Cinta Zena

Cinta Zena

Zena as Maak Zen

Namanya Zena Asara. Gadis 21 tahun yang baru saja lulus kuliah. Penampilannya tidak begitu menarik.Wajahnya culun dan memakai kacamata tebal dengan rambut berkepang dua. Dia selalu memakai pakaian longgar dan tidak modis sama sekali.

Zaka Alyno, CEO sekaligus pemilik hotel bintang lima di kota B. Cool dan mudah marah. Tidak tertarik pada wanita karena dia sudah memiliki calon tunangan.

Sinta, rekan kerja Zaka sekaligus teman masa kecil Zaka yang diam-diam mencintainya. Meski akhirnya semua orang tahu, namun Zaka pura-pura tidak tahu selama hal itu tidak mengganggu dirinya.

***

Zena tinggal bersama seorang nenek yang baik hati. Namanya nenek Warti. Meskipun dia bukan cucu kandungnya, Zena sudah dianggap keluarga sendiri.

Tak seorangpun tahu darimana Zena berasal. Dia bagai sesosok misterius yang tidak ingin orang tahu keberadaannya.

Untuk dapat bertahan hidup dia berusaha mencari pekerjaan yang tidak mempermasalahkan soal penampilan. Bertemulah Zena dengan Maya, saudara jauh nenek Warti.

Maya mengajak Zena untuk bekerja sebagai office girl di sebuah pusat perkantoran sebuah hotel. Tentu saja Zena sangat senang sekali, terlebih dia tidak perlu harus lulusan sarjana karena dia hanya punya ijazah SMA saja saat ini yang dia bawa.

Pertama kali masuk kerja, bukan hanya orang-orang tidak peduli tetapi mereka tersenyum sinis. Mungkin karena mereka belum pernah melihat ada orang seperti Zena. Namun Zena berusaha tenang dan tetap tersenyum.

"Selamat pagi kakak-kakak semua. Saya Zena, OG baru. Mohon bimbingannya," kata Zena memperkenalkan diri.

"Siapa kakak kamu?Tak salah tuch...emak,"kata salah satu karyawan.

"Emak...kenapa datang kemari. Lagi cari anaknya ya?!" sahut yang lain.

"Emak datang...takut," sambung yang lain lagi.

Namun tiba-tiba suasana berubah ketika datang seorang wanita cantik, anggun dan elegan. Mereka semua terdiam.

"Ada apa ini, kenapa ramai sekali. Apa kalian kurang pekerjaan. Nanti aku akan tambah lagi," kata wanita itu yang ternyata namanya Sinta.

"Kamu, OG baru?"tanya Sinta pada Zena.

"Benar bu," jawab Zena.

"Apa Maya sudah menjelaskan apa saja tugas kamu?" tanyanya lagi.

"Sudah bu," jawab Zena.

"Selamat bergabung dan selamat bekerja."

Sinta menjabat tangan Zena sebagai tanda selamat datang. Zena sangat senang,ternyata di disini masih ada orang baik selain Maya yang tidak mempersoalkan penampilannya yang jelek.

Zena berusaha rajin bekerja agar tidak mendapatkan kesan buruk. Tapi seberapa besarpun usaha Zena, mereka tetap memandangnya sebelah mata.

Suatu hari, Zena berangkat pagi-pagi sekali seperti biasanya. Dia menata dan membersihkan semua meja sehingga semua terlihat rapi dan terasa nyaman mata melihatnya.

Zena sedang membersihkan meja Zaka ketika ada yang berteriak komputernya rusak. Zena hanya menghela nafas mendengarnya. Zena keluar setelah selesai membersihkan ruangan CEO. Tak berapa lama seseorang memanggilnya.

"Maak Zen, sini..." teriak Mely.

Zena sebenarnya tidak ingin menoleh ketika dipanggil 'maak Zen', tetapi jika Zena tidak menoleh mereka akan terus memanggil sampai Zena mau mereka panggil 'maak Zen'. Julukan yang masih cukup bisa diterima tetapi bagi Zena itu adalah sebuah tamparan keras yang membekas di hatinya.

" Maak Zen, tadi maak Zen kan yang membersihkan meja-meja kita? Kok komputer Nita bisa rusak. Tadi maak Zen apain tuch komputer Nita," tanya Mely.

"Aku hanya membersihkan saja," jawab Zena.

"Maak Zen, ngaku saja. Atau kita laporkan kamu pada bu Sinta," kata Nita yang ikut memarahi Zena.

