🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻
...Happy reading.....
...Silahkan tinggalkan jejak kalian......
...Love u my readers...😘...
******
Wanita bertubuh kurus dan lusuh itu berjalan dengan gontai, keluar dari rumah sakit swasta tempatnya di rawat selama beberapa hari.
Dengan pakaian seadanya ia, menutupi tubuhnya. Atasan kaus dan celana denim dekil.
Bukan ia tak bisa memantaskan dandanannya, hanya saja tinggal baju-baju lusuh inilah yang di berikan oleh suaminya. Hanya ada beberapa dress biasa dan daster rumahan. Tak ada pakaian bagus yang dulu pernah di belikan suaminya.
Ia melepas lelah setelah berjalan kaki cukup jauh, bahkan tak ada sepeserpun uang untuk sekedar naik kendaraan umum. Toh, dia pun tak tau akan kemana.
Hanya mengikuti arah angin dan langkah kakinya. Teringat akan alamat di secarik kartu nama, ternyata cukup jauh dan dia bingung harus kesana naik apa.
Jadilah, kini ia terduduk di pinggir jalan, meratapi nasib nya yang malang. Hanya tinggal cincin peninggalan sang bunda yang melingkar manis di jemarinya.
Bahkan, mas kawin dari Seno yang ada di dalam lemarinya, yang jelas-jelas adalah hak nya tidak di berikan padanya.
Ya, dia harus mencari pasar dan menjualnya.
Kemudian Susi pun melepas cincin itu dan memasukkannya ke kantung celana.
" Tega sekali kamu mas, kamu jahat!"
"Kau membiarkan ku terlunta-lunta..., hiks,"
Susi tak kuasa menahan sesak dan sakit di dadanya. Kebersamaan mereka selama lima tahun seakan tak ada artinya bagi Seno. Hingga dengan tak berperasaan, lelaki itu membuangnya bagai barang tak terpakai.
"Mana cinta dan sayang mu mas?"
"Mana janji mu?"
"Selama ini aku bertahan karena cintaku padamu, tapi lihatlah sekarang?"
"Kau memperlakukanku dengan kejam."
Wanita berambut ikal yang di cepol asal itu, terus menangis tanpa memperdulikan orang yang berlalu lalang. Bahkan,ada beberapa orang lewat yang melemparinya dengan uang receh.
"Bunda, lihatlah Susi di sini,"
"Bahkan mereka mengira aku adalah pengemis...,"
Susi mau tak mau memunguti uang itu dan menghitungnya. Ternyata, cukup untuk sekedar naik angkot atau ojek ke pasar. Mungkin, inilah rezeki dari Tuhan untuknya.
Ia mengumpul kan recehan itu, beberapa kertas berwarna abu-abu dan juga koin. Tiba-tiba sebuah mobil sedan mewah lewat di hadapannya, hingga...
Crashh...
Roda kendaraan itu melindas genangan air di pinggir jalan, di mana terdapat Susi yang tengah berjongkok memunguti uang recehan.
Alhasil, wanita itu tak luput dari cipratan air yang bercampur lumpur itu. Kotor dan sedikit bau.
"Akh!"
"Ya Tuhan..., baju ku...," pekik Susi tertahan tatkala pandangannya terarah, melihat pakaiannya yang basah. Kemudian, mata nya menangkap dua pasang kaki melangkah perlahan ke arahnya.
Ia mendongak ketika orang-orang itu sampai di dekatnya. Bahkan, Susi seketika berdiri ketika ia sadar siapa orang itu.
"M-Mas...," kagetnya hingga tergagap.
Sepasang mata indah Susi yang sayu dan sembab, menelisik pada sosok di sebelah Seno, mantan suaminya.
"Ternyata, cocok juga jadi gembel. Pantes!" cibir Seno dengan seringai menghinanya.
"Kalo begini kan, jadi semakin meyakinkan. Dan semakin mengenaskan, biar orang-orang semakin kasihan sama dia," ujar wanita berpakaian dress selutut yang press body. Hingga menampilkan lekuk tubuhnya dan juga kaki jenjangnya yang di alasi high hells.
Susi hanya bisa menunduk, hati nya teramat sakit hingga lidah nya kelu. Ia meremas ujung bajunya yang basah.
"Ya,kamu memang wanita yang baik sayang," puji Seno kemudian menghadiahi kecupan ringan di pelipis wanita itu, dan hal itu tak luput dari penglihatan Susi.
(Tega sekali kamu mas, menunjukkan kemesraan kalian di hadapan ku. Tak cukupkah penghinaan ini?)
Susi menahan hatinya yang memanas, namun ia tak kuasa menahan air matanya yang terus tumpah merembes di kedua pipinya.
"Kau lihat kan? Dia sangat cantik?" tanya Seno dengan nada sindirannya.
Susi pun mengakui itu, wanita di sebelah Seno memang sangat cantik seperti pernah ia lihat di televisi. (Apakah dia artis ataukah model sebuah brand?) batin Susi.
"Dan, dia adalah pengganti mu. Untuk memanaskan setiap malam ku."
"Dia lebih liar, dan...," Seno tak meneruskan kata-katanya karena ia tergelak sambil melihat penampilan wanita yang sejak kemarin telah menjadi mantan istrinya itu.
Aksi nya itu diikuti oleh wanita seksi yang setia bergelayut pada lengan nya.
Betapa perih dan terlukanya hati Susi, di tertawa kan dan di hina habis-habisan oleh mantan suami dan wanita selingkuhannya.
"Sudah lah sayang, aku takut sepatu mahal ku kotor karena terlalu lama bersama gembel," cibir wanita seksi itu sambil mengibaskan rambut lurus panjangnya, hingga menampakkan leher putih mulus jenjang dengan beberapa tanda merah.
Susi segera memalingkan wajahnya, entah kenapa hatinya sangat perih melihat jejak percintaan wanita itu dan mantan suaminya.
"Yah, sebaiknya memang kita pergi. Dan, ini ada receh untuk mu." Kemudian Seno melempar beberapa uang kertas ke wajah Susi, hingga berhamburan dan jatuh tepat di bawah kakinya.
Susi memegangi dadanya yang sesak, begitu hina dirinya di hadapan mereka saat ini.
"Mas, setidaknya berikan mahar ku. Karena itu hak ku...," ucap Susi lemah berusaha memberanikan diri bicara, bahkan ia berusaha menatap mata pria yang sebenarnya sangat ia cintai itu.
"Cih! Apa kau bilang? Hak mu?!"
"Kau lupa? Berapa sudah kau habiskan uang ku untuk biaya kau bolak-balik masuk rumah sakit, hah?!" Hardik Seno dengan telunjuk yang mengacung kaku ke arah wajah pucat Susi.
Wanita kurus itu terkesiap, lagi-lagi ia kaget mendapat bentakan kuat dari Seno.
"Dasar, perempuan tak tau diri!"
"Sudah, ambil saja uang itu!"
"Kurang? Ngemis aja lagi." Cerca wanita seksi sambil tersenyum menghina.
"Sudah sayang, kita pergi saja." Ajak Seno, kemudian mereka berdua berlalu meninggalkan Susi yang masih mematung sambil menatap kepergian mereka.
Mobil mewah itu berlalu setelah sebelumnya menyalakan klakson begitu kencang, hingga Susi kaget dan menutup kedua telinganya.
Setelah kepergian kedua orang yang telah menghancurkan hidupnya itu, ia menjatuhkan dirinya dan menangis sekencangnya.
Memunguti uang yang berceceran dengan linangan air mata. Di ambil terhina tak di ambil pun ia tetap terhina bukan?
Susi memasukkan uang-uang itu ke dalam koper , tanpa menghitung dan merapihkan nya. Tapi, ia tau itu cukup untuk sekedar makan dan ongkos naik angkutan umum.
Cincin dari mendiang bundanya, ia kenakan lagi.
Rencananya berubah, ia akan ke toilet umum untuk membersihkan dirinya. Lalu mencari makanan demi mengisi perut kosongnya.
***
Setelah mandi dan makan, kini wanita berwajah tirus itu bingung. Hari semakin gelap, dan ia tidak memiliki uang yang cukup untuk sekedar menyewa losmen kecil.
Susi yang sedang berada di sebuah kafe angkringan tak bergeming karena ia bingung harus kemana.
Sampai kafe itu tutup, Susi masih betah di sana.
