Lelaki Pengganti
Keheningan terjadi di sela percakapan antara ibu dan anak di ruang tamu keluarga. Lily tak mampu untuk sekedar menatap wajah sang ibu yang masih nampak terkejut dengan pengakuannya.
"Apa kamu tadi bilang?"____" Hamil?" tanya Rani dengan lirih setelah keheningan yang cukup panjang. Bibirnya sedikit bergetar ketika mengatakan kata hamil.
Tetesan air mata terus mengalir dari pelupuk mata Lily. Lalu ia menganggukkan kepalanya lemah. Membuat sekujur tubuh Rani melemas dan terduduk di atas sofa. Dadanya terasa sesak hingga napasnya tercekat di tenggorokan. Matanya mengembun, menatap langit-langit dan berusaha meraup udara yang terasa panas untuknya.
"Maafin Lily, bu." Lily semakin terisak kala ia melihat pemandangan wajah ibunya yang menyedihkan.
"Ya Allah.. apa salah dan dosaku hingga anakku berani berbuat zina," lirih Rani berucap. Betapa hancur hatinya mendengar anak semata wayang yang amat ia sayangi, hamil di luar nikah. Anak yang sangat ia banggakan, anak yang begitu ia jaga dan rawat sebaik-baiknya, anak yang menjadi satu-satunya tempat semua harapan dan mimpinya. Kini pupus sudah angan-angan yang sudah ia rancang untuk masa depan putrinya.
Lily memberanikan diri untuk bersimpuh di depan ibunya, meraih tangan dan menggenggamnya erat. Ia juga mengusap air mata yang mengalir deras di pipi ibunya. Batinnya menyesali semua kebodohan yang sudah diperbuatnya. Namun, apalah daya. Nasi sudah menjadi bubur. Hal yang sia-sia untuk menyesali semua yang sudah terjadi. Anak yang berada di kandungannya tak bersalah. Yang salah adalah dirinya yang terlalu naif dan bodoh. Seharusnya dia tahu, tubuhnya ini bukanlah hanya miliknya seorang. Tapi juga milik ibunya yang selalu menganggap dirinya berharga.
***
Kurang lebih dua bulan yang lalu, malam petaka yang membuat Lily hamil terjadi dengan sang kekasih bernama Surya. Malam dimana Lily menangis tersedu dan nekat mendatangi Surya di apartemennya. Berharap mendapatkan kejelasan akan statusnya yang masih menjadi kekasihnya. Karena esok harinya, Surya akan menikah dengan wanita lain pilihan kedua orang tuanya.
Ya, cinta mereka terhalang oleh restu. Kedua orang tua Surya adalah orang Jawa yang masih ada keturunan abdi keraton. Pikiran mereka masih kental akan budaya Jawa. Dari awal kedua orangtuanya memang terlihat tak suka saat Surya mengenalkan Lily di kediamannya.
"Surya, mencari pasangan hidup itu harus berdasarkan bibit, bebet, dan bobotnya. Jelas-jelas gadis yang kamu bawa itu bukan keturunan Jawa seperti kita. Itu saja sudah salah, apalagi tentang hal lainnya?" Lily teringat betul akan ucapan bapaknya Surya disaat dirinya tak sengaja menguping. Dan Lily tahu, bahwa kedua orang tuanya tak suka kepadanya yang keturunan Chinese.
"Tapi Lily itu gadis yang baik bu, pak. Kami sudah menjalin hubungan setahun lamanya. Dan aku sudah mencintai dirinya," jawab Surya mencoba menjelaskan.
"Modal cinta tak tentu bisa membuatmu bahagia. Lihat ibu sama bapak, dulu menikah tanpa pacaran dan hanya dijodohkan. Tapi apa? Langgeng dan bahagia sampai sekarang kan? Itu karena kedua orang tua kita dulu sudah memilihkan jodoh berdasarkan bibit, bebet, dan bobotnya." Kali ini ibunya Surya yang berbicara, tak ingin kalah.
Itulah awal mula Surya mulai menjauhinya, tapi tak ada kejelasan perihal hubungan mereka. Lily tahu, Surya adalah lelaki yang patuh pada perintah kedua orangtuanya apapun itu. Jadi sebesar apapun cinta Surya pada Lily, pasti lelaki itu lebih memilih untuk patuh pada kedua orangtuanya.
Lalu Lily mendengar desas desus pernikahan Surya di berbagai media, keluarga mereka termasuk keluarga yang berpengaruh. Selain keturunan keraton Jawa, bapak Surya merupakan pewaris generasi ketiga perusahaan properti terbesar kedua di Indonesia. Dan ibunya pemilik butik kebaya yang sering didatangi oleh artis serta ibu para pejabat. Namun saat itu Lily tak percaya jika bukan Surya sendiri yang mengatakannya. Berkali-kali Lily menghubungi Surya namun tiada jawaban.
Hingga suatu hari muncul undangan yang dikirim untuk Lily, tertulis nama Surya dengan wanita lain. Dan tanggal pernikahan itu tertera akan dilaksanakan esok harinya. Hancur hati Lily ketika menerima undangan tersebut. Tanpa berpikir panjang, Lily mendatangi apartemen milik Surya di malam hari.
"Siapa... siapa ayahnya?" Kewarasan Rani sudah kembali, setelah sebelumnya hanya tangisan yang dapat keluar dari bibirnya. Tatapannya tajam, seolah ingin menerkam tubuh putrinya yang sudah membuatnya kecewa.
Lidah Lily kelu untuk sekedar mengucap satu nama yang seharusnya mudah untuk diucapkan.
"Siapa!" bentak Rani dengan mengguncang kedua bahu Lily karena tak kunjung mendapatkan jawaban.
"Mas Surya, bu." jawab Lily dengan lirih. Ia memejamkan matanya ketika bibir tipisnya melontarkan nama mantannya. Jika dulu, nama itu yang selalu membuat hatinya bahagia. Kini nama itu sudah menjadi sebuah kesedihan untuknya.
Mata Rani terbelalak kaget. Jelas dia tahu siapa itu Surya. Lelaki berusia 27 tahun itu memang tampan dan memikat dengan segala bujuk rayunya. Karir yang menanjak di dunia hiburan membuat siapapun tahu siapa dirinya, belum keluarganya yang memiliki kekayaan yang tak akan habis hingga tujuh turunan. Hampir satu tahun lamanya putrinya itu berpacaran dengan Surya tanpa diketahui awak media. Sudah sedari awal Rani mengatakan pada Lily bahwa dirinya tak terlalu menyukai Surya dan mengusulkan agar mereka mengakhiri hubungan keduanya. Rani mempunyai firasat tak baik pada hubungan keduanya, status sosial mereka berada di level yang berbeda. Namun Lily tetap kekeh untuk meneruskan hubungannya dengan Surya.
Lalu muncul berita pernikahan Surya dengan wanita lain. Rani merasa lega mendengarnya karena dia berharap putrinya bisa mendapatkan pria lain yang lebih baik dari Surya. Tapi apa yang terjadi sekarang? Putrinya malah hamil? Bagaimana mungkin Rani akan meminta pertanggungjawaban Surya disaat pria itu sudah menikah dengan wanita lain?
"Ya Allah.. berilah hamba mu ini kesabaran." Dada Rani serasa sesak kembali. Berita ini lebih mengejutkan dibanding ia mengetahui Lily hamil. Karena bagaimanapun, Rani tak akan bisa membuat Surya untuk bertanggung jawab. Rani yakin, keluarga Surya hanya akan berkelit dan mempersulit supaya Surya enggan untuk bertanggung jawab.
"Tunggu! Sudah berapa minggu kamu hamil?" tanya Rani teringat sesuatu.
"A, e.. 16 minggu kalau tidak salah." Lily tergagap menjawab pertanyaan ibunya yang tak terduga.
"Hampir dua bulan, bukankah Surya juga menikah sudah dua bulan yang lalu? Apa kamu menjadi selingkuhannya?" tuduh Rani pada Lily.
Lily tak percaya ibunya menganggap dia menjadi selingkuhan Surya. "Ti-tidak, ibu. Aku melakukannya sebelum mas Surya menikah. Kebetulan waktu itu aku baru selesai haid, mungkin saja waktu itu adalah masa suburku."
Rani terdiam, namun air mata masih terus mengalir. Lily yang melihatnya semakin pedih, belum pernah ia melihat ibunya sesedih ini bahkan saat ayahnya pergi meninggalkan mereka selamanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
mamak"e wonk
semanagat menyimak....👍👍💪💪💪💪💪😘😘
2022-03-04
0