditakdirkan sebagai selir. Jika membahas takdir, sekarang aku tanya, derajat siapa yang lebih tinggi? Kalian memang putri berdarah bangsawan yang berpendidikan, tapi kalian tidak ditakdirkan untuk menjadi permaisuri. Gadis tadi adalah berlian berharga yang aku temukan di dalam lumpur. Dia akan aku lindungi, kalian berempat lebih baik tidak mencari masalah dengannya atau aku akan langsung menyeret kalian ke penjara dingin!" sorotan mata yang tajam bak pedang itu seolah sedang mengiris hati keempat selir tersebut.

Kalimat pedas dengan penuh tusukan menyakitkan itu berhasil membuat Zhuan, Quolin, Baoyi, dan Annchi bungkam. Mereka tidak mampu mengangkat kepala dengan sombong lagi setelah mendengar kata demi kata yang keluar dari mulut Fengying. Wajah mereka seolah menebal karena merasa malu yang teramat dalam. Dimana mereka akan menaruh muka saat berada di hadapan kaisar?

Episodes
1 Bab 1: Bukan Orang Penting
2 Bab 2: Membawanya Dengan Hormat
3 Bab 3: Di Gendongan Kaisar
4 Bab 4: Tidak Pernah Merasakan Kemewahan
5 Bab 5: Menemukan Berlian di Dalam Lumpur
6 Bab 6: Sumpahanku Untuk Kaisar
7 Bab 7: Aku Bisa Membaca dan Menulis
8 Bab 8: Tragedi Buah Pir
9 Bab 9: Asal-usulnya
10 Bab 10: Mempercepat Pernikahan
11 Bab 11: Dia Mengetahuinya
12 Bab 12: Memahamimu
13 Bab 13: Lidah Yang Paling Berbahaya
14 Bab 14: Sehari Sebelum Pernikahan
15 Bab 15: Tidak Menyukai Istana
16 Bab 16: Sumpahan Kaisar
17 Bab 17: Ingin Bunuh Diri
18 Bab 18: Pernikahan Dan Tamu Tak Diundang
19 Bab 19: Bisa Ilmu Bela Diri
20 Bab 20: Kaisar Yang Kejam
21 Bab 21: Tidak Baik-Baik Saja
22 Bab 22: Paviliun Tengah
23 Bab 23: Hutang Nyawa
24 Bab 24: Dukungan Rakyat
25 Bab 25: Gadis Miskin Yang Bijaksana
26 Bab 26: Tentang Selir
27 Bab 27: Kebohongan Xiahe
28 Bab 28: Tentang Aku
29 Bab 29: Malam Pertama
30 Bab 30: Impianku
31 Bab 31: Penyamaran
32 Bab 32: Kehangatan
33 Bab 33: Terlambat Mengetahui
34 Bab 34: Mimpi Buruk
35 Bab 35: Selir Tidak Boleh Mengandung
36 Bab 36: Ramalan Penjual Kue
37 Bab 37: Ketakutan Kaisar
38 Bab 38: Kehilangan (Lagi)
39 Bab 39: Maksud Tersembunyi
40 Bab 40: Aku Mengetahuinya
41 Bab 41: Kehamilan Selir Kedua
42 Bab 42: Perburuan Keluarga Kerajaan
43 Bab 43: Kecewa (Lagi)
44 Bab 44: Selir Kedua
45 Bab 45: Perpustakaan Kota
46 Bab 46: Ungkapan Hati
47 Bab 47: Penyambutan
48 Bab 48: Anak Kecil
49 Bab 49: Ramalan
50 Bab 50: Putra Mahkota Terdahulu
51 Bab 51: Orang yang Setia
52 Bab 52: Penjara Bawah Tanah
53 Bab 53: Hukuman
54 Bab 54: Salah Mengincar
55 Bab 55: Wei Menghilang
56 Bab 56: Negeri Wanjang
57 Bab 57: Licik Dalam Kebaikan
58 Bab 58: Titik Terang
59 Bab 59: Memilih Berhenti
60 Bab 60: Tempat Baru
61 Bab 61: Pertukaran Nasib
62 Bab 62: Akhir Untuk Yang Saling Mencintai
Episodes

Updated 62 Episodes

1
Bab 1: Bukan Orang Penting
2
Bab 2: Membawanya Dengan Hormat
3
Bab 3: Di Gendongan Kaisar
4
Bab 4: Tidak Pernah Merasakan Kemewahan
5
Bab 5: Menemukan Berlian di Dalam Lumpur
6
Bab 6: Sumpahanku Untuk Kaisar
7
Bab 7: Aku Bisa Membaca dan Menulis
8
Bab 8: Tragedi Buah Pir
9
Bab 9: Asal-usulnya
10
Bab 10: Mempercepat Pernikahan
11
Bab 11: Dia Mengetahuinya
12
Bab 12: Memahamimu
13
Bab 13: Lidah Yang Paling Berbahaya
14
Bab 14: Sehari Sebelum Pernikahan
15
Bab 15: Tidak Menyukai Istana
16
Bab 16: Sumpahan Kaisar
17
Bab 17: Ingin Bunuh Diri
18
Bab 18: Pernikahan Dan Tamu Tak Diundang
19
Bab 19: Bisa Ilmu Bela Diri
20
Bab 20: Kaisar Yang Kejam
21
Bab 21: Tidak Baik-Baik Saja
22
Bab 22: Paviliun Tengah
23
Bab 23: Hutang Nyawa
24
Bab 24: Dukungan Rakyat
25
Bab 25: Gadis Miskin Yang Bijaksana
26
Bab 26: Tentang Selir
27
Bab 27: Kebohongan Xiahe
28
Bab 28: Tentang Aku
29
Bab 29: Malam Pertama
30
Bab 30: Impianku
31
Bab 31: Penyamaran
32
Bab 32: Kehangatan
33
Bab 33: Terlambat Mengetahui
34
Bab 34: Mimpi Buruk
35
Bab 35: Selir Tidak Boleh Mengandung
36
Bab 36: Ramalan Penjual Kue
37
Bab 37: Ketakutan Kaisar
38
Bab 38: Kehilangan (Lagi)
39
Bab 39: Maksud Tersembunyi
40
Bab 40: Aku Mengetahuinya
41
Bab 41: Kehamilan Selir Kedua
42
Bab 42: Perburuan Keluarga Kerajaan
43
Bab 43: Kecewa (Lagi)
44
Bab 44: Selir Kedua
45
Bab 45: Perpustakaan Kota
46
Bab 46: Ungkapan Hati
47
Bab 47: Penyambutan
48
Bab 48: Anak Kecil
49
Bab 49: Ramalan
50
Bab 50: Putra Mahkota Terdahulu
51
Bab 51: Orang yang Setia
52
Bab 52: Penjara Bawah Tanah
53
Bab 53: Hukuman
54
Bab 54: Salah Mengincar
55
Bab 55: Wei Menghilang
56
Bab 56: Negeri Wanjang
57
Bab 57: Licik Dalam Kebaikan
58
Bab 58: Titik Terang
59
Bab 59: Memilih Berhenti
60
Bab 60: Tempat Baru
61
Bab 61: Pertukaran Nasib
62
Bab 62: Akhir Untuk Yang Saling Mencintai

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!