"Mbak, saya udah tutup. Silahkan pulang," titah sang empunya kafe.
"Maaf, Bu. Saya tidak ada tempat bermalam. Izinkan saya istirahat di sini. Hanya malam ini saja," pinta Susi memelas.
"Tapi di luar ya. Saya gak mau ada hal yang tidak di inginkan terjadi."
" Muka si boleh melas, hati kan saya gak tau," ketus pemilik kafe itu.
"Iya, Bu. Tidak apa-apa, hanya saya mau pinjam karpet nya buat alas tidur," ucap Susi sopan tak perduli kecurigaan sang empunya kafe. Toh dia tak berniat jahat.
"Terserah ambil aja satu, besok sebelom jam 9 kamu udah pergi ya dari sini," pesan ibu pemilik kafe.
"Baik, terimakasih."
Susi pun menggelar karpet di depan emperan kafe yang sudah tutup itu. Susi berusaha memejamkan matanya dan menutupi tubuhnya dengan daster rumahan.
*****
Susi bangun dengan wajah yang masih sama, lesu dan lusuh. Apalagi semalam ia susah tidur karena gangguan nyamuk.
Ia bergegas membersihkan diri di toilet umum terdekat. Memakai pakaian yang sedikit rapi dan agak bagus. Meski hanya blouse sederhana dan rok remple selutut. Ia berniat membeli sepatu teplek yang murah saja di toko sebelah kafe.
Setelah mengisi perutnya dengan nasi uduk sederhana, Susi berjalan menuju pemberhentian angkot. Setelah ia bertanya pada penjual nasi bagaimana cara nya sampai ke tempat yang di maksud.
Kini ia sudah di dalam angkot yang menuju halte busway. Susi merapikan sedikit rambutnya yang tidak di sisir. Mengintip dari kaca spion mobil.
Ah, pantas saja beberapa pasang mata penumpang melihat seperti itu ke arahnya. Ternyata, penampilannya sangat berantakan dan buruk.
Skip.
Tubuh kurus itu telah berada di depan sebuah bangunan yang cukup tinggi. Meski bukan macam gedung pencakar langit, perkantoran milik pria yang diketahui bernama Arjuna cukup besar dan bagus.
Setelah resepsionis yang sinis memerintahkannya menunggu, akhirnya seorang asisten dari pria yang di kenalnya itu menghampirinya.
"Tuan Arjuna tidak bisa menemui mu, karena beliau sedang menerima tamu asing."
"Tapi, tuan menyerahkan ini. Dan, datanglah lagi besok dengan pakaian yang lebih rapi," ucap pria tinggi dengan jas hitam itu.
Susi menerima sebuah amplop coklat itu, dan seorang pria berseragam biru muda menghampirinya. Setelah mengucapkan terima kasih kepada sang asisten Susi pun keluar dari gedung. Pria berseragam itu mengantar nya menuju sebuah petakan berderet yang terletak di belakang gedung.
Ternyata itu adalah mess para karyawan yang di pisahkan dengan tembok tinggi antara tempat tinggal laki-laki dan perempuan.
Bangunan sederhana dengan ruangan yang di petak-petak. Serta beberapa barang keperluan yang sudah di sediakan.
"Maaf ya Mbak, saya cuma bisa sampai sini nganterin nya," ucap pria yang nampaknya seumuran dengan Seno.
(Ah, kenapa harus mengingatnya lagi...)
Susi menghela nafas, lalu ia tersenyum tipis.
"Ah iya, tidak apa-apa. Terima kasih banyak ya, Pak," sahut Susi sopan. Kemudian ia masuk dan di sambut dengan ekspresi berbeda dari beberapa wanita yang rata-rata lebih muda dari nya.
(Selamat datang masa depan.)
(Aku akan bangkit demi diri ku.)
(Terima kasih Tuhan, telah mengirimkan pria baik untuk menolong ku.)
(Tuan Arjuna, akankah kita bertemu lagi?)
Bersambung>>>>>
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 314 Episodes
Comments
Wislan Thu Wislan
yng sbar Susi ya
2022-10-01
2
titaros
semangat susi,,,
2022-04-26
1
Andi
Saking gereget lupa ngelik dah gue
2022-04-24
1