Kembali Cantik Si Gadis Cacat

Kembali Cantik Si Gadis Cacat

Bab 1 Awal

Alice hidup bersama bibi dan pamannya. Sang papa yang sudah tiga tahun mengalami kelumpuhan pada kakinya. Tidak bisa lagi mengurus usaha koprasi miliknya, semenjak saat itu paman Alice yang menggantikan posisi papanya.

Alice memiliki sepupu yang bernama Chintya Larasati. Gadis berparas cantik tetapi sedikit sombong.

Padahal rumah yang Chintya dan kedua orang tuanya tempati milik keluarga Alice. Paman yang mengatur semua urusan usaha Papa, merasa berkuasa di dalam rumah. Bahkan tak segan-segan memerintah Alice dengan mengancan tidak memberikan uang obat untuk Papa sampai menyiksa Alice.

Alice pasrah akan semuanya, yang ada dalam pikiran Alice bagaimana Papa bisa sembuh. Bisa tetap mendapatkan perawatan serta obat, apapun yang mereka perintah Alice mengikuti dan menuruti . Semua pekerjaan rumah, bersih-beraih, memasak, dan mencuci pakaian, terkadang Alice di bantu bi Asih, yang sudah lama bekerja dengan Papa Egi semenjak Alice masih duduk di bangku Sekolah dasar.

"Non Alice lebih baik cepat siap-siap ke sekolah. Biar tugas menyediakan makanan, bibi yang lanjutin. Sudah siang NOn, nanti terlambat,''ucap bi Asih dengan lembut.

"Baiklah, maaf ya bi Asih, Alice ngrepotin lagi,'' ucap Alice meminta maaf karna tidak enak hati.

"Oh iya Non maaf, obat Tuan tinggal dua hari lagi habis.'' Bi Asih mengingatkan pada Alice.

"Iya bi Asih, terima kasih banyak sudah mengingatkan.'' Senyum yang mengembang di wajahnya Alice, tetapi lain di dalam hati dan pikiranya.

Kemudian Alice berlalu meninggalkan bi Asih, yang sedang menghidangkan sarapan pagi untuk paman, bibi dan sepupunya.

Di dalam kamar, Alice memandangi wajah papanya yang masih terlelap, melamun dalam pemikirannya. "Paman belum memberika uang, sisa yang ku punya saat ini tidak cukup untuk menebus obat papa. Apa yang harus Alice lalukan pah?''

Tak terasa air matanya jatuh, menyadari hal itu Alice langsung mengusapnya agar sang papa tidak mengetahuinya.

Alice mengingat sesuatu hal. "Aku masih memiliki Sebuah kalung pemberian Papa dulu?

''Maafkan Alice pah, Alice akan menjual kalung itu untuk membeli obat Papa." Kemudian berlalu mengambil seragam sekolah dan segala keperlengkapan. Tak lama, Alice sudah siap dan rapih .

"Alice," panggil sang papa , yang melihat anaknya sudah rapih mengenakan baju sekolah.

"Papa sudah bangun,'' Alice pun meletakan kembali tas dan yang lain. Mendekati sang papa yang berbaring di ranjangnya. Alice membantu papa untuk duduk dan bersandar.

"Pelan-pelan Pah,'' dengan mengangkat sedikit tubuh papanya agar bisa bersandar.

"Makasih nak, kamu sudah mau berangkat sekolah?" Alice mengangguk.

"Papah makan dulu ya? Tadi Alice sudah masak bubur kesuakaan Papah, Alice suapin.''

"Tidak usah, biar sama bi Asih tidak apa-apa, nanti kamu terlambat sekolah. Bukanya hari ini ada tes ujian akhir sekolahmu,'' tanya sang papa .

"Iya Pah hari ini Alice ada tes, sebentar saja enggak apa-apa. Pah sini,'' ucap Alice memaksa papanya.

"Papa tak bisa melawan lagi, jika seperti ini," ucap Papa tertawa kecil, tanganya mengusap lembut pucuk kepala Alice.

''Maafkan Papa nak, karna kondisi Papa kamu harus merawatku di usiamu yang seharusnya kamu nikmati bersama teman temanmu.''

"Maaf untuk segala penderitaan yang kamu alami ini, Papa gak nyangka jika paman dan bibimu akan sekejam ini." Papa Egi menitikan air matanya, Mengingat kekejaman adik iparnya.

Ketika mengusir Alice dan papanya dari rumah utama agar menempati gudang belakang padahal semua fasilitas rumah masih milik Egi.

Bukan hanya itu, terkadang mereka tidak segan segan menyiksa Alice, jika melakukan kesalahan atau tidak mau melakukan perintahnya. Pernah tidak di beri makan selama dua hari, hanya karna tidak sengaja menjatuhkan piring berisi makanan yang akan di sajikan untuk mereka.

Saat Alice tidak mau mengerjakan tugas sekolah Chintya maka mereka akan memukul bahkan mengurung dan mengancam tidak akan memberikan Egi obat.

