Dipaksa Arus Kehidupan
Jam menunjukkan pukul 05.45 namun masih terlihat remang. Matahari masih enggan untuk memancarkan sinarnya. Ya maklumlah pagi itu cuaca mendung.
"Hosh hosh hosh... syukurlah," ucapnya ngos - ngosan.
Seorang gadis remaja terbangun dari mimpi tidur sambil mengelus-elus dadanya. Dia terengah-engah seperti habis lari maraton 10 Km (lebay). Entah kenapa dia selalu bermimpi itu di saat - saat tertentu.
"Hoam.." Karena dirasa masih terlalu dini untuk bangun, Nisa memilih kembali tidur lagi.
"Nisaaa.... bangun nak, udah siang.!" teriak sang mamak dari dapur sambil menyiapkan sarapan keluarga.
Ya, Mamak adalah ibu rumah tangga dan mamak sering membantu bapak menggarap sawahnya. Mamak bangun pagi lebih awal untuk menyiapkan sarapan. Setelah itu ia akan pergi ke sawah. Kadang mamak akan menyusul bapak setelah pekerjaan rumah selesai tetapi kadang mereka berangkat ke sawah bersama - sama.
"Haisst anak ini lama banget nyahutnya. Jangan jangan masih tidur dia." geruntu mamak kesal.
"Nisaaaaa...." teriak Mamak lebih keras lagi.
klontang klontang
Terdengar bunyi spatula yang berdentingan dengan wajan penggorengan. Sungguh melodi indah khas dapur di pagi hari.
"Iya mak, bentar" sahut Nisa dengan suara serak khas bangun tidurnya. Tak disangka Nisa malah kembali membenahi selimutnya dan memilih untuk mengabaikan teriakan mamaknya.
"Cepat Nis udah siang nih!!" teriakan mamak untuk yang kesekian kali dengan nada cemprengnya.
"Iya mak iya" jawab Nisa masih setengah sadar dengan nada malas.
"Ishh mamak kagak sabaran amat." geruntu Nisa setengah kesal.
Nisa duduk di ranjang. Nisa mengucek matanya pelan. Tangannya pun dia tarik ke atas, merenggang otot - otot yang kaku karena aktivitas gerak yang terbatas selama lebih dari 8 jam.
"Hoammm..." Nisa menguap lagi karena kantuknya belum hilang. Kemudian Nisa membuka mata sempurna dan menoleh ke jam dinding. Nisa membelalakan matanya. Panik.
"Astogeng udah jam 6 kurang ini hiyaaaaa" suara teriakan kaget Nisa terdengar.
Nisa menyibakkan selimutnya kemudian berlari keluar sambil menyampirkan handuk di pundaknya dan membuka pintu kamar. Ia merasa kesiangan karena dia harus bersepeda untuk ke sekolah. Jarak dari rumah ke sekolah sekitar 5 km. Karena jalannya bergelombang maka membutuhkan waktu tempuh selama 17 menit dengan bersepeda.
"Mak kok baru bangunin aku to mak? Akhh... udah kesiangan banget nih mak," keluh Nisa tanpa sadar malah menyalahkan mamaknya.
"Haiss kamu ini. Dibangunin dari tadi nggak bangun - bangun. Makanya kalau tidur jangan kayak kebo!" mamak kesal.
"Sudah salah sendiri malah nyalahin sini." geruntu mamak.
"Lah perasaan aku nggak denger lho Mak," ucap Nisa sambil mengingat-ingat dia mendengar teriakan mamak atau tidak.
"Makanya kalau punya kuping itu digunakan dengan baik jangan hanya dijadikan cantolan panci." jawab mamak. Nisa hanya menyengir.
"Cepat sana mandi!!" perintah mamak gemas karena Nisa tidak melaksanakan perintahnya segera.
"Siyap bos mami. Ohhh iya Mak... jangan marah- marah mulu. Cepet tambah tua lho ntar mak hehehe" ucap Nisa cengengesan sambil berlari keluar rumah menuju kamar mandi takut mamaknya mengeluarkan suara emas ala emak - emaknya.
Rumah yang keluarga Nisa tempati memang sederhana. Rumahnya berdinding batako dan belum dicat. Luas rumah itu sekitar 9m x 12m. Hanya memiliki 1 ruangan agak luas untuk ruang tamu dan ruang keluarga, 3 ruang kamar tidur, 1 ruangan untuk dapur dan ruang makan serta 2 kamar mandi luar. Makanya dia harus keluar rumah kalau mau mandi.
Perabotan yang ada di rumah itu pun juga hanya seadanya. Barang berharga yang ada di sini hanya sebuah TV sebesar 14 inch yang terletak di ruang keluarga. Tapi jangan salah. Walaupun hanya sederhana, rumah itu sangat nyaman untuk ditempati. Kesan pertama menginjakkan di rumah Nisa itu rindang dan asri.
Benar dugaan Nisa, mamaknya berteriak sambil mengacungkan spatula yang dia bawa.
"Heeii lha dala anak kurang ajar ngatain mamaknya tua."
Nisa tidak memperdulikan teriakan mamaknya. Dia langsung mandi.Tak lupa dia menyenandungkan lagu favoritnya. Dan anehnya semua lagu yang Nisa bisa adalah lagu favoritnya. Lumayan konser gratