Zena hanya bisa berangan-angan dan menghibur diri sendiri agar tidak terlalu lama dalam kesedihan. Esok semua akan kembali normal.
Esoknya Zena kembali masuk kerja dengan semangat baru. Tapi ternyata hari ini Zena tidak diperbolehkan melakukan kegiatan seperti biasanya.
Zena sangat sedih dan khawatir dia akan dipecat. Saat ini sangat sulit mencari pekerjaan apalagi hanya bermodalkan ijazah SMA. Dia butuh biaya hidup dan juga untuk nenek Warti yang sudah semakin tua.
Zena duduk menunggu di ruang ganti dengan cemas sampai akhirnya dia dipanggil untuk menemui Santi. Zena berjalan gontai menuju ruang manajer. Zena tertegun sesaat sebelum dia mengetuk pintu.
"Masuk...," suara Santi lembut.
"Selamat pagi bu Santi..." sapa Zena sopan.
"Selamat pagi Zena. Begini, aku sudah mendengar semua tentang masalah kemarin. Mungkin ini hanya salah faham saja. Jadi jangan dimasukkan kehati," kata Sinta berusaha membuat Zena tidak sedih.
Zena hanya mengangguk saja agar tidak salah bicara.
"Zena, aku akan menaikan jabatanmu menjadi asisten. Apa kamu bersedia?"
"Asisten...apakah saya bisa?" jawab Zena.
"Kamu akan menjadi asisten pribadi pak Zaka. Pekerjaannya mudah karena pak Zaka juga sudah memiliki sekretaris sendiri."
Zena bingung. Ini anugerah atau malapetaka. Dari yang Zena dengar, pak Zaka ini orangnya sangat dingin dan pemarah. Bisa bertahan berapa lama pekerjaan ini untuknya. Tapi Zena tidak punya pilihan lain selain menerima.
"Saya bersedia," jawab Zena tanpa ragu lagi.
Biarlah semua sesuai takdirnya saja. Zena mulai menjalani hari-harinya menjadi asisten Zaka. Pertama kali Zaka bertemu Zena, Zaka agak kaget juga.
"Kamu asisten yang baru?" tanya Zaka.
"Benar pak Zaka," jawab Zena.
"Saya tidak peduli dengan tujuan Sinta menempatkan kamu di posisi asisten, aku minta kamu bisa melakukan tugas kamu dengan baik," kata Zaka lagi.
"Siap pak," jawab Zena berusaha tegas.
Zena tidak peduli meski dirinya tidak dianggap oleh Zaka atau siapapun. Yang terpenting saat ini pekerjaan masih ada, jadi dia masih bisa makan.
Pada akhirnya Zena mengetahui bahwa dia sengaja di tempatkan sebagai asisten Zaka hanyalah karena wajah dan penampilannya yang buruk. Sinta tidak ingin Zaka dikelilingi wanita cantik yang menggoda lelaki yang dicintainya itu.
Zaka memang tidak pernah memandang Zena ada. Setiap hari bertemu Zaka membuat Zena mulai mengagumi Zaka.Perasaan itu tumbuh dan berubah menjadi cinta. Zena mulai panik dengan perasaan ini.
Mencintai seseorang yang sama sekali tidak pernah menganggapnya ada adalah suatu hal yang menyakitkan. Sampai, orang-orang menyadari bahwa Zena jatuh cinta pada bos mereka. Mereka mulai membully Zena kembali.
" Maak Zen, kamu sadar nggak sih dengan penampilan kamu. Cantik nggak, pinter nggak, muak iya. Berani sekali kamu menyukai pak Zaka. Kamu itu pantesnya jadi kesetnya tahu," kata Nisa yang kesal dengan Zena.
"Ngaca dulu maak Zen sebelum berani menyukai bos. Orang yang pantas sama bos itu ibu Sinta, kamu mana bisa dibandingkan dengan bu Sinta," kata Meli sambil mendorong tubuh Zena tepat didepan cermin di toilet.
Zena melihat dirinya dengan tatapan campur aduk. Marah, sedih, kesal, dan pingin menampar mulut si comel dua itu. Giginya gemeretuk menahan amarah.
"Penasaran juga, seperti apa orangtua yang sudah melahirkan anak seperti maak Zen. Sama jelekkah kayak maak Zen dan sama tidak tahu malu juga kali ya hahaha..." kata Nisa sambil tertawa.
Plaakkk...
Zena menampar wajah Nisa denagn keras. Zena bisa menerima jika hanya dirinya yang dihina, tapi jika melibatkan orangtuanya, Zena tidak akan pernah bisa memaafkanya.
