Alice berlari menjauh dari kumpulan mahasiswa yang dari tadi mengelilingi dan memerhatikanya. Tanpa cadar yang di kenakan yang menampakan dengan jelas luka di wajahnya.
Seorang lelaki yang selalu memperhatian Alice melihat semua kejadian yang di alaminya oleh kedua orang yang tidak di ketahuinya. Membuatnya geram dan sangat marah akan tindakan yang mereka lalukan pada Alice.
Merogol telepon genggamnya menghubungin seseorang untuk mencari tau siapa dan ada hubungan apa keduanya dengan Alice. Kemudia menggeser panggilam berwarna hijau.
''Hallo kamu dimana?''
''Aku di kampus, ada apa?'' Seseorang bertanya di balik telepon.
''Apa kau mengenal lelaki dan perempuan yang tadi membuat ulah dengan temanmu?''
''Owh dia, Iya aku sangat mengetahuinya,'' jawabnya singkat.
Kemudia seseorang di balik telepon itu mendengarkan penjelasan tentang kedua orang yang sudah membuat menangia Alice bahkan mencaci maki di depan umum.
Semakin menjadi amarah yang dia pendam setelah mendengar penjelasannya. Sekarang semakin faham bahwa kehidupan yang Alice jalani tidaklah mudah.
Lelaki itu menutup panggilan teleponnya berjalan mengikuti kemana Alice berlari. Alice berhenti di danau belakang kampusnya, duduk bersandar di bawah pohon yang begitu rindang. Menatap hamparan luas yang ada di hadapanya dengan mata yang masih semban akibat menangis.
''Tuhan masih belum cukupkah penderitaan yang kau berikan. Apa salahku sehingga aku mengalami semua ini. Aku lelah harus selalu berpura pura kuat di depan banyak orang.'' Alice menunduk menaruh kepalanya pada lututnya, isak tangis Alice semakin menjadi.
Di sisi lain Novita masih mencari keberadaan Alice. ''Kemana kamu pergi?''
''Apa kau melihat Alice?'' Novita bertanya pada salah satu mahasiswa yang sedang duduk.
Berlari lagi kearah kerumunan Mahasiswa yang lain.'' Apa kau melihat Alice,'' tanya Novita lagu.
Tidak ada kata lelah untuk Novita mencari Alice. Hampir seluruh kampus Novita datangi tetapi belum juga menemukan Alice.
''Alice dimana kamu?'' Novita yang sudah kebingunan mencarinya duduk di depan kelas.
Pikiran Novita saat ini. ''Tidak mungkin Alice akan meninggalkan kampus. Sebentar lagi jam pelajaran akan di mulai pasti dia akan datang aku sangat yakin itu,'' ucapnya menyakinka dirinya sendiri.
Lelaki yang dari tadi mengikuti Alice, Diam di balik pohon mendengarkan perempuan di belakangnya bicara sendiri, Mengungkapkan segala perasaannya yang slama ini di alami, Menangis membuang beban yang di rasakannya saat ini.
''Pah, maaf kan Alice.'' Bicara dengan posisi yang masih sama.
''Maafkan karna obat Papa sudah tak bisa lagi Alice selamatkan. Maaf atas kebodohanku, bahkan sekarang tak tau mau kemana untuk mencari uang mengganti obat yang Papa butuhkan.''
Hist hist hist Alice masih menangis mengingat hal yang di alaminya.
''Andai luka ini tidak ada,'' tangannya mengusap kasar bagian wajah yang terluka. Memukul mukul pipinya sendiri '' Aku sangat menjijikan,'' ucapnya berulang kali.
Lelaki di belakang Alice tak tahan mendengar rintihan perempuan itu. Tak terasa cairan bening menetes di pipinya.
Alice mengangkat kepalanya, mengusap air matanya. Memikirkan perlakuan Ismail sekarang padahal Dulu yang begitu manis lembut semua sikapnya. Kini semua itu berubah 180 derajat. Cairan bening terus saja menetea padahal sudah berusaha menahannya.
''Kenapa masih keluar aku air mata, untuk apa terus menangis seperti ini.'' Semakin terisak dalam tangisannya sampai matanya sembab.
Alice terseyum karna kebodohan dirinya sendiri. Kini memahami arti ketulusan yang banyak orang katakan. Sekarang di sekelilingnya hanya ada hinaan dan cacian yang di dapatkanya.
''Apa yang harus ku lakukan sekarang, bahkan uang tabunganku saja hanya cukup untuk makan. Sedangka Desain yang seharusnya ku antar besok semua sudah lenyap.'' Alice masih terus bebicara sendiri mempertanyakan kemana dirinya harus melangkah dengan keadaan yang di alaminya saat ini.
Sudah cukup lama mendengarkan Alice tentang keluh kesah yang di rasakan, kemudia mengambil maskernya dan memakai topi agar tidak di kenali oleh Alice.
''Ehem,'' suara dehenan seorang lelaki. Alice menoleh kearah sumber suara. Lelaki itu melihat Alice yang sedikit terkejut kemudian mengucapkan kata demi kata.
"Menangislah selagi kau masih bisa menangis, setelahnya jangan kau simpan kenangan pahitmu dalam beban di hatimu. Jangan pernah menyerah karna hanya satu dua atau tiga badai yang datang menghampirimu. Belajarlah mengatasi agar bisa berdiri kokoh. Perjalanan hidup masa kini jauh lebih keras, ingatlah semua butuh prosesnya. Nikmatilah prosesnya karena semua tidak ada yang instan dan tetaplah berusaha keras untuk berkarya. Jika memang itu jalan penghasilanmu, semangat yakinkan dirimu sendiri mampu dan bisa."
Lelaki itu mengulurka sebuah saputangan. Namun Alice masih diam tidak menerima, kemudian tanpa meminta ijin tangan yang memegamg saputangan menghapus Air mata Alice. Meraih pergelangan tangan Alice menaruh saputangan itu di telapak tanganya.
"Hapuslah air matamu, Aku tidak pernah bisa merasakan di posisimu. Hanya bisa menyemangati dan satu hal ini perlu kau ingat. Jadikan setiap air mata yang sudah kau buang sia-sia itu penyemangat dirimu. Buktikan pada mereka kamu jauh lebih baik dan sukses tanpa mereka, bisa mendapatkan yang jauh lebih baik serta tekankan di hatimu jika ada orang yang mendekatimu itu tulus dia tidak akan pernah meninggalkanmu di kondisi titik terendahmu."
''Semangat lah, aku pergi dulu.'' Kemudia lelaki itu bangun berjalan bergegas agar tidak di ketahui Alice dengan identitas sebenarnya.
Alice masih terdiam, terngiang jelas semua ucapan lelaki misterius itu. Diam dan meresapi setiap kata yang terucap darinya. Entah siapa dia dan kenapa semua masuk akal dengan apa yang di rasakanya.
''Benar apa yang di katakanya, perjalanan ku masih panjang. Apa lagi Papah masih sangat membutuhka ku.'' Tangan Alice menghapus air matanya
Kemudian Alice bangun dari duduknya, mengibaskan celananya agar kotoran yang menempel bisa jatuh. Menarik nafas dalam kemudian membuangnya, berulang kali Alice melakukannya agar bisa sedikit tenang.
Setelah apa yang di rasa dirinya sudah sedikit tenang, Alice memandang saputangan yang di berikan oleh lelaki itu.
Terseyum saat memandangnya, "trimakasih atas segala nasehatmu, begitu sangat berarti bagiku setiap kata dan ucapan yang kau berikan. Kau benar aku harus bangkit dan tetap jadi diriku sendiri. Ketulusan itu akan hadir di hati manusia jika memahami apa arti tulus itu sebenarnya.''
Alice menyimpan saputanga pemberian lelaki misterius itu, di dalam kantong celananya. Kemudian menatap jam yang melingkar di pergelangan tanganya berjalan menuju kelas karna waktu menunjukan sepuluh menit lagi kelas akan di mulai.
Alice sedikit berlari agar tidak terlambat dan mengatakan pada dirinya sendiri, ''Tidak masalah Alice walau tanpa cadar kamu tetap sama seperti mereka. Ayo semangat Buktikan kamu tidak lemah.''
Di tempat lain Novita masih cemas memikirkan Alice yang tak kunjung datang bahkan tidak ada yang tahu kemana Alice pergi setelah kejadian itu
Novita berjalan kesana kemari gelisah dan kawatir menyelimuti hatinya saat ini. Pandangan Novita tertuju pada arah lorong yang banyak mahasiswi lalu lalang di sana. Terseyum walau masih jauh tetapi Novita sangat mengenali sosok sahabatnya walau jarak mereka sangat jauh.
''Dia datang, aku yakin dan kamu benar benar datang kembali. Kau lah sahabat terbaiku yang banyak mengajarkan sesuatu hal tanpa kau ketahui,'' icap Novita dengan senyum mengembang di wajahnya.
''Alice'' panggil Novita dengan mata yang berkaca kaca melihat sahabatnya datang tanpa menggunakan cadar. Jelas terpampang luka di wajah bagian pipinya
Nafas yang masih memburu sedikit menundukan tubuhnya menetralkan nafasnya, agar kembali normal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Ida Blado
biasanya org naingis tuh ,,,hiks hiks,,, ini kok hist hist,,,, jatuhnya kek nada org sebel gitu
2023-02-01
0
Wong jowo
lanjut💪🏻💪🏻
2022-03-09
2
Ar
penasaran siap lelaki itu
2022-03-02
1