Milik CEO Muda
Di sebuah kota Jakarta , terdapat panti Asuhan yang dihuni oleh beberapa orang itu, terlihat sangat asri dan ramai. Lama anak-anak panti bermain di luar tiba-tiba mereka di kejutkan oleh datangnya sekelompok orang bertubuh kekar menghampirinya.
"Mana orang tua kalian?!"tanya salah satu orang besar itu dengan kasar.
"Ada di dalam Pak."jawab Rian anak kecil yang berumur 11 tahun itu.
"Panggilkan dia."perintah orang tadi. Mendengar itu Rian langsung berlari ke dalam untuk memanggil pak Bahar (bapak panti).
"Pak diluar ada yang mencari bapak, tubuhnya sangat besar."ucap Rian dengan ketakutan.
Mendengar itu Pak Bahar langsung keluar.
"Heii, kapan kau akan membayar uang tanah ini hah??" tanya orang itu dengan amarah.
"Pak berikan kami waktu lagi, uangnya masih belum cukup."jawab Pak Bahar meminta iba.
"Sudah berapa hari di berikan waktu tapi kalian belum bisa membayarnya, jika memang kalian tidak bisa melunasi utang kalian, lebih baik kami gusur saja tempat ini!" orang bertubuh kekar itu dengan amarah yang memuncak.
Bagaimana uang untuk membayar hutang tidak cepat terkumpul jika hanya penghasilan dari bengkel kecil Pak Bahar yang di andalkan, pekerjaan Dinda dari toko kue yang dia tempati bekerja juga tidak bisa menutupi hutang itu.
"Pak kami mohon keringanan sedikit lagi, uang kami belum terkumpul."mohon Pak Bahar pada orang itu.
"Baik kami berikan waktu kalian sampai 3 hari , jika dalam waktu tiga hari kalian belum melunasinya, bersiaplah untuk kami gusur tempat ini."orang itu akhirnya memberikan waktu kepada Pak Bahar untuk melunasi uang tanah yang mereka tinggali, walaupun waktunya sangat sedikit.
Mendengar suara bising diluar membuat Dinda keluar menemui Pak Bahar.
"Pak maaf ya.., Dinda belum bisa melunasi uang tanah ini." ucap Dinda sambil menunduk di depan Pak Bahar.
"Tidak apa-apa Nak, kamu juga sudah berusaha bukan?" balas Pak Bahar sambil mengelus rambut Dinda.
Dinda hanya menjawab dengan anggukan.
Di tempat lain, lebih tepatnya kediaman keluarga Pratama, keluarga yang sudah menjadi donatur utama untuk panti asuhan yang di tinggali Dinda, sepasang suami istri itu sedang berada di ruang tamu sambil menonton tv yang ukuran 80 inch itu.
"Ma.., sudah lama kita tidak ke panti yahh."ucap Pak Hasan pada Istrinya.
"Iyya Pah..., Mama udah kangen sama anak-anak terutama Dinda."Bu Hasna memang sangat menyukai anak kecil dari dulu, karena itu dia ingin Eric menikah secepatnya, dia sudah tidak sabar ingin menimang cucu dari putra tunggalnya itu.
Tapi Eric tidak ingin menikah sekarang, karena masih ingin fokus bekerja, sangking fokusnya dia bekerja sekarang, mantan pacarnya sampai selingkuh dengan laki-laki lain. Memang Eric sudah merasa dari dulu, dia memang tidak mencintai Naura(mantan pacar Eric) dia hanya terobsesi dengan mantannya itu.
"Pa.., Dinda udah 19 tahun dan dia juga udah kuliah, sepertinya kita sudah bisa melamarnya untuk Eric."
"Iyya Ma.., tapi kita tanya dulu Pak Bahar dan Bu Tini, apakah dia setuju atau sebaliknya."ucap Pak Hasan.
"Ya sudah kita ke panti aja yuk Pa.., udah lama juga kita nggak ke sana , sekalian dehh kita bahas ini dengan mereka." ujar Bu Hasna.
"Ya sudah setelah sholat duhur kita ke sana, setelah itu kita baru membicarakan hal ini pada Eric nanti."
"Iyya paa."
*****
Panti asuhan
Setelah sholat duhur berjamaah tadi Pak Bahar dan Bu Tini keluar untuk berbincang-bincang di ruang tamu yang tidak terlalu luas itu.
"Pak bagaiman jika dalam 3 hari kita tidak bisa melunasinya?"tanya Bu Tini.
"Insya Allah Bu' jika Allah meridhoi , uang tanah ini akan lunas , bagaimana pun jalan yang akan di berikan oleh Allah." nasehat Pak Bahar.
Pak Bahar, memang sudah mengumpulkan uang sedikit demi sedikit , walau penghasilannya tidak seberapa dari bengkel mengingat juga umur Pak Bahar tidak muda lagi untuk bisa mencari pekerjaan sampingan.
Sejak Dinda mengetahui tentang tanah panti yang belum lunas , dia berinisiatif sendiri untuk mencari pekerjaan di sela-sela ke sibukannya ber-kuliah. Dinda di terima bekerja di toko roti Bu Suzan(sekaligus dosen Dinda) , karena memang Bu Suzan sudah tahu jika Dinda adalah mahasiswa yang kurang mampu.
Lama berbincang di ruang tamu, mereka mendengar ketukan pintu. Bu Tini segera berdiri "sudah bu' biar bapak saja yang buka." cegah Pak Bahar.
"Eeh Pak Hasan sama Bu Hasna , silahkan masuk pak , Bu." ucap Pak Bahar setelah membuka pintu dan mempersilahkan mereka masuk. melihat kedatangan donatur panti , membuat Bu Tini langsung berdiri menyapa mereka.
"Pak Hasan , Bu Hasna silahkan duduk." Bu Tini mempersilahkan ke duanya.
"Apa kabar Bu." tanya Bu Hasna.
"Alhamdulillah baik Bu." jawab Bu Tini.
"Anak-anak mana? tumben di luar sepi." tanya Pak Hasan.
Sebenarnya, setelah kepergian orang-orang yang menagih uang tanah tadi membuat beberapa anak-anak ketakutan , karena itu sekarang mereka lebih memilih bermain di dalam rumah.
"Mereka ada di dalam bermain Pak." jawab pak Bahar.
"Kenapa tidak bermain di luar? biasanya mereka selalu di luar jika bermain." Pak Hasan lagi-lagi bertanya , karena merasa heran dengan hal ini.
Pak Bahar dan Bu Tini saling memandang , membuat pak Hasan semakin penasaran. "Sebenarnya Pak, tadi pagi ada orang yang datang menagih uang tanah di sini, dan kebetulan anak-anak sedang bermain di luar, karena itu mereka ketakutan bermain di luar."jelas Pak Bahar.
Hal itu tentu saja membuat Pak Hasan dan Bu Hasna kaget , bukan kaget karena datang ada orang yang datang menagih , tapi mereka kaget dengan rasa ketakutan anak-anak.
"Memang berapa uang tanah ini? lagian kenapa kalian tidak memberitahu kami persoalan ini?"tanya Pak Hasan tanpa pikir panjang.
"Masih ada 456 juta Pak, karena selebihnya kami sudah melunasinya dengan penghasilan dari bengkel dan gaji Dinda."
"Biar saya yang akan membayar nya , kasihan anak-anak ketakutan jika ada hal seperti ini."
Entah terbuat dari apa hati Pak Hasan , dia mengeluarkan uang yang sebanyak itu tanpa pikir panjang , hanya demi keamanan anak-anak.
"Pak tidak usah, bapak sudah banyak menolong kami, kami benar-benar berterima kasih atas hal itu"ucap Pak Bahar.
"Sudahlah Pak , tidak usah sungkan saya sudah menganggap kalian semua disini keluarga jadi apa salahnya kita saling membantu."ujar Pak Hasan.
"Saya akan menelfon asisten saya untuk menyelesaikan pembayaran tanah ini, kalian tidak usah khawatir lagi soal pembayaran itu."
"Terima kasih banyak Pak atas bantuannya , kami tidak tahu lagi hari membalasnya dengan apa."ucap terimakasih Pak Bahar atas kebaikan Pak Hasan.
****
Hai reader's!!! ini karya pertama aku , maaf yah jika ada kata yang salah atau yang lainnya 🙏🙏 berikan saran dan kritik di komentar saja yah..., dan jangan lupa vote nya!!❤️🖤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments