Aku Bukan Pemuas Ranjang
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻
Seno melihat sekali lagi pada alat pengecek kehamilan itu, kemudian matanya beralih ke perut rata sang wanita yang telah di nikahi nya selama lima tahun.
"Disini, akhirnya ada calon anak kita," ucap antusias pria tampan, berusia sekitar 31 tahun itu sambil menyentuh perut , lalu tangannya yang memang tanpa rem mulai merambat ke atas.
Susi senang sekali melihat wajah bahagia suami nya itu, karena pada akhirnya ia bisa juga memberikan keturunan padanya.
"Iya, Mas. Pantas saja, sudah seminggu ini aku mual," ucap Susi yang mulai menikmati sentuhan nakal dari Seno.
Meski harapannya musnah, karena ia berpikir Seno akan terkejut dan melakukan hal romantis padanya.
Terima saja, memang sifat suaminya seperti itu, kurang ekspresif kecuali untuk urusan yang satu ini, yang sedang Seno lakukan. Bahkan, bisa di bilang suami nya adalah lelaki rakus di atas ranjang.
"Terima kasih, berjuanglah dan jaga anak kita." ucap Seno sembari melabuhkan kecupan di kening mulus itu.
Namun, lama kelamaan kecupan lelaki bertubuh tinggi dengan kulit putih itu, beralih ke bibir merah muda Susi. Wanita bertubuh semampai dengan wajah natural polos tanpa make up.
Ciuman yang tadinya hangat, berubah menjadi semakin menuntut, membuat tubuh mereka berdua mulai memanas.
Tiba-tiba,
"Ehmmm..., maaf, Mas." Susi pun membekap mulutnya dan langsung lari ke kamar mandi.
"Hueeekkk!"
Ia mengeluarkan seluruh isi dalam perutnya, termasuk makan malam barusan.
Seno menghampirinya dan memijat tengkuk perlahan, peluh sudah membasahi seluruh wajah hingga punggung wanita berusia 27 tahun itu.
"Tolong, antar aku ke tempat tidur, Mas," pintanya dengan suara lemah. Seno memapahnya sampai ke depan ranjang, lalu Susi segera merebahkan tubuh nya, yang terasa lemas macam tak bertulang. Kepalanya sangat sakit dan perutnya seperti di aduk.
Seno pun ikut rebahan, dengan posisi miring menghadap ke arah wanita hamil yang sedang menarik napasnya. Seraya merapikan rambut yang menutupi wajah yang agak sedikit pucat itu.
Susi pun memejamkan mata nya, merasakan dan menikmati setiap sentuhan lembut dari suaminya.
Pikirnya, Seno ternyata perhatian juga melihat keadaannya yang seperti ini.
Namun, lama kelamaan sentuhan itu menjalar kemana-mana. Hingga, baju tidur tipis yang menempel sudah melorot entah kemana. Menampilkan tubuh putih mulus dengan lekukan indah yang membakar hasrat lelaki berlibido tinggi itu setiap saat.
"Mas, aku lemas banget ini," ucap Susi lemah, berharap sang suami mengerti keadaan nya saat ini.
"Kamu cukup diam aja sayang, biar Mas yang bekerja," ucap Seno tanpa memperdulikan keluhan sang istri, yang mata nya tetap terpejam karena tubuh nya benar-benar tak bertenaga.
Seno tetap melakukannya, meski ia berjanji akan perlahan karena ada calon bayi mereka.
Janji hanya tinggal janji, di pertengahan Seno melanggarnya. Menyisakan rasa sakit di bawah perut, karena ia menggoncang begitu buas.
Karena keadaan yang lemah, Susi pun tidak berdaya hingga keesokan harinya.
*****
Susi yang sudah merasa baikan, turun dari ranjang dan membersihkan diri.
Wanita yang hanya memakai dress rumahan selutut itu memutuskan untuk turun ke bawah, karena ia merasakan lapar yang begitu hebat.
Di meja makan sudah ada Ibu mertua dan juga kakak ipar.
"Cakep bener ya, laki berangkat kerja istri baru bangun!" seloroh Easy, Ibu dari Seno. Seorang wanita bertubuh pendek berisi dengan rambut di cepol rapih.
"Maaf, Bu. Susi lagi gak enak badan," jawab Susi jujur.
