NovelToon NovelToon

Kembali Cantik Si Gadis Cacat

Bab 1 Awal

Alice hidup bersama bibi dan pamannya. Sang papa yang sudah tiga tahun mengalami kelumpuhan pada kakinya. Tidak bisa lagi mengurus usaha koprasi miliknya, semenjak saat itu paman Alice yang menggantikan posisi papanya.

Alice memiliki sepupu yang bernama Chintya Larasati. Gadis berparas cantik tetapi sedikit sombong.

Padahal rumah yang Chintya dan kedua orang tuanya tempati milik keluarga Alice. Paman yang mengatur semua urusan usaha Papa, merasa berkuasa di dalam rumah. Bahkan tak segan-segan memerintah Alice dengan mengancan tidak memberikan uang obat untuk Papa sampai menyiksa Alice.

Alice pasrah akan semuanya, yang ada dalam pikiran Alice bagaimana Papa bisa sembuh. Bisa tetap mendapatkan perawatan serta obat, apapun yang mereka perintah Alice mengikuti dan menuruti . Semua pekerjaan rumah, bersih-beraih, memasak, dan mencuci pakaian, terkadang Alice di bantu bi Asih, yang sudah lama bekerja dengan Papa Egi semenjak Alice masih duduk di bangku Sekolah dasar.

"Non Alice lebih baik cepat siap-siap ke sekolah. Biar tugas menyediakan makanan, bibi yang lanjutin. Sudah siang NOn, nanti terlambat,''ucap bi Asih dengan lembut.

"Baiklah, maaf ya bi Asih, Alice ngrepotin lagi,'' ucap Alice meminta maaf karna tidak enak hati.

"Oh iya Non maaf, obat Tuan tinggal dua hari lagi habis.'' Bi Asih mengingatkan pada Alice.

"Iya bi Asih, terima kasih banyak sudah mengingatkan.'' Senyum yang mengembang di wajahnya Alice, tetapi lain di dalam hati dan pikiranya.

Kemudian Alice berlalu meninggalkan bi Asih, yang sedang menghidangkan sarapan pagi untuk paman, bibi dan sepupunya.

Di dalam kamar, Alice memandangi wajah papanya yang masih terlelap, melamun dalam pemikirannya. "Paman belum memberika uang, sisa yang ku punya saat ini tidak cukup untuk menebus obat papa. Apa yang harus Alice lalukan pah?''

Tak terasa air matanya jatuh, menyadari hal itu Alice langsung mengusapnya agar sang papa tidak mengetahuinya.

Alice mengingat sesuatu hal. "Aku masih memiliki Sebuah kalung pemberian Papa dulu?

''Maafkan Alice pah, Alice akan menjual kalung itu untuk membeli obat Papa." Kemudian berlalu mengambil seragam sekolah dan segala keperlengkapan. Tak lama, Alice sudah siap dan rapih .

"Alice," panggil sang papa , yang melihat anaknya sudah rapih mengenakan baju sekolah.

"Papa sudah bangun,'' Alice pun meletakan kembali tas dan yang lain. Mendekati sang papa yang berbaring di ranjangnya. Alice membantu papa untuk duduk dan bersandar.

"Pelan-pelan Pah,'' dengan mengangkat sedikit tubuh papanya agar bisa bersandar.

"Makasih nak, kamu sudah mau berangkat sekolah?" Alice mengangguk.

"Papah makan dulu ya? Tadi Alice sudah masak bubur kesuakaan Papah, Alice suapin.''

"Tidak usah, biar sama bi Asih tidak apa-apa, nanti kamu terlambat sekolah. Bukanya hari ini ada tes ujian akhir sekolahmu,'' tanya sang papa .

"Iya Pah hari ini Alice ada tes, sebentar saja enggak apa-apa. Pah sini,'' ucap Alice memaksa papanya.

"Papa tak bisa melawan lagi, jika seperti ini," ucap Papa tertawa kecil, tanganya mengusap lembut pucuk kepala Alice.

''Maafkan Papa nak, karna kondisi Papa kamu harus merawatku di usiamu yang seharusnya kamu nikmati bersama teman temanmu.''

