*****
Hari ini matahari tidak lah seterik biasanya, bahkan awan kelabu samar-samar mulai mengintimidasi gumpalan kapas berwarna putih itu.
Langkah kaki Susi bersama beberapa kawan satu grupnya yang terbagi dua, mulai merasa lelah. Sehingga, mereka memutuskan untuk beristirahat di warung nasi.
Sembari menjejali perut mereka yang sejak tadi berteriak minta diisi. Para wanita muda ini meluruskan kaki yang terasa cenat-cenut karena terus berjalan mengitari komplek.
"Alamak. Sakit kali kaki aku ini!" omel Rapika gadis batak ini satu grup lagi dengan Susi.
"Emang sue tu pak Predi! Nurunin kita di luar komplek, kan jadi jauh jalannya," protes kedua dari gadis betawi si Vanish.
"Udah ..., udah kita makan dulu. Nanti lanjut lagi ngomelnya," titah Susi pada kedua temannya itu. Mereka pun makan nasi putih dengan lauk sederhana.
Hanya dengan tumis kacang panjang, kikil, sambal ijo dan segelas es teh manis .Yang penting bisa mengusir lapar dan mengembalikan tenaga mereka kembali.
Mereka pun makan dengan hening, karena Susi suka protes jika para kawannya ini mengunyah sambil bicara.
Susi memang wanita yang anggun dan elegan yang selalu hati-hati dalam bersikap dan bertutur kata. Hanya saja, takdir hidupnya begitu miris. Hingga ia harus rela bekerja keras di medan yang berat demi kelangsungan hidupnya.
Selesai pameran perabotan rumah tangga berbasis tekhnologi, Susi dan kawan-kawan pun kembali mengurai lelah di warung jajanan bocah.
"Bu tejus nya tiga ya!" teriak Vanish pada penjual es itu.
"Siap Neng, pake pake sedotan gak? jawab si penjual sambil berkelakar.
" Kagak bu, tapi pakein selang!" gemas Vanish pada si penjual es yang mengenakan baju seragam emak-emak itu.
"Sewot amat si Eneng," sahut nya sambil nyengir.
"Maklum saja Bu, belum makan orok dia," timpal Rapika, yang kemudian mendapat tatapan galak dari Vanish.
"Lu kata gua mpok kun-kun?" protes Vanish tak terima.
"Kalian ini ih, selalu bikin aku ketawa," ucap Susi yang menahan tawa sambil memegangi perutnya.
"Dih, die girang bener,"
Sambil nyedot es Rapika membuka sosmed nya, kemudian ia pun memekik. Membuat Susi dan Vanish menoleh ke arahnya.
"Kenapa si tet(butet)?" tanya Vanish.
"Ini, si Jelita selebgram cantik yang hasil oplasan itu. Lihat nih, sudah dapat gandengan baru rupanya," ujar Rapika sambil menunjukkan ponselnya.
"Wiih, ganteng juga lakiannya ya!"
"Tapi kok mau ya dapet cewek palsu, hahaha!" Vanish tak tahan, dan tergelak.
"Lihat caption nya deh Kak, "Cinta lama bersemi kembali", tuh." Vanish menunjukkan nya pada Rapika.
"Jadi ini mantannya, keren juga ya. Tampan dan kaya." Rapika berdecak.
"Asal bukan laki orang aja Kak," sahut Vanish.
"Kalian ini, lagi ghibahin siapa sih?" Akhirnya Susi kepo juga dengan obrolan kedua kawannya itu.
"Nih, liat aja Kak." Vanish menunjukkan layar ponsel Rapika hingga kedua mata Susi membola.
Karena pose kedua orang itu yang tak lain adalah mantan suami yang telah mengusir dan menghinanya. Bersama selingkuhannya dengan sangat mesra. Karena di sana Seno terlihat mencium bibir Jelita dari arah samping.
Sontak mata dan hati nya kembali memanas.
"Lho ..., lho ...., Kak!" pekik kedua perempuan muda itu pada Susi. Karena hampir saja dia melempar ponsel itu.
"Eh. astaga!"
"Maaf." Susi menyerahkan ponsel itu. Rapika bernafas lega. Hampir saja ponsel baru nya melayang ke aspal.
"Kakak kenapa dah sewot amat?" selidik Vanish
"Iya, sampai-sampai ponsel baru ku jadi korban," kesal Rapika yang hampir saja jantungnya lepas dari sarang.
"Maaf ya Ra...," sesal Susi tak enak hati.
Rapika menghela napasnya perlahan, meredam emosi.
"Sudahlah Kak." Rapika tersenyum.
"Emang napa sih,sampe emosi gitu Kak Susi?" tanya Vanish.
"Tidak ada. Hanya ..., ah sudahlah, kita pulang yuk! Aku ingin mendinginkan tubuh penat ini," ajak Susi, membuat keduanya diam.
"Kenapa sih dia?" bisik si gadis betawi pada si gadis batak.
"Tak tau lah, kau tanya aku pula," balas nya dengan berbisik juga.
