Bab 3 Aku Bisa

Beberapa bulan setelah kejadian naas itu, Alice di jauhi banyak teman, bahkan sang kekasih yang biasanya manis lembut berubah. Ismail menjahuinya, merasa jijik dengan kondisinya saat ini.

Setalah Ismail mendapatkan nilai ujian yang cukup bagus. Memutuskan hubunganya dengan Alice, dan kini menjalin hubungan dengan Chintya sepupunya.

Sakit yang Alice rasakan Ismail cinta pertamanya , menjalin hubungn semenjak kelas 2 SMA. Hanya karna luka di wajahnya dia mampu berpaling.

Saat ini hanya Novitalah yang masih setia bersamanya, Menyemangati untuk tetap semangat jangan mendengar apa kata mereka.

Di sisi lain Paman dan Bibinya juga memperlakukan perlakuan jauh lebih buruk dari sebelumnya, apa lagi dengan kondisinya yang sekarang. Alasan bibi dan pamanya malu bahkan nanti di jauhi rekan kerja dan teman teman.

Setelah pengumuman keluluaan sekolah Alice di usir keluar dari rumah nya sendiri. Hanya pakaian yang Alice boleh bawa dari rumah itu.

Alice bersikeras ingin membawa papanya ikut bersamanya. Bukan tanpa alasan dengan tindakan yang ia lakukan. Karna sama sekali tidak mempercayai Paman dan Bibinya.

Bahkan selama ini Alice hanya mendapatkan uang tidak berjumlah banyak, Untuk membeli obat saja tidak cukup.

Diam-diam Alice mancari cara agar mendapatkan uang , Novita sahabatnyalah yang membantu dan menyarankan agar hasil desain baju yang di gambarnya dijual. Hasil yang Alice dapatkan selama ini untuk membali obat papanya. Sisanya Alice tabung untuk kebutuhan sehari hari.

Beruntung Alice mandapatkan biasiswa kuliah, memudahkannya untuk mengutamakan obat sang papa. Alice kini mengontrak dan memutuskan hubungan dengan paman dan bibinya.

Alice bukan orang yang boros, tabunganya bisa untuk biaya hidup beberapa bulan kedepannya. Sekarang Alice tinggal di kontrakan kecil 2 kamar. Sangat bersyukur karna masih banyak orang orang baik di sekelilingnya, Walau dengan keterbatasan wajah buruknya.

Tok

Tok

Tok

Suara ketukan pintu kontrakan. ''Alice ... ada yang mengetuk pintu. Coba kamu lihat dulu siapa, mungkin saja penting nak," panggil sang papa memberitahu Alice.

"Iya pah, tunggu sebentar." Alice yang sedang mencuci piring mengakhiri aktifitasnya. Karna terburu buru tanganya yang basah mengusapkan di bajunya agar kering.

"Siapa sih pah?'' Alice bertanya sambil berjalan mendekati pintu utama.

"Papa tak tahu Alice."

Alice membuka pintu dan ternyata yang datang Novita.

"Hallo Al ... heee ... " dengan mengangkat tangan dan memperlihatkan deretan giginya.

"Tumben malam dateng ada apa?" Aliceb bertanya ketus.

"Hanya mau mengantar ini.'' Novita memberika amplop berisi uang hasil penjualan gambarnya.

"Om ... gadis manis imut nan cerewetmu ini tidak boleh masuk.'' Novita mengadu pada om Egi.

"Ha ha ha ... " Egi tertawa mendengar penuturan Novita. Ya mereka memang seperti itu jika bertemu tapi pertemanan mereka begitu tulus.

"Masuklah, " ucap Alice singkat." Malam ini aku mau tidur di sini. Di rumah sepi kakak sibuk, Papa Mama lagi pergi. Boleh yah?" Novita bertanya dengan merapatkan kedua tanganya memohon.

"Iya boleh,'' dengan sedikit senyum dan menggeleng.

''Aku harus mengerjakan tugas kuliahku dulu. Kau tahu kan aku bisa kuliah karna biasiswa, tidak sepertimu. Besok hari yang paling menyebalkan, bertemu dosen killer itu lagi. Tugas yang dia berikan kemaren dua kali lipat, ingin rasanya aku memukul kepalanya." Geram Alice mengingat kekejaman Dosen lelaki yang bernama Angga itu. Novita hanya mengangguk dan menggaruk kepalanya yang tak gatal.

''Al apa kau tak ingin mengambil kembali rumah dan usaha papamu serta mengubah penampilanmu?" Novita bertanya ragu

“Tentu saja ada, tapi kau tau kendalaku biaya." Aku pasti membantumu," jawab Novita cepat.