"Maaf untuk segala penderitaan yang kamu alami ini, Papa gak nyangka jika paman dan bibimu akan sekejam ini." Papa Egi menitikan air matanya, Mengingat kekejaman adik iparnya.

Ketika mengusir Alice dan papanya dari rumah utama agar menempati gudang belakang padahal semua fasilitas rumah masih milik Egi.

Bukan hanya itu, terkadang mereka tidak segan segan menyiksa Alice, jika melakukan kesalahan atau tidak mau melakukan perintahnya. Pernah tidak di beri makan selama dua hari, hanya karna tidak sengaja menjatuhkan piring berisi makanan yang akan di sajikan untuk mereka.

Saat Alice tidak mau mengerjakan tugas sekolah Chintya maka mereka akan memukul bahkan mengurung dan mengancam tidak akan memberikan Egi obat.

Egi pernah Melihat adik iparnya menampar Alice, karna meminta uang untuk membeli obat dirinya. Padahal Alice meminta uang haknya sendiri.

"Pah jangan menangis, Alice enggak apa-apa, Alice masih sanggup. Asalkan papa baik-baik saja.'' ucap Alice menyeka air mata papanya.

''Papah jangan menyerah, karena Papa lah semangat Alice.'' Egi mengusap lembut pucuk kepala anaknya.

"Papa akan selalu menemanimu semampu papa, selama papa masih bernafas, akan selalu bersamamu nak.'' Alice terseyum memandang wajah papanya.

"Ya udah, Alice pergi dulu ke sekolah." Alice mencium punggung tangan papanya, memberikan kecupun di pipi lelaki parubaya itu.

"Assalamualikum''

"Walaikumsalam,'' jawab papa Egi dengan memandang kepergiannya.

Alice barlalu meninggalkan ranjang di mana papa Egi berbaring, Lalu mengambil segala keperluan Alice membuka laci mejabdi mana ia meletakan kalung miliknya. Sedikit mencuri pandang takut sang Papa melihatnya. Dengan cepat memasukan kalung itu kedalam tas, kemudian berlalu dengan senyum menjauh dan melambaikan tangannya pada sang papa yang masih berbaring.

"Maaf kan papa nak, papa tak bisa memberikan kebahagian untukmu saat ini. Akan tetapi papa akan selalu mendoakan yang terbaik di setiap nafas papa, mendoakan akan kebahagianmu.'' Dalam hati Egi.

Alice berjalan melewati dapur, saat melewati ruang tengah. "Alice ... " Chintya berteriak begitu menggema terdengar.

Seketila Alice berhenti, menoleh kearah di mana asal teriakan itu.

"Ada apa Chin?" Alice bertanya singkat.

"Mana tugas sekolah yang kemarin. Cepat berikan atau aku akan bilang ke papa untuk menyetop dana pengobatan papamu." Ancam Chintya.

Belum juga Alice menjawab, Chintya langsung merampas tas milik Alice . Mencari cari tugas sekolah yang kemarin di berikan oleh guru kelas. Akan tetapi tak mendapatkanya

"Mana Alice , cepat berikan padaku,'' ucap Chintya dengan menarik rambut Alice.

"Auw ... sakit Chin ...,'' ucap Alice yang merasa kesakitan.

"Tau sakit juga, tetapi kau berani membantah keinginan dan perintahku ha...!" Semakin erat Chintya menarik rambut Alice sampai menengadah ke atas.

Tangan Alice memegang pergelangan tangan Chintya, berusaha melepaskan cengkraman Chintya. Alice pun berhasil melepaskan tangan Chintya. Akan tetapi belum cukup puas Chintya lalu menampar pipi Alice dengan sangat keras.

"Plak"

Sekali lagi aku bicara, mana tugas yang kemarin. "Alice tidak menjawab akan tetapi lalu mencari cari di dalam tasnya. Akhirnya Alice menemukannya lalu menyerahkan pada chintya

"Ini'' jawab singkat Aliice.

"Dari tadi kek kasihnya, kan enak gak usah menguras tenaga kamupun tak akan merasa sakit.'' Chintya berlalu dengan menabrakan bahu miliknya menyenggol keras bahu alice. Hingga alice kehilangan keseimbanganya lalu

Brugh

"Auw ... " Alice yang terkejut dan merasa sakit di bagian belakang tubuhnya. Bi Asih yang melihat perlakuan Chintya. Merasa kasian tetapi tak bisa berbuat apa apa. Setelah melihat Chintya pergi, bi Asih menghampiri Alice.

"Non gak apa apa? Bi Asih bertanya, yang merasa kasian padahal pemilik rumah ini Egi papa Alice.

"Gak apa apa bi, cuman sedikit sakit aja. Ya udah Alice pergi kesekolah dulu ya bi." Pamit Alice mengulurkan tangan memberikan salam pada bi Asih.

''Hati hati ya Non," jawab bi asih singkat.

"Iya Bi, titip papa yah? Tadi udah Alice suapin dan minum obat" ucap Alice yang sedang berusaha bangun dari duduknya dan berlalu pergi.

''Assalamualikum Bi" ucap Alice memberi salam.

"Walaikumsalam" jawab singkat bi Asih.

Bab 2 Kecelakaan dan Rumah sakit

Waktu begitu cepat, jam sekolah sudah menunjukan berakhir sudah waktunya pulang. " Alice tunggu " panggil novita sahabat alice. Novita melihat Alice berjalan bergandengan tangan dengan sang kekasih . Alice menghentilan langkahnya karna mendengar suara teman baiknya memanggil.

"Tumben kamu buru-buru sekali,'' tanya Novita singkat.

"Iya maaf hari ini aku ada urusan, jadi enggak bisa pergi denganmu gak papa kan?'' Alice bertanya serta meminta maaf.

"Ya udah gak apa-apa. Tapi lain kali harus yah,'' ucap novita.

Novita yang mau beranjak pergi melinggalkan Alice , mendengar Ismail berkatan. "Ya udah aku juga minta maaf karna tak bisa menemanimu, udah janji dengan teman temanku." Alice menganggukan kepala faham.

"Alice memang kamu mau kemana, kupikir kamu mau pergi dengan Ismail." Novita bertanya kembali menghampiri Alice.

"Tidak, aku ada urusan yang sangat penting,'' ucap Ismail yang beranjak pergi meninggalkan mereka berdua.

''Aku ada urusan sendiri, mau membeki obat Papa,'' jawab Alice.

"Owh iya udah hati hati. Bye ... " ucap Novita.

Alice pergi mengambil sepedanya, Lalu meninggalkan sekolah. Menggayuh sepedanya tanpa rasa lelah menuju toko perhiasan yang mau membeli kalung miliknya.Tak lama kemudian Alice sampai di toko perhiasan tidak terlalu mewah tapi cukup besar memarkir sepedanya, memandang toko di hadapannya .

"Pah maafkan Alice, demi Papa agar bisa minum obat. Jadi Papa harus cepat sembuh." Tak ada lagi keraguan, akhirnya alice berjalan memasuli toko tersebut.

''Ada yang bisa kami bantu De?'' Salah satu pelayan toko bertanya.

''Iya mba saya mau jual ini." Alice menyodorkan kalung miliknya.

''Baiklah kami lihat dulu yach? Lalu apa surat suratnya ada?'' Alice mengangguk dan mengambilnya dari dalam tas.

''Ini mba,'' jawab Alice singkat.

Tak lama pelayan tadi menghampiri dan memberitahu harga kalung miliknya.

"Baik De, kami sudah mengecek semua keaslian kalung dan tidak ada yang rusak, ini uang yang bisa Ade terima. Tuju juta lima ratus ribu,'' ucap pelanyan wanita itu.

Alice langsung menerima uang itu dan menyimpannya. "Trimakasih mba.”

Alice bergegas menuju Apotik, membeli obat yang di butuhkan papanya. Menyodorkan kertas resepnyang biasa dokter berikan, karna jadwal cekup masih bulan depan.

Setelah membeli obat Alice pun bergegas mengambil sepedanya ingin lansung pulang ke rumah. Akan tetapi saat Alice sedang menyebrang jalan, mendorong sepedanya seketika Alice berhenti, karna Ada seseorang yang memanggilnya.

"Alice'' teriak seseorang dari kejauhan. Alice pun menoleh mencari sosok yang memanggilnya, akan tetapi belum sempet menemukan orang yang memanggil.

