Dengan penampilan barunya, Zena kini bisa dengan leluasa pergi menemani Zaka menemani klien tanpa takut akan dipermalukan ataupun memalukan. Zaka juga dengan senang hati mengajak Zena dan tidak lagi mengajak Sinta.
" Pak Zaka, sore nanti akan ada acara penandatanganan kerjasama dengan pak Mike. Dan malamnya dilanjutkan dengan pesta," kata Zena memberitahu Zaka jadwal hari ini.
" Okey, nanti sore kamu temani aku sampai pesta berakhir," kata Zaka.
" Tapi pak Zaka, biasanya pak Zaka ditemani bu Sinta," tanya Zena.
" Ini adalah perintah. Dan aku tidak harus menjelaskan alasannya padamu bukan?" tanya Zaka balik.
" Ya, saya mengerti pak," jawab Zena agak gugup.
" Ingat, tidak boleh terlambat," tambah Zaka.
" Baik pak."
Zena bergegas keluar dari ruangan Zaka. Saat itu Mili datang memberitahu Zena untuk menemui bu Sinta. Zena sebenarnya agak bingung, apakah dia melakukan kesalahan?
" Selamat siang bu Sinta," sapa Zena.
" Selamat siang Ze...na," jawab Sinta gagap saat melihat Zena benar-benar sudah berubah seperti yang mereka bilang.
" Apakah ada yang harus saya kerjakan bu Sinta?" tanya Zena tanpa ekspresi.
" Tidak, silahkan duduk dulu. Ada yang ingin aku tanyakan padamu."
Zena duduk dengan rasa penasaran. Meskipun Zena sangat membenci Sinta karena perlakuannya tempo hari, Sinta masih tetap atasan Zena di kantor.
" Bukankah hari ini ada pertemuan dan pesta dengan klien?" tanya Sinta.
" Benar bu Sinta."
" Lalu kenapa sampai sekarang Zaka belum mengajaku?" tanya Sinta lagi.
" Oh...begini bu Sinta. Pak Zaka mengajak saya untuk menemaninya pergi," jawab Zena.
" Apa...dia mengajakmu? Lalu kenapa kamu tidak menolaknya?" tanya Sinta kesal.
" Maaf bu Sinta, saya tidak bisa menolak karena ini adalah perintah dari pak Zaka langsung. Saya mana berani menolak karena taruhannya adalah kelangsungan pekerjaan saya," jawab Zena tenang.
" Aku mengerti..." kata Sinta kesal dan marah.
Zena tersenyum sinis dalam hatinya melihat Sinta seperti cacing kepanasan karena tidak diajak Zaka pergi berpesta dengan klien seperti biasanya. Sebentar lagi dendamnya akan mulai berjalan sesuai rencana Zena.
Sorenya, Zaka dan Zena bertemu klien di sebuah cafe untuk penandatanganan proyek kerjasama yang sudah mereka sepakati.
Setelah acara tanda tangan, Zaka mengajak Zena ke sebuah butik mewah di kotanya.
" Apa pak Zaka mau membelikan hadiah untuk seseorang?" tanya Zena setelah sampai dibutik.
" Kami coba pilihkan saja satu atau dua yang menurutmu bagus." kata Zaka.
Zena memilih pakaian yang bagus dan harganya cukup mahal. Kan bukan uang Zena. Tapi agak kaget ketika Zaka memintanya mencoba pakaian baru itu.
"Cobalah..." kata Zaka.
" Tapi pak... ini..."
" Ini perintah..." kata Zaka.
Zena hanya bisa menurut saja dan di bergegas berganti pakaian. Ternyata pakaian yang dipilih Zena memang pas ditubuh Zena.
Zena keluar dengan memakai pakaian itu dengan senyum khas Zena. Lesung pipi yang manis. Zaka kagum dengan dewi kecantikan dihadapannya.
" Sangat cantik..." gumam Zaka.
" Bagaimana pak Zaka. Apakah bagus pilihan saya?" tanya Zena.
" Memang bagus dan cantik... cocok untukmu," kata Zaka.
Zena kaget mendengar perkataan Zaka dan Zena ingin memastikannya sekali lagi.
" Maksud pak Zaka?" tanya Zena.
" Pakaian ini untuk kamu. Nanti malam pakailah untuk menemani aku pergi ke pesta dengan klien," kata Zaka.
" oh...untuk Zena? Terimakasih pak Zaka, kebetulan saya tidak memiliki pakaian yang cocok untuk ke pesta," kata Zena pura-pura senang.
Zena bukannya tidak memiliki pakaian mewah hanya dia tidak ingin terlalu kelihatan anak orang kaya di depan Zaka. Inilah taktik wanita biasa agar mendapat perhatian dari Zaka.