"Alasan, semalam kamu sehat-sehat aja. Makan juga banyak gitu, gimana bisa bilang kurang sehat!" protes Easy tak percaya.
Susi hanya diam tak menjawab lagi, mana mungkin juga ia mengatakan kejadian yang sebenarnya.
Susi menarik kursi pelan dan mulai duduk, lebih baik sarapan agar tenaga kembali pulih, begitu pikirnya.
Baru saja ia akan menyendok nasi goreng yang memanggil untuk di cicipi itu, sang kakak ipar mengambil alih piring yang sudah di pegang nya.
" Enak aja tinggal makan! Situ bukan tuan puteri!" hardik Daia, wanita cantik berusia dua tahun di atas Seno. Anak kuliahan tapi malas bekerja, kerjanya hanya keluyuran dan bersenang-senang.
Gaji sang adik kan besar, dia hanya perlu mencari mangsa lelaki kaya, jadi untuk apa bekerja? Begitu pikirnya.
" Tapi aku lapar, Kak. Aku janji habis ini aku yang cuci piring ya," pinta Susi memelas, karena ia sudah sangat lapar.
"Enak aja cuma nyuci piring, baju juga sekalian," ketus Daia sambil melempar piring ke depan sang adik ipar.
Susi hanya mengangguk saja, yang penting bisa isi perut.
(Sepertinya mas Seno belum memberi tahu mereka akan kehamilan ku?) batin Susi sambil menikmati sarapannya dengan cepat.
****
Easy dan Daia yang sudah mengetahui kehamilannya, tetap tak merubah sedikit pun sikap mereka. Justru, seperti semakin menjadi saja.
Hingga Susi melewati masa mengidam dengan tersiksa, dan setiap sore ia hanya bisa menangis. Lalu, malamnya akan berpura-pura tak terjadi apapun di hadapan Seno, suami nya.
Karena percuma juga mengadu, karena akan berakhir menyalahkan Susi yang tak bisa mengambil hati Ibu dan juga Kakaknya.
Perilaku Seno juga semakin menjadi, lelaki itu bahkan membelikan begitu banyak lingeri untuk sang istri. Sedangkan yang Susi butuhkan sebenarnya adalah daster longgar. Entahlah, menurut nya Susi semakin seksi dan menggoda karena kehamilannya yang semakin membesar.
Susi mengalami sakit pada kewanitaannya dan juga pinggang, membuat langkah nya begitu susah.
Setiap malam Seno selalu meminta haknya, mungkin bagi wanita hamil lainnya itu biasa saja.
Namun, Seno suaminya memiliki hasrat tinggi, dan takkan cukup bila di beri jatah sekali. Belum lagi, Easy sang ibu mertua yang begitu tega menyuruh ini dan itu pada wanita hamil yang nampak sudah mulai kesulitan membawa perutnya.
Hingga hari na'as itu bermula, ketika Susi di perintahkan untuk mengepel seluruh area rumah besar dua lantai tersebut.
Dengan alasan agar persalinannya lancar.
Insiden kecelakaan itu pun tak terelakkan.
Susi yang merasakan keram pada perut, juga kaku pada salah satu kaki nya.
Membuatnya tergelincir, hingga menggelinding bebas dari atas tangga ke lantai bawah. Mulut mungilnya sempat memekik sambil mencoba berpegangan, namun gagal.
Susi terlihat mengerang merasakan sakit di sekujur tubuhnya, terutama pada perut bagian bawah.
Hingga darah segar terlihat mengalir di sela kedua kakinya. Kemudian, ia pun tak sadarkan diri.
****
Wanita dengan wajah pucat itu terlihat mengerjapkan matanya perlahan. Mengkondisikan penglihatannya di ruangan yang terang dan serba putih, berbau khas obat dan desinfektan.
Ketika kedua mata nya membuka utuh, omelan Ibu lah yang pertama kali terdengar.
Kemudian wajah marah dari Seno, yang membuat ia menyadari bahwa ada hal menyakitkan yang telah terjadi.
"A-apa yang terjadi Mas, Bu?" tanya Susi dengan wajah pucat dan bibir yang bergetar. Ia mengingat kejadian itu, kemudian meraba perutnya.
Kedua matanya membola, menyadari ada sesuatu yang aneh pada dirinya.
"Perutku, kenapa perutku rata? Di-di mana bayi kita, Mas?" tanya nya sekali lagi kerena kedua orang di hadapannya hanya memasang wajah kesal dan menatapnya tajam.
"Anakmu mati, dasar wanita bodoh!"
"Menjaga kandungan saja tidak becus!"
"Kau sudah menghilangkan calon keturunan Pradipta!" pekik Easy kencang di depan wajah pucat Susi, sampai ludahnya muncrat ke raut yang menciut takut itu.
"Ti-tidak mungkin! Ini tidak mungkin!" Susi menggeleng kuat sambil meremas rambut dengan kedua tangannya.
"Kau, memang tidak berguna! Apa susahnya menjaga anak yang masih di dalam perutmu, hah!" hardik Seno, membuat hati nya seakan tertusuk benda tumpul ngilu sekali.
Belum pernah ia di bentak Seno hingga seperti ini.
Susi masih mencerna kejadian yang menimpanya, semua terjadi begitu cepat.
Ia menangis kencang meratapi kehilangan calon bayi nya.
Yang selama ini di tunggu dan di perjuangkan olehnya, namun ternyata takdir berkata lain.
Di saat dirinya masih sedih dan terpuruk, vonis dokter membuat dunia nya seakan runtuh seketika.
Hingga hari-hari nya ia jalani dengan keterpurukan, dan penyesalan. Dialah satu-satunya yang paling kehilangan. Ketika semua orang rumah mencibirnya sebagai wanita bodoh, yang akan susah hamil lagi karena ada jaringan yang rusak pada rahimnya.
Membuat Susi semakin membenci dan menyalahkan dirinya.
Kejadian itu malah membuat Seno semakin menjadi dan gila dalam menggempurnya, meski Susi belum selesai masa nifas.
Seno tak mau tau, ia tak mau dirinya tersiksa setiap kali menahan hasratnya. Ia tak memperdulikan jerit dan tangis dari wanita yang berada di bawah kungkungan nya.
"Mas, sadarlah. Ini dosa Mas! Ini, juga bisa membahayakan ku," Susi memohon di sela isak tangisnya, ia takut darahnya masih banyak keluar tapi Seno tetap menghujam nya tanpa ampun.
Lelaki itu malah menghardiknya, membuatnya merasa terhina.
"Diam lah! Aku berhak melakukan apapun padamu, ingat! Kau istri ku!"
"Tapi, Mas...Akkhhh!"
"Emmpphhh...,"
Seno akhirnya menyumpal mulut sang istri dengan kain segitiga miliknya. Susi akhirnya terkapar tak berdaya, mungkin pingsan. Setelah lelaki itu menghujam nya beberapa kali.
Esok paginya, Susi hanya bisa menangisi nasib dan juga rasa sakit di bagian apem nya. Ia tak bisa mengadu pada siapapun, karena Seno membatasi seluruh aksesnya. Hingga, ia tak memiliki ponsel dan tak bisa bebas keluar rumah.
Ketika sakit di daerah sensitif yang masih mengeluarkan darah, Easy dengan tega menyuruhnya mengantar loundrian dengan berjalan kaki. Padahal, di rumah itu ada mobil dan juga motor matic yang biasa di gunakan Susi untuk berbelanja ke pasar.
Di pertengahan jalan menuju pulang, wanita dengan paras seputih kapas itu limbung dan darah merembes deras membuat dress putihnya berubah warna.
Lagi-lagi, ia terbangun di ruangan dengan bau yang di benci nya.
Yang pertama di lihatnya adalah wajah keras dari Seno suaminya.
"Kau, memang menyusahkan! Dasar wanita mandul!" Hardik Seno tanpa perasaan.
Kedua mata Susi terbelalak ketika ia membaca hasil pemeriksaan dirinya.
"Ini, tidak mungkin Mas!"
****
Susi semakin terpuruk, dokter mengatakan rahimnya rusak parah hingga tidak ada harapan lagi baginya untuk hamil. Hingga pada akhirnya, ia tak lagi memikirkan penampilan dan tubuhnya.
Seno mulai menghina dan terus menyindir kejadian itu . Mengatakan bahwa dia tidak berguna lagi, menyusahkan dan sebutan menyakitkan lainnya.
Selera makan yang berkurang membuat berat badan turun drastis. Hingga, kini tubuhnya rata tak berisi. Keseringan menangis membuat wajahnya kusam dan terdapat kantung mata akibat susah tidur karena selalu bermimpi buruk.
*****
Semakin lama perhatian Seno berubah, ia hanya akan menggauli Susi bila sudah sangat butuh, dan itupun dalam keadaan mabuk.
Uang jajan yang berkurang, hingga Susi hanya dapat membeli pembalut dan beberapa camilan saja. Tak ada lagi skin care dan perawatan tubuh lainnya. Bahkan, Easy hanya menganggapnya sebagai pembantu di rumah itu.
Menjatah makan dan waktu istirahatnya, bila Susi menolak ia akan di pulangkan ke kampung halamannya.
Susi mengerjakan pekerjaan rumah sambil terus terisak, beberapa hari ini ia curiga karena di kemeja Seno terdapat wangi parfum wanita. Bila di tanya, Seno akan memukul dan menghina dirinya.
Tetapi, penemuan bukti kali ini benar-benar menghujam langsung ke jantungnya.
Sebuah nota penginapan hotel selama dua hari dan sebungkus alat kontrasepsi, telah berhasil meruntuhkan pertahanan dirinya. Ia meraung di ruangan khusus mencuci baju itu.
"Kurang apa aku, mas! Bahkan, setiap malam aku kau pakai sampai rasanya seluruh tulang ku lepas! Kenapa, kau tetap meniduri wanita lain,mas...,"
Susi yang gelap mata, tanpa sadar membuka penutup botol cairan penghilang noda berwarna pink. Setelah nya, ia hanya mendengar Daia memanggil namanya.
Ia merasakan panas pada kerongkongan dan rasa terbakar pada perutnya, kemudian semuanya gelap.
Dan, ketiga kalinya ia terbangun di ruangan yang sama. Kali ini bukan hardikan dan amarah lagi yang ia dapat, lebih dari itu. Sebuah surat dari pengadilan agama mendarat di pangkuannya.
Inikah akhirnya?
Kenapa?.
Justru,seakan dia yang salah?
"Mas!"
"Pergilah! Aku kabulkan keinginanmu!"
"Tak ada harta gono gini sepeserpun! Karena, kau telah menghabiskan uangku! Perempuan Sial!"
Deg.
Kata-kata terakhir dari mulut pria yang ia cintai itu, sukses menghancurkan hatinya.
Tak ada air mata, tak ada suara. Susi membisu dengan pikiran kosong.
Di saat perawat lengah, wanita bertubuh kurus dan lemah itu keluar menuju balkon.
"Bunda..., tunggu aku di alam baka."
Swingg.
Ia merasa tubuhnya ringan tertampar angin, lantai ini cukup tinggi dan ia pasti langsung mati kali ini.
Namun, ketika kakinya sudah tidak memijak lagi, ia merasakan ada yang menangkap salah satu lengan nya. Menariknya kuat ke atas.
"Lepaskan!!"
"Aku mau mati! Aku mau mati!"
Susi terus meraung sambil memukuli dada bidang seorang pria dewasa.
"BODOH!"
"Kenapa kau ini, hah!"
"Semua orang yang di rawat di sini ingin hidup, kenapa kau malah mau mati!" pekik pria dewasa berbadan tegap dengan jambang halus di sekitar rahangnya.
"Tubuh dan wajah mu ini masih bisa kau gunakan,"
"Datanglah ke perusahaan ku, setelah kau keluar dari rumah sakit ini," ucap pria itu lebih lembut ketika di lihatnya Susi sudah lebih tenang. Karena Susi sempat bercerita pada pria itu sambil menangis hingga seluruh pakaiannya basah dengan air mata dan ingus.
Pria itu merogoh kantung celananya. Setelah ia mengantar Susi kembali ke kamarnya.
"Ini kartu nama ku,"
"Hargai usia mu, dan berguna lah untuk dirimu." Kemudian pria itu berlalu dengan cepat.
"Arjuna Satria. CEO. ARSA MANDIRI." gumam Susi membaca nama di secarik kartu.
Bersambung>>>>
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 314 Episodes
Comments
Euis Kindar Wulan
Up up up
2024-03-19
1
Wislan Thu Wislan
up up up
2022-10-01
1
Yuliani Latif
awal2 kok sdh seram...smg susi happy ending
2022-10-01
1