Dari kejauhan orang yang memanggil Alice, melihat pengendera sepeda motor yang ugal ugalan . Lalu ...

BRUGH

Bunyi benturan sepeda motor dengan sepeda milik Alice, Alice terpental lantaran sepeda motor itu sangat cepat. Kejadian yang begitu singkat menyebabkan penyendara sepeda motor itu meninggal di tempat kejadian.

Keberuntungan masih milik Alice, Alice masih bisa di selamatkan akan tetapi wajahnya terluka.

“Alice ... '' Teriak seorang perempuan yang sedang berjalan dengan beberapa temanya, kemudian berlari dengan cepat menghampiri kerumunan orang. Lututnya gemetar melihat banyaknya darah yang mengalir dari area pipi juga kepalanya. Novita mengambil handponenya lalu menghubungi orang yang menurutnya bisa membantu sahabatnya.

“Hallo Ka ... Ka ... tolong Novita cepat Ka!'' Novita menghubungi kakanya, suara serak gemetar dan juga tangisan novita. Membuat sang kaka terkejut, Lelaki yang cuek pada orang lain, begitu berbeda jika sudah menyangkut orang yang di sayang dan kuluarganya.

“Apa yang terjadi,'' jawab Angga yang sangat kawatir . Mendengar adiknya menelpon dengan menangis.

"Ka tolong cepatlah Novita tak banyak waktu lagi, cepat datang di jalan xxx,'' ucap Novita lalu mematikan telaponnya.

''Dit gue pergi dulu ada urusan penting, loe handle semua urusan dan keperluan yang di butuhkan di cafe ini,'' ucap Angga yang dengan tergesa gesa.

Angga Lalu mengambil kunci sembarangan yang ada di meja kerja miliknya. ''Nga itu kunci motor milik gue.'' Radit berteriak agar Angga tidak keliru nantinya mengendarai kendaraan.

''Ok baiklah gue pinjem bentar. Thanks,'' ucap Angga yang sudah jauh dengan melambaikan tangannya keatas.

"Dasar loe Ngga, masih untung gue ingetin. Kalao engga, bisa-bisa nanti motor loe hancur di tendang." Radit mengingat kelakuan Angga yang tidak bisa melakukan dengan baik. Jika sedang buru buru, bahkan jika salah bisa bisa Angga menghantam ataupun merusak apapun yang ada di depannya.

Angga sudah di parkiran motor mengambil helm miliknya. Lalu melajukan motornya dengan kecepatan yang yang sangat tinggi. Menuju tempat yang di beritahu Novita tadi .

TAk lama kemudia Angga sampai di lokasi. Akan tetapi pikiran Angga sudah tidak tau kemana. "Novita ... " ucap Angga yang berfikir jika adiknya terluka.

"Novita ... Novita ... '' Angga memanggil nama adiknya dengan menyingkirkan orang orang yang sedang berkerumun di depan Ambulan.

"Minggir!! Bentak Angga yang sudah sangat kawatir. Apa lagi tadi Novita menelponnya dengan menangis dan suara bergetar. Akhirnya angga menemukan adiknya yang sudah duduk di dalam ambulan menemani Alice.

Angga melihat seragam sekolah adiknya penuh dengan darah. Kecemasan angga pun berubah jadi panik.

Angga berlari menghampiri Novita." Kau tidak apa apa?Angga bertanya panik.

Novitapun menggeleng, menunjuk sahabatnya yang berbaring di depannya. "Alice ... Alice Ka." Novita menangis menyebut nama Alice dan menggoyang goyangkan tubuh Alice.

Alice tetap tidak merespon, Angga begitu terkejut melihat sahabat adiknya itu dengan wajah yang sebelah sedikit hancur di bagian pipi karna pecahan kaca. Salah satu perawat menghampiri Angga.

"Maaf mas kami akan segera membawa kerumah sakit. Jika tidak secepatnya di tangani maka lukanya akan infeksi,'' ucap salah aatu perawat yang bertugaa.

''Ka Novita akan menemaninya, tolong Kaka ikut yah? Dia tidak memiliki keluarga baik, Papanya sakit sakitan serta lumpuh." Angga hanya mengangguk karna ini pertama kali Angga melihat sahabat adiknya.