Sedangkan Susi, pikirannya menerawang akan foto yang tadi di lihatnya di ponsel Rapika. Salah satu tangannya mencengkeram ujung kaus baju seragam.
(Tega sekali kau mas, setelah membuatku kehilangan calon bayiku. Kalian asik bermesraan, dan kau mengusirku.)
(Akan tidak akan lemah lagi mas, aku tidak akan diam. Aku akan merebut kembali perhatian dan cintamu.)
(Aku tidak akan kalah dari perempuan plastik itu.)
Susi mengepalkan kedua tangannya, hingga buku jarinya memutih.
Ia bertekad dalam hatinya, akan bangkit dan merebut kembali apa yang pernah menjadi miliknya.
Sesampai nya di mess, Susi membersihkan dirinya. Setelah nya itu ia berdandan rapi dengan celana panjang dan kaus lengan pendek di balut sweater.
"Pi, bisa tolongin aku gak?" Susi bertanya ketika ia berada di sebelah seorang gadis keturunan jawa.
"Tolongin apa ya Mbak?" jawab Yupi gadis manis dengan tahi lalat di dagu.
"Pesenin aku ojek onlen ya. Mbak mau ambil uang ke ATM," jelasnya.
"Naek angkot aja yuk, sama aku. Sekalian aku juga mau ke ATM ngirim uang ke si mbok," saran Yupi yang kemudian diangguki oleh Susi. Lebih baik, ketimbang ia sendirian bukan.
Mereka berdua pun menaiki angkot ketempat tujuan. Sebuah pasar tradisional yang memiliki gedung dua lantai. Komplit dengan food court dan beberapa unit ATM.
"Mbak duluan apa aku nih?" tanya Yupi.
"Kamu duluan aja," jawab Susi. Karena beberapa unit yang lain juga terdapat antrian.
Itu wajar terjadi di awal bulan seperti ini, dimana para buruh dan pekerja lepas seperti nya turun gaji.
"Udah Kak, sana masuk aku tungguin disini." Yupi duduk di depan emperan sambil membuka ponselnya. Mengabarkan keluarga di desa bahwa jatah bulanan untuk orang tuanya sudah ia kirim.
"Iyo paklik, sudah tak kirim. Oh..., yowis. Matursuwun nggih!" Kemudian, ia memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas, bertepatan dengan Susi yang keluar dari bilik ATM.
"Setelah ini mau kemana, Mbak?" tanya Yupi.
"Aku mau beli ponsel, dan makanan enak," jawab Susi dengan senyum yang terkembang.
"Aku juga mau ke salon," ucapnya pada Yupi.
"Wah, kalo gitu aku mau nyalon juga. Tapi, kita ke konter dulu yuk!" ajak Yupi dan mereka berdua bergandengan menuju sebuah konter handphone.
"Mas saya mau cari ponsel yang di bawah dua juta ya," ujar Susi pada penjaga konter. Kemudian, pria itu mencarikan ponsel yang di maksud dengan harga yang di terangkan oleh Susi.
Setelah puas memilih dan menawar akhirnya pilihannya jatuh pada sebuah ponsel merek opak keluaran pertama.
Itu tidak masalah bagi Susi, asalkan ia bisa membuka internet dan berselancar di dunia maya.
Karena ia berniat mengikuti terus kabar mantan suami dan selingkuhannya itu lewat dumay.
Kemudian, Susi mengajak Yupi masuk ke sebuah salon.
"Mbak saya mau potong rambut, creambath dan lulur ya," ujar Susi pada pemilik salon kecil itu.
Sedangkan Yupi hanya melakukan pewarnaan pada rambutnya.
"Mbak, saya sekalian di warnai juga ya. Warna gelap saja." Lagi-lagi, wanita pemilik salon itu hanya mengangguk dan tersenyum ramah.
"Wah, Mbak Susi keren semangatnya! Gaji nya langsung abis gak tuh Mbak?" tegur Yupi yang kagum dengan penampilan baru Susi.
Karena ia terlihat lebih segar dan cantik dengan gaya dan warna rambut barunya. Tidak seperti ketika Yupi melihat nya pertama kali di mess.
"Masih ada sisa untuk makan satu bulan ke depan,"
"Aku akan bekerja lebih keras agar bisa dapat bonus dari kantor," ucap Susi optimis dan penuh semangat.
Ia pun menatap pantulan dirinya di cermin salon.
(Aku akan berjuang, dan aku pasti kembali seperti dulu dengan jiwa yang baru. Tunggu aku mas! )
Bersambung>>>>
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 314 Episodes
Comments
Hafsah Hafas
😱 ngak jera mau kembali cari yang normal kenapa harus hidup dalam kubangan racun
2025-01-09
1
Pricila Bianca Aidelin
bego banget sih kamu Sus,,ngapain lagi ngarep sama laki2 setan kayak Seno,,,
harusnya tuh kamu cari yg lebih segala
galanya dari Seno,,
2022-11-17
1
Wislan Thu Wislan
buat apa plang sih Susi ksih pljaran aja mantanmu itu biar dia tau rsa
2022-10-01
1