"Sudah aku katakan, aku tidak merusak komputer itu. Aku harus mengaku apa? Mengakui apa yang tidak pernah aku lakukan?" kata Zena kesal.

"Hei...Maak Zen, jangan bikin kami kesel ya. Kamu itu udah jelek, miskin, bodoh lagi. Kamu pasti belum pernah lihat komputer apalagi memegangnya. Maak Zen pasti penasaran kan gimana mengoperasikan komputer?" kata Nita semakin menghina Zena.

Orang-orang berdatangan mendengar suara keras seperti orang bertengkar. Mereka saling berbisik dan tersenyum sinis melihat Zena dimaki-maki teman mereka.

"Maak Zen, apa setelah ini kamu mau mencuri satu. Udah ada rencana belum? Pasti udah dong..." kata yang lain.

Kepala Zena mendadak pening. Dia jatuh terduduk dilantai. Sungguh semua ini bagai sebuah mimpi. Mimpi yang sangat buruk. Zena yang hanya seorang diri harus menerima fitnah dan hinaan dari begitu banyak orang di kantornya.

Hanya satu pertanyaan yang ingin Zena tahu jawabnya. 'Mengapa mereka begitu membencinya?'

"Ada apa ini?!"

Semua langsung bubar setelah mendengar suara Sinta. Semua memang lebih takut pada Sinta karena Sinta seperti tangan kanan bos.

Sinta mendekati Zena yang masih duduk lesu di lantai dan membantunya berdiri.

"Zena, pulanglah dulu saja. Besok baru kembali bekerja lagi," kata Sinta pelan.

Zena mengangguk pelan lalu melangkah pergi dengan pikiran yang masih shok. Zena kaget menghadapi kerasnya hidup di luar rumah, jauh dari orangtua.

Tapi inilah pilihan hidupnya yang harus dia tanggung konsekuensinya.

Sementara Sinta sangat marah dengan kejadian hari ini. Sinta memanggil Nita ke kantornya untuk meminta penjelasan.

" Nita, coba kamu jelaskan apa yang sebenarnya terjadi hari ini."

"Begini bu Sinta. Komputer saya rusak pagi ini, setelah dibersihkan Zena. Saya menduga dia yang sudah mengotak atik komputer itu," kata Nita.

"Apa kamu yakin?" tanya Sinta lagi.

"Yakin bu Sinta," jawab Nita cepat dan terdengar sangat meyakinkan.

***

Zena pulang dengan mata bengkak karena menangis. Nenek Warti sangat khawatir dengan keadaan Zena. Terlebih hari ini belum bisa dibilang siang, tapi Zena sudah pulang kerja. Nenek Warti mendekati Zena yang sedang duduk termangu di dalam kamarnya.

"Zena, ada apa? Apakah ada masalah dalam pekerjaanmu?" tanya nenek Warti pelan.

"Tidak nenek, Zena hanya kurang enak badan saja. Kepala Zena agak pusing," jawab Zena sambil tersenyum kecil.

"Sini biar nenek pijit."

Zena membiarkan nenek Warti memijit kepala Zena dengan lembut.

"Bagaimana, sudah agak baikan?" tanya nenek Warti.

"Sudah nek, nenek memang hebat."

"Lain kali jika Zena merasa pusing, bilang pada nenek. Biar nanti nenek pijit."

"Nenek, Zena selalu merepotkan nenek,"kata Zena sambil memeluk nenek Warti.

"Sudahlah, jangan selalu berkata seperti itu. Nenek jadi tidak enak hati," kata nenek sambil menepuk badan Zena yang mulai berguncang karena menangis.

Bagi Zena, nenek Warti adalah keluarga kedua bagi Zena setelah kedua orangtuanya. Tapi hari ini, Zena teringat ayah dan ibunya. Hal itu membuat tangis Zena makin keras dan lama.

Kangen dan ingin sekali mengadu tentang apa yang terjadi hari ini pada dirinya. Pastilah hati Zena akan sangat lega bisa melepaskan kegalauan yang dia rasakan. Tapi...

Terpopuler

Comments

Nirwana Asri

Nirwana Asri

hallo kak aku udah mampir nih, sama2 dukung ya ❤️

2022-04-11

1

Mayya_zha

Mayya_zha

Hai ka. Fake love hadir .. ku fav like dan follow dulu ya. bacanya merayap perlahan

2022-02-25

0

@ £I£I$ Mυɳҽҽყ☪️

@ £I£I$ Mυɳҽҽყ☪️

hadir

2022-02-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!