Nisa kaget dengan tamparan Zena. Nisa lalu membalas dengan menjambak rambut Zena yang dikepang dua itu. Lalu temannya ikut membantu memegangi Zena. Terjadilah pertarungan yang tidak seimbang antara Zena dan kedua wanita itu. Zena terpojok dan hanya bisa menjerit menahan rasa sakit.
Pertengkaran itu berhenti ketika satpam datang melerai mereka setelah ada yang melapor.
Zena melangkah debgan rambut acak-acakan semakin menambah kumal penampilannya. Saat itulah Sinta melihat Zena dengan tatapan marah. Zena heran, biasanya Sinta sangat baik dengan Zena. Mungkin memang benar Sinta mencintai Zaka. Selain mereka rekan kerja,Sinta adalah sahabat masa kecil Zaka.
"Zena, apa-apaan kamu. Dengan penampilan seperti ini berani menggoda atasan?" tanya Sinta di depan rekan-rekan kerjanya.
"Maaf bu Sinta, maksudnya apa ya saya kurang mengerti?!" tanya Zena balik.
"Dasar bodoh. Kamu mau berusaha menarik simpati Zaka dengan rupa kamu yang memelas seperti ini? Apa kamu berharap Zaka simpati sama kamu, lalu kamu ingin menjadi cinderella? Kamu nggak bakalan bisa jadi cinderella. Atau cinderella tak berbudi," kata Sinta sambil tersenyum sinis.
"Tidak bu Sinta, saya tidak seperti itu," kata Zena sambil memperbaiki rambutnya.
"Ingat Zena, aku menjadikanmu asisten pak Zaka karena aku yakin kamu bisa bekerja secara profesional. Bukan untuk menarik simpati dan perhatian," kata Sinta tegas.
"Saya mengerti bu Sinta."
Sinta melangkah pergi dengan senyum puas sudah meluapkan kekesalan hatinya pada Zena. Gadis jelek yang dia harapkan tidak akan berani jatuh cinta pada Zaka malah kini semua orang tahu Zena mencintai bosnya.
Gosip yang menyebar bak bola salju bergulir dsn sangat cepat. Sinta memberanikan diri bertanya pada Zaka tentang masalah ini.
Di ruangan CEO hanya ada Sinta dan Zaka.
"Zaka, apa kamu sudah mendengar gosip tentang kamu?" tanya Sinta .
"Kamu tahu aku. Aku tidak suka mendengar gosip murahan seperti itu," jawab Zaka cuek.
"Dengar-dengar Zena jatuh cinta padamu."
Zaka menghentikan aktivitasnya mendengar perkataan sahabatnya itu.
"Mana mungkin, mereka salah menyebar gosip."
"Bukan begitu, bagaimana jika itu benar. Apakah kamu akan terpengaruh?" tanya Sinta lagi.
Zaka tertawa mendengar pertanyaan Sinta.
"Zaka, jawablah. Aku ingin mendengar pendapatmu."
" Aku...bukankah bisa dicintai itu hal yang bagus," kata Zaka.
"Itu kalau yang mencintai wanita cantik. Tapi ini Zena yang biasa dipanggil maak zen si buruk rupa itu. Aku sungguh tidak rela dia mencintai kamu. Aku akan memecat dia," kata Sinta pada sahabatnya itu.
"Sudahlah Sinta, seandainya di dunia ini hanya ada aku dan dia, aku akan memilih 'mimi' kucing piaraaanku untuk hidup bersamaku," kata Zaka meyakinkan Sinta bahwa Zaka sama sekali tidak tertarik denagn Zena.
Perkataan Zaka tersebut membuat Zena yang kebetulan berada di depan pintu menjadi tidak jadi masuk. Zena shok dan sedih mendengar perkatan Zaka pada Sinta. Sekalipun dia buruk dan jelek setidaknya dia tetaplah manusia yang masih lebih berharga dari binatang. Tapi Zaka membuat Zena lebih rendah dari seekor kucing.
Zena merasa sakit hati dan kecewa dengan Zaka. Perasaan cinta yang pernah ada berubah benci dan dendam. Bukankah cinta milik semua orang, baik wanita cantik maupun wanita yang berpenampilan buruk cinta tetap sama. Yang membedakannya hanyalah seberapa tulus cinta yang dimiliki.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
@ £I£I$ Mυɳҽҽყ☪️
sabar yah Zena
2022-02-23
0
Miss GH
kasian zena
2022-02-22
0