Bab 5 | Pernikahan Palsu

Setelah Azril pergi dengan menyerukan kalimat ancaman untuk Lily, Lily terduduk di atas lantai kamar mandi dengan deraian air mata yang kesekian kalinya. Lily merasa kesengsaraan hidupnya berawal dari malam pertaka bersama Surya. Seolah semenjak itu seluruh alam semesta membenci dan mengutuk kehidupannya. Lima menit, di waktu lima menit saja Lily ingin menuntaskan kesedihan dalam hatinya akibat perlakuan kasar dari calon suaminya. Menata hatinya yang hancur berkeping-keping akibat peristiwa yang menyebabkannya berbadan dua, lalu bersiap memulai hidup kembali dengan hati yang tertambal.

Mata sembab dan bibir yang pucat nampak di wajah Lily saat dia berjalan menuju ke ruang makan yang mana sudah ada Aminah dan Azril. Ibunya juga terlihat sudah duduk mempersiapkan lauk pauk untuk kedua tamunya. Lily dengan tenang menarik kursi yang terpaut satu kursi dari ibunya. Enggan rasanya untuk duduk berhadapan dengan Azril. Mata tajamnya itu selalu mengusik dirinya. Kalimat ancaman yang menyakitkanpun masih terus berputar dalam benaknya.

"Loh, kenapa wajahmu pucat sekali, nak?" tanya Aminah pada Lily. Raut wajahnya nampak khawatir melihat betapa pucatnya Lily setelah keluar dari kamar mandi.

Tangan Rani pun terulur untuk menyentuh kening Lily dengan punggung telapak tangannya, mengecek apakah anaknya demam atau tidak. "Kamu gak demam, apa perutmu sakit?"

"Tadi Lily hanya mual-mual saja kok bu," jawab Lily berbohong. Dia tak mungkin mengungkap alasan yang sebenarnya pada ibunya. Entah apa yang akan ibunya rasakan jika tahu bahwa lelaki yang dipilihkan untuknya nyatanya ingin membawa neraka ke hidup Lily.

"Yasudah. Yuk, mbak Aminah dan nak Azril Silahkan dimakan. Keburu dingin nanti nasi dan sayurnya."

Setelah dipersilahkan oleh tuan rumah, Aminah segera mengambil centong nasi dan mengambil piring untuk diberikan pada Azril.

"Biar Azril sendiri aja yang ambil bu." Azril meraih piring dari tangan ibunya dan mengambil sayur beserta lauk yang sekiranya ia suka.

Ingin rasanya Lily memuntahkan semua makanan yang tadi siang dimakan olehnya saat melihat perangai Azril yang sangat berbeda dihadapan ibunya. Jika tadi, dia seperti singa yang siap menerkam mangsanya. Kini dia seperti anak kucing yang mengeong manja pada induknya.

"Nih, sayang. Khusus buat kamu ibu tadi masakin udang asam manis kesukaanmu," ujar Rani pada Lily sembari meletakkan piring berisi sedikit nasi dan udang asam manis.

Lily melihat makanan yang tersaji di depannya. Jika dia tidak mendapat ancaman mengerikan dari Azril, sudah pasti dia akan melahap habis sepiring nasi dengan lauk favoritnya itu. Dengan enggan tangan Lily menyendok nasi dengan perlahan, berusaha menelan nasi dengan susah payah. Selama 15 menit lamanya, akhirnya Lily berhasil menelan semua makanan yang sudah disajikan ibunya.

"Rani, sebenarnya kedatanganku kesini karena membicarakan hal penting mengenai pesan dari ustad Wahyu." Raut muka Aminah berubah menjadi serius. Keningnya berkerut dengan dalam seolah-olah dia akan menyampaikan berita buruk pada Rani.

"Ustad Wahyu? Bicara perihal apa, mbak?" Rani tentu tahu siapa ustad Wahyu, beliau adalah ustad yang membimbing suaminya belajar agama sampai masuk islam.

"Aku sudah cerita perihal kondisi Lily dan Azril yang akan menikahinya. Ustad Wahyu bilang kalau menikahi wanita hamil di luar nikah itu tidak akan sah. Apalagi anak yang dikandung Lily bukan anak Azril, jadi-" Ucapan Aminah terhenti, wajahnya menampilkan ekspresi yang sulit untuk di ungkapkan.

"Jadi apa mbak?" Rani terlihat khawatir dengan kalimat selanjutnya yang akan di lontarkan Aminah.

"Jadi tentu akan sulit untuk Azril menikahi Lily."

Ucapan ibunya membuat Azril tersenyum penuh kemenangan. Sedang Rani dan Lily sangat terkejut mendengar ucapan Aminah. Selanjutnya hanya keheningan yang terjadi diantara mereka.

Setelah keheningan yang cukup lama, Aminah berkata, "Tapi Rani, jika kamu mau, kita bisa membuat pernikahan pura-pura untuk Lily."

"Ibu!" bentak Azril pada ibunya. Wajahnya menggelap mendengar pernyataan ibunya yang menurutnya semakin konyol dan menjadi-jadi.

Aminah mengabaikan bentakan Azril dan meneruskan kalimatnya. "Jika kamu mau, aku akan adakan pernikahan pura-puranya secepat mungkin. Setelah itu kita akan mengadakan pernikahan yang sebenarnya setelah anak Lily lahir."

"Tapi mbak, jika memang tidak memungkinkan untuk Azril menikahi Lily aku tak apa." Rani khawatir pada ide yang ditawarkan oleh Aminah. Seolah memang terdengar memaksakan diri, terlebih setelah Rani melihat ekspresi Azril yang begitu tak suka. Rani tak akan tahu kelanjutan dari kisah putrinya setelah menjalani pernikahan pura-pura itu nanti.

"Tidak, Ran. Aku pikir ini adalah hal yang terbaik yang harus aku lakukan untuk keluargamu." Aminah masih kekeh untuk tetap menjalankan idenya. Tak ada cara lain untuk menyelamatkan nama baik Rani selain pernikahan pura-pura untuk Azril dan Lily.

Lily dapat merasakan aura yang tak mengenakkan di sekelilingnya. Dia ingin menolak ide tersebut, menyerah saja akan nasib malang yang memang sudah digariskan untuknya. Tetapi entah kenapa lidahnya terasa begitu kelu, serasa ia tak mempunyai hak untuk mengutarakan pendapat karena bagaimanapun permasalahan utama ada pada dirinya. Jadi yang dia lakukan hanyalah menundukkan kepalanya, menahan segala air mata yang ingin tumpah.

***

Jam dinding sudah menunjukkan tengah malam. Tapi Lily masih terbaring diam menatap langit-langit dinding kamar yang berwarna merah muda. Tetesan air mata masih mengalir deras dari pelupuk matanya. Tidak ada suara tangisan dan raungan. Hanya keheningan dalam kesedihannya. Ia sudah lelah dengan menangis, ia bahkan sudah merasa lelah dengan hidupnya sendiri. Namun tak mungkin dia mengakhiri hidupnya sedang dalam perutnya tumbuh nyawa baru yang harus dipertahankan. Penyesalan terus berdatangan dalam benaknya, namun berapa kali dia menyesal pun semua itu sudah terjadi. Kedepannya nanti, dia sudah bertekad untuk menerima perjodohannya sepahit apapun itu.

Tadi siang, hanya Aminah dan Rani yang melanjutkan perbincangan. Lily dan Azril memilih membisu sejenak, membiarkan para ibu yang berbicara karena mereka tahu apapun yang akan di lontarkan pasti akan disanggah oleh Aminah. Wanita tua yang masih memiliki paras cantik itu tetap kekeh mempertahankan pendapatnya, yaitu menikahkan putranya pada Lily apapun yang terjadi.

Bahkan tanggal pernikahan keduanya pun langsung ditetapkan oleh kedua wanita tersebut. Terhitung 7 hari dari sekarang, Azril akan menikahi Lily walaupun berstatus pernikahan palsu.

Batin Lily bak di sayat sembilu jika mengingat pernikahan palsu yang akan dilakoninya. Bukan seperti itu pernikahan yang Lily impikan. Dulu hanya Surya, pria yang ia bayangkan untuk duduk bersama di pelaminan. Kedua tangan Lily memegang dada sebelah kirinya, sakit tapi tak berdarah. Ia tak bisa membayangkan disaat dia tengah kalut dan bersedih hati, mungkin saja Surya tengah menikmati bulan madu bersama sang istri.

'Bodoh kau Lily! Sungguh kamu adalah wanita yang paling bodoh! Menyerahkan masa depan pada pria yang akan menikahi wanita lain keesokannya!' Batinnya berteriak, merutuki kebodohannya.

Lily membenamkan wajah di bantalnya, meredam suara tangisan yang mulai keluar. Sekaligus meredam rasa amarah dan pedih yang dirasakannya.

Terpopuler

Comments

mamak"e wonk

mamak"e wonk

tidak ada pilihan bwr kamu lily...
seperti makan buah si mala kama..
menikah batin g cinta?
g nikah uda menoreng malu..??

2022-03-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!