"Kamu tenanglah, Kaka akan mengikuti kalian."

Hist hist hist,vNovita masih saja menangis, dan menganggukan kepalanya , lalu sang perawat menutup pintu ambulan .

Ambulanpun melaju kearah rumah sakit terdekat. Sekitar lima belas menit mereka sampai di rumah sakit . Tim medis yang sudah mendengar kabar kecelakaann, dan ada korban kecelakaan yang mengalami luka di wajahnya sedikit parah.

Melihat ambulan datang tim yang sudah menunggu melajukan brangkas pasian. Cepat-cepat darah pasien begitu banyak keluar dari bagian bahu dan wajahnya,'' ucap perawat yang ada di dalam ambulan.

''Alice sadar lah , tolong sadarlah." Novita memanggil manggil nama Alice. Angga yang sudah datang pun menghampiri novita dengab sedikit berlari.

"Maaf sus korban kecelakaan yang baru saja sampai di tangani di ruang mana,'' tanya Angga pada bagiam informasi

''Anda langsung datang ke ruangan IGD." Anggapun berlari mencari cari adiknya. Novita yang melihat angga berlari dengah masih menangis. Langsung memeluk tubuh kakanya.

"Ka,'' teriak Novita yang masih manangis.

"Tenanglah temanmu pasti baik baik saja." Ucap angga mengusap pucuk kepala adiknya dengan lembut.

Tap

Tap

Tap

''Maaf selamat siang, kami dari pikah kepolisian dan ini keluarga si penabrak. Apa anda keluarga dari pasien korban kecelakaan tadi.''

Angga menggeleng, menandakan bukan." Adik saya sahabatnya Pak, korban tak memiliki keluarga. Saya akan mewakilinya," ucap tegas angga di depan polisi

"Baiklah kalau begitu mari ikut dengan kami," ucap pak polisi lalu membawa angga berlalu entah menuju kemana.

Novita di tinggal sendiri, hanya duduk termenung menatap ruang kamar yang masih tertutup.

Sudah ada setengah jam Alice di dalam, dan belum ada tanda tanda pintu di buka.

''Alice , bangunlah bagaimana aku memberi tahu papamu. Cepatlah bangun demi Papamu Alice." Novita yang masih terus menangis sampai matanya sudah terlihat sembab.

Alice adalah teman terbaiknya semenjak duduk di bangku kelas 1. Kesederhanaan dan keramahan Alice yang membuat novita nyaman berteman dengannya. Alice juga sering mengajarkan untuk berbagi walau dengan keadaan tidak berada.

Ceklek

Suara pintu ruangan terbuka, bersamaan denga itu angga datang. Novita bangun menghampiri dokter tersebut.

"Bagaimana keadaan teman saya dok, tanya Novita kawatir dengan mengusap air matanya.

"Apa anda saudaranya?'' Dokter bertanya.

"Bukan'' jawab seseorang yang begitu Novita kenali suaranya besar dan sangat tegas.

"Kakak,'' panggil Novita.

"Saya Kaka dari sahabat pasien, karena pasien tidak banyak memiliki kerabat. Saya yang akan bertanggung jawab,'' jawab Angga tegas.

''Baiklah saya akan jelaskan kondisi pasien silahkan ikut keruangan saya,'' ucap dokter yang berjalan menuju ruangannya di ikuti oleh Angga .

Novita tidak ikut, dia memilik masuk dalam ruanga Alice, Lalu dokter menjelaskan luka di bagia pipi Alice jika ingin kembali seperti semula harus melakukan oprasi plastik.

Angga terdiam mendengar semua penjelasa dokter. Baru kali ini dia merasa begitu sedih melihat anak gadis seusia adiknya, harus menerima kondisi yang seperti ini.

Bab 3 Aku Bisa

Beberapa bulan setelah kejadian naas itu, Alice di jauhi banyak teman, bahkan sang kekasih yang biasanya manis lembut berubah. Ismail menjahuinya, merasa jijik dengan kondisinya saat ini.

Setalah Ismail mendapatkan nilai ujian yang cukup bagus. Memutuskan hubunganya dengan Alice, dan kini menjalin hubungan dengan Chintya sepupunya.