Egi pernah Melihat adik iparnya menampar Alice, karna meminta uang untuk membeli obat dirinya. Padahal Alice meminta uang haknya sendiri.

"Pah jangan menangis, Alice enggak apa-apa, Alice masih sanggup. Asalkan papa baik-baik saja.'' ucap Alice menyeka air mata papanya.

''Papah jangan menyerah, karena Papa lah semangat Alice.'' Egi mengusap lembut pucuk kepala anaknya.

"Papa akan selalu menemanimu semampu papa, selama papa masih bernafas, akan selalu bersamamu nak.'' Alice terseyum memandang wajah papanya.

"Ya udah, Alice pergi dulu ke sekolah." Alice mencium punggung tangan papanya, memberikan kecupun di pipi lelaki parubaya itu.

"Assalamualikum''

"Walaikumsalam,'' jawab papa Egi dengan memandang kepergiannya.

Alice barlalu meninggalkan ranjang di mana papa Egi berbaring, Lalu mengambil segala keperluan Alice membuka laci mejabdi mana ia meletakan kalung miliknya. Sedikit mencuri pandang takut sang Papa melihatnya. Dengan cepat memasukan kalung itu kedalam tas, kemudian berlalu dengan senyum menjauh dan melambaikan tangannya pada sang papa yang masih berbaring.

"Maaf kan papa nak, papa tak bisa memberikan kebahagian untukmu saat ini. Akan tetapi papa akan selalu mendoakan yang terbaik di setiap nafas papa, mendoakan akan kebahagianmu.'' Dalam hati Egi.

Alice berjalan melewati dapur, saat melewati ruang tengah. "Alice ... " Chintya berteriak begitu menggema terdengar.

Seketila Alice berhenti, menoleh kearah di mana asal teriakan itu.

"Ada apa Chin?" Alice bertanya singkat.

"Mana tugas sekolah yang kemarin. Cepat berikan atau aku akan bilang ke papa untuk menyetop dana pengobatan papamu." Ancam Chintya.

Belum juga Alice menjawab, Chintya langsung merampas tas milik Alice . Mencari cari tugas sekolah yang kemarin di berikan oleh guru kelas. Akan tetapi tak mendapatkanya

"Mana Alice , cepat berikan padaku,'' ucap Chintya dengan menarik rambut Alice.

"Auw ... sakit Chin ...,'' ucap Alice yang merasa kesakitan.

"Tau sakit juga, tetapi kau berani membantah keinginan dan perintahku ha...!" Semakin erat Chintya menarik rambut Alice sampai menengadah ke atas.

Tangan Alice memegang pergelangan tangan Chintya, berusaha melepaskan cengkraman Chintya. Alice pun berhasil melepaskan tangan Chintya. Akan tetapi belum cukup puas Chintya lalu menampar pipi Alice dengan sangat keras.

"Plak"

Sekali lagi aku bicara, mana tugas yang kemarin. "Alice tidak menjawab akan tetapi lalu mencari cari di dalam tasnya. Akhirnya Alice menemukannya lalu menyerahkan pada chintya

"Ini'' jawab singkat Aliice.

"Dari tadi kek kasihnya, kan enak gak usah menguras tenaga kamupun tak akan merasa sakit.'' Chintya berlalu dengan menabrakan bahu miliknya menyenggol keras bahu alice. Hingga alice kehilangan keseimbanganya lalu

Brugh

"Auw ... " Alice yang terkejut dan merasa sakit di bagian belakang tubuhnya. Bi Asih yang melihat perlakuan Chintya. Merasa kasian tetapi tak bisa berbuat apa apa. Setelah melihat Chintya pergi, bi Asih menghampiri Alice.

"Non gak apa apa? Bi Asih bertanya, yang merasa kasian padahal pemilik rumah ini Egi papa Alice.

"Gak apa apa bi, cuman sedikit sakit aja. Ya udah Alice pergi kesekolah dulu ya bi." Pamit Alice mengulurkan tangan memberikan salam pada bi Asih.

''Hati hati ya Non," jawab bi asih singkat.

"Iya Bi, titip papa yah? Tadi udah Alice suapin dan minum obat" ucap Alice yang sedang berusaha bangun dari duduknya dan berlalu pergi.

''Assalamualikum Bi" ucap Alice memberi salam.

"Walaikumsalam" jawab singkat bi Asih.

Terpopuler

Comments

Ida Blado

Ida Blado

laguan knp di biarin si paman yg ngurus usahanya,apa kelumpuhan jg melumpuhkan otak ?

2023-02-01

0

🌹🪴eiv🪴🌹

🌹🪴eiv🪴🌹

aku disini 🤗

wah episode 1 udah huru hara aja nich..
eh kalungnya semoga nggak hilang

2022-09-19

1

SHADOW

SHADOW

mampir, nyicil

2022-05-05

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!