"Kau bantu aku menjual gambar gambarku dengan harga yang lebih tinggi." Heee dengan tertawa kecil.

"Owh itu pasti."

Malam semakin larut suasana sudah mulai sunyi sepi, Papa yang sudah tidur sendari tadi, begitu juga dengan Novita dia sudah mimpi indah. Alice duduk bersandar melamun, memikirkan semua hal yang terjadi padanya.

"Tuhan kenapa kau berikan luka ini, tidak cukupkan dengan penderitaan yang ku alami selama ini. Aku sudah berusah semampuku menguatkan hati pikiranku. Aku tak mimta harta belimpah, aku hanya ingin mudahkanlah segala jalanku. Maaf aku ingin merubah apa yang bisa aku rubah.

Hist hist hist ... "Alice menangis meratapi semua yang terjadi pada dirinya, menghapus air matanya yang jatuh, menyakinkan dirinya sendiri.

"Aku Bisa, harus mengubah hal hal yang bisa ku ubah. Alice kau harus melakukannya, kita akan mulai dari awal. Lihat apa yang akan ku lakukan,'' ucapnya lirih tetapi masih terdengar oleh Novita yang ternyata sendari tadi dia belum terlelap dalam tidurnya.

Novita menitikan air mata, sedih yang di rasakannya saat ini apa lagi Novita adalah saksi mata akan kejadiaan naas sahabatnya itu.

Keterpurukan sahabatnya Alice dia sangat mengetahui, bukan karena kasian pada Alice. Bayak hal yang orang tak ketahui siapa sosok Alice sebenarnya kebaikannya yang membuat Novita nyaman berteman dengannya.

Alice mendengar suara isak tangis seseorang, kemudia menoleh ke arah Novita yang tidur memunggunginya.Tangan Alice pun mebalikan tubuh Novita.

''Kenapa denganmu?'' Alice bertanya, karena tidak mengetahui alasan Novita menangis.

Novita pun bangun dan bersandar di ranjang kurusan sedang itu. ''Alice kau maukan menerima bantuanku dan kakaku, agar melakukan oprasi di wajahmu itu.'' Tangan Novita meraih tangan Alice memohon.

''Nov masalah biayanya uangku belum cukup,'' ucap Alice memandang Novita

''Jangan pikirkan biayanya, tapi pikirkanlah bagaimana caranya kau balas rasa sakitmu itu dengan cara yang cantik. Agar mereka tau bagaimana merasa kan penyesalan,'' ucap Novita.

''Tapi aku tak mengenal kakakmu itu, bagaimana aku bisa menerima uang bantuanya?'' Alice menjawab ragu.

''Jika kamu tidak enak hati maka, kamu bisa membayar uang itu dengan cara yang kamu mau. Bagiamana?''

''Baiklah aku mau tapi, dengan catatan kau harus membantuku agar Ismail bisa merasakan jauh lebih sakit dari apa yang sudah dia lakukan padaku. Bukan hanya Ismail, Chintya juga harus merasakan hal yang jauh lebih dariku,'' ucap Alice yang memang selama ini merasa sudah sangat sakit dengan segala penghinaan yang di dapatkannya.

''Kita akan mulai setelah semester ini selesai, tugas tugasku kuliahku masih sangat banyak. Aku harus segera menyelesaikan semuanya dan mendapatkan nilai yang lebih bagus.''

''Baiklah, kapanpun kamu siap, Aku akan selalu membantumu. Jangan pernah merasa sendirian, bicarakan jika memang ingin kau bicarakan, tidak boleh selalu kau pemadam sendiri.'' Balas Novita kemudia memeluk erat tubuh Alice.

''Trimakasih kau adalah sahabat terbaiku, Makasih banyak Nov.'' Alice menangis meluapkan segala rasa yang di pendemnya selama ini.

''Ini lah gunanya sahabat, kau ada untuku. Begitu juga aku, yang akan selalu ada untukmu.'' Kita akan selamanya menutupi segala kekurangan masing masing. Jika kelak ada perselisihan kita bicarakan baik baik.'' Alice bicara dengan kondisi yang masih menangis.

Terpopuler

Comments

Aris Pujiono

Aris Pujiono

keren kak

2022-03-12

1

Ar

Ar

semangat Alice

2022-03-02

2

Rasti Yulia

Rasti Yulia

oke kak ... mari kita sama-sama belajar.. agar tulisan kita semakin hari semakin berkualitas. baik dari kosa kata, diksi, EYD, dan PUEBI..

semangat ya kak ☺☺

2022-02-25

3

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!