Sakit yang Alice rasakan Ismail cinta pertamanya , menjalin hubungn semenjak kelas 2 SMA. Hanya karna luka di wajahnya dia mampu berpaling.

Saat ini hanya Novitalah yang masih setia bersamanya, Menyemangati untuk tetap semangat jangan mendengar apa kata mereka.

Di sisi lain Paman dan Bibinya juga memperlakukan perlakuan jauh lebih buruk dari sebelumnya, apa lagi dengan kondisinya yang sekarang. Alasan bibi dan pamanya malu bahkan nanti di jauhi rekan kerja dan teman teman.

Setelah pengumuman keluluaan sekolah Alice di usir keluar dari rumah nya sendiri. Hanya pakaian yang Alice boleh bawa dari rumah itu.

Alice bersikeras ingin membawa papanya ikut bersamanya. Bukan tanpa alasan dengan tindakan yang ia lakukan. Karna sama sekali tidak mempercayai Paman dan Bibinya.

Bahkan selama ini Alice hanya mendapatkan uang tidak berjumlah banyak, Untuk membeli obat saja tidak cukup.

Diam-diam Alice mancari cara agar mendapatkan uang , Novita sahabatnyalah yang membantu dan menyarankan agar hasil desain baju yang di gambarnya dijual. Hasil yang Alice dapatkan selama ini untuk membali obat papanya. Sisanya Alice tabung untuk kebutuhan sehari hari.

Beruntung Alice mandapatkan biasiswa kuliah, memudahkannya untuk mengutamakan obat sang papa. Alice kini mengontrak dan memutuskan hubungan dengan paman dan bibinya.

Alice bukan orang yang boros, tabunganya bisa untuk biaya hidup beberapa bulan kedepannya. Sekarang Alice tinggal di kontrakan kecil 2 kamar. Sangat bersyukur karna masih banyak orang orang baik di sekelilingnya, Walau dengan keterbatasan wajah buruknya.

Tok

Tok

Tok

Suara ketukan pintu kontrakan. ''Alice ... ada yang mengetuk pintu. Coba kamu lihat dulu siapa, mungkin saja penting nak," panggil sang papa memberitahu Alice.

"Iya pah, tunggu sebentar." Alice yang sedang mencuci piring mengakhiri aktifitasnya. Karna terburu buru tanganya yang basah mengusapkan di bajunya agar kering.

"Siapa sih pah?'' Alice bertanya sambil berjalan mendekati pintu utama.

"Papa tak tahu Alice."

Alice membuka pintu dan ternyata yang datang Novita.

"Hallo Al ... heee ... " dengan mengangkat tangan dan memperlihatkan deretan giginya.

"Tumben malam dateng ada apa?" Aliceb bertanya ketus.

"Hanya mau mengantar ini.'' Novita memberika amplop berisi uang hasil penjualan gambarnya.

"Om ... gadis manis imut nan cerewetmu ini tidak boleh masuk.'' Novita mengadu pada om Egi.

"Ha ha ha ... " Egi tertawa mendengar penuturan Novita. Ya mereka memang seperti itu jika bertemu tapi pertemanan mereka begitu tulus.

"Masuklah, " ucap Alice singkat." Malam ini aku mau tidur di sini. Di rumah sepi kakak sibuk, Papa Mama lagi pergi. Boleh yah?" Novita bertanya dengan merapatkan kedua tanganya memohon.

"Iya boleh,'' dengan sedikit senyum dan menggeleng.

''Aku harus mengerjakan tugas kuliahku dulu. Kau tahu kan aku bisa kuliah karna biasiswa, tidak sepertimu. Besok hari yang paling menyebalkan, bertemu dosen killer itu lagi. Tugas yang dia berikan kemaren dua kali lipat, ingin rasanya aku memukul kepalanya." Geram Alice mengingat kekejaman Dosen lelaki yang bernama Angga itu. Novita hanya mengangguk dan menggaruk kepalanya yang tak gatal.

''Al apa kau tak ingin mengambil kembali rumah dan usaha papamu serta mengubah penampilanmu?" Novita bertanya ragu

“Tentu saja ada, tapi kau tau kendalaku biaya." Aku pasti membantumu," jawab Novita cepat.

"Kau bantu aku menjual gambar gambarku dengan harga yang lebih tinggi." Heee dengan tertawa kecil.

"Owh itu pasti."

Malam semakin larut suasana sudah mulai sunyi sepi, Papa yang sudah tidur sendari tadi, begitu juga dengan Novita dia sudah mimpi indah. Alice duduk bersandar melamun, memikirkan semua hal yang terjadi padanya.

"Tuhan kenapa kau berikan luka ini, tidak cukupkan dengan penderitaan yang ku alami selama ini. Aku sudah berusah semampuku menguatkan hati pikiranku. Aku tak mimta harta belimpah, aku hanya ingin mudahkanlah segala jalanku. Maaf aku ingin merubah apa yang bisa aku rubah.

Hist hist hist ... "Alice menangis meratapi semua yang terjadi pada dirinya, menghapus air matanya yang jatuh, menyakinkan dirinya sendiri.

"Aku Bisa, harus mengubah hal hal yang bisa ku ubah. Alice kau harus melakukannya, kita akan mulai dari awal. Lihat apa yang akan ku lakukan,'' ucapnya lirih tetapi masih terdengar oleh Novita yang ternyata sendari tadi dia belum terlelap dalam tidurnya.

Novita menitikan air mata, sedih yang di rasakannya saat ini apa lagi Novita adalah saksi mata akan kejadiaan naas sahabatnya itu.

Keterpurukan sahabatnya Alice dia sangat mengetahui, bukan karena kasian pada Alice. Bayak hal yang orang tak ketahui siapa sosok Alice sebenarnya kebaikannya yang membuat Novita nyaman berteman dengannya.

Alice mendengar suara isak tangis seseorang, kemudia menoleh ke arah Novita yang tidur memunggunginya.Tangan Alice pun mebalikan tubuh Novita.

''Kenapa denganmu?'' Alice bertanya, karena tidak mengetahui alasan Novita menangis.

Novita pun bangun dan bersandar di ranjang kurusan sedang itu. ''Alice kau maukan menerima bantuanku dan kakaku, agar melakukan oprasi di wajahmu itu.'' Tangan Novita meraih tangan Alice memohon.

''Nov masalah biayanya uangku belum cukup,'' ucap Alice memandang Novita

''Jangan pikirkan biayanya, tapi pikirkanlah bagaimana caranya kau balas rasa sakitmu itu dengan cara yang cantik. Agar mereka tau bagaimana merasa kan penyesalan,'' ucap Novita.

''Tapi aku tak mengenal kakakmu itu, bagaimana aku bisa menerima uang bantuanya?'' Alice menjawab ragu.

''Jika kamu tidak enak hati maka, kamu bisa membayar uang itu dengan cara yang kamu mau. Bagiamana?''

''Baiklah aku mau tapi, dengan catatan kau harus membantuku agar Ismail bisa merasakan jauh lebih sakit dari apa yang sudah dia lakukan padaku. Bukan hanya Ismail, Chintya juga harus merasakan hal yang jauh lebih dariku,'' ucap Alice yang memang selama ini merasa sudah sangat sakit dengan segala penghinaan yang di dapatkannya.

''Kita akan mulai setelah semester ini selesai, tugas tugasku kuliahku masih sangat banyak. Aku harus segera menyelesaikan semuanya dan mendapatkan nilai yang lebih bagus.''

''Baiklah, kapanpun kamu siap, Aku akan selalu membantumu. Jangan pernah merasa sendirian, bicarakan jika memang ingin kau bicarakan, tidak boleh selalu kau pemadam sendiri.'' Balas Novita kemudia memeluk erat tubuh Alice.

''Trimakasih kau adalah sahabat terbaiku, Makasih banyak Nov.'' Alice menangis meluapkan segala rasa yang di pendemnya selama ini.

''Ini lah gunanya sahabat, kau ada untuku. Begitu juga aku, yang akan selalu ada untukmu.'' Kita akan selamanya menutupi segala kekurangan masing masing. Jika kelak ada perselisihan kita bicarakan baik baik.'' Alice bicara dengan kondisi yang masih menangis.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!