Karena waktu yang sudah sangat mendesak, Zaka mengajak Zena untuk mandi dan berganti pakaian di rumah Zaka. Rumah yang cukup luas. Dan dirumah sebesar ini, Zaka hanya tinggal sendirian. Sedangkan bibi hanya datang pada pagi hingga sore hari saja dan tidak menginap.
Zena mulai bersiap dengan penampilan terbaiknya. Sayangnya tidak ada make up yang bisa menunjang pakaiannya saat ini. Namun Zena sudah cukup memikat dengan make up seadanya yang dia bawa.
Zaka berusaha menutupi rasa kagumnya pada Zena dengan bersikap dingin pada Zena.
" Zena, nanti kamu jangan mempermalukan aku karena ini adalah pertama kalinya kamu ikut pergi berpesta denganku," kata Zaka memperingatkan Zena.
" Baik pak Zaka, saya akan selalu mengingat ucapan pak Zaka," kata Zena sambil mengangguk pelan.
" Kita berangkat sekarang agar tidak terlambat."
Zaka mengunci pintu rumahnya dan menaruhnya di sebuah pot bunga di depan rumahnya. Zaka memang sengaja menaruh kunci di sana supaya tidak akan hilang.
***
Pesta diadakan di sebuah gedung yang cukup luas. Terkesan mewah dan bergengsi. Tapi sebenarnya Zena tidak terlalu suka dengan acara pesta seperti ini.
Zena hanya sibuk menikmati makanan yang di sediakan karena Zaka sibuk minum-minum dengan kliennya. Ketika melihat Zaka sudah tidak sanggup minum lagi Zena segera berpamitan untuk pulang.
Zena segera membawa Zaka masuk kedalam mobilnya. Sekarang Zena bingung apa yang harus dia lakukan. Bagaimana cara membawa Zaka pulang.
Sekilas Zena melihat Zaka yang tertidur di kursi belakang. Zena menghela nafas panjang dan memutuskan untuk menyetir mobil sendiri. Tapi Zena memastikan lebih dahulu bahwa Zaka tidak akan mengetahui bahwa dia yang menyetir mobil.
Zena mengguncang tubuh Zaka dengan keras dan berusaha membangunkannya. Setelah yakin Zaka tertidur, Zena segera mengemudikan mobil dengan kencang tanpa ada rasa takut sedikitpun. Zena kangen sudah lama tidak menyetir mobil sendiri.
Tak berapa lama sampailah di rumah Zaka. Zena segera mengambil kunci di dalam pot bunga dan segera membuka pintu. Dengan susah payah Zena membawa Zaka masuk kedalam kamarnya.
Ketika sampai di dalam kamar Zaka, Zena langsung mendorong tubuh Zaka diatas tempat tidurnya. Zena membuka kedua sepatu dan kaks kaki Zaka. Saat Zena mencoba membenarkan posisi tidur Zaka, tiba-tiba Zaka membuka mata dan meraih tubuh Zena hingga Zena terjatuh tepat diatas tubuh Zaka.
Untuk sesaat mereka saling berpandangan, dan wajah Zaka mulai bergerak mendekati wajah Zena yang mulai memerah. Dalam hitungan detik, bibir Zaka sudah mendarat dipipi Zena.
Zena kaget dengan ulah Zaka dan secara reflek Zena menampar wajah Zaka dengan keras hingga membuat Zaka langsung diam. Entah tertidur atau pingsan, Zena tidak peduli dengan kondisi Zaka.
Zena segera menghubungi Dani, sekretaris Zaka. Zena menjelaskan kondisi Zaka yang sedang mabuk dan harus ganti baju dan Zena tidak bisa melakukan itu.
Zena menunggu Dani datang dengan cemas. Zena tidak tahu keadaan Zaka saat ini dan dia juga tidak mau melihat Zaka.
Setelah Dani datang, Zena sangat lega dan segera menyuruh Dani melihat kondisi Zaka fan membantunya berganti pakaian.
Setelah selesai, Dani mengantar Zena pulang.
" Kamu banyak berubah Zena. Apa yang terjadi sehingga kamu merubah penampilanmu?" tanya Dani.
" Orang yang jelek tidak pernah disukai keberadaanya. Mungkin mengganggu mata mereka. Menyukai seseorangpun tidak memiliki kebebasan. Sebenarnya kadang aku bertanya pada diriku sendiri, apakah cinta itu hanya milik gadis yang cantik saja, sedangkan aku tidak mempunyai hak untuk mencintai. Sekarang aku merubah diriku menjadi yang sekarang, hanya untuk melihat seberapa berhaknya aku bisa mencintai dan dicintai." kata Zena dengan nada agak kecewa.
" Zena, bukan seperti itu. Aku dan pak Zaka tidak pernah memandangmu buruk dengan penampilanmu yang dulu," kata Dani.
" Kamu tidak tahu apa-apa. Sudahlah pak Dani, terimakasih sudah mengantar saya pulang," kata Zena.
Dani pun pamit pulang dan akan kembali menjaga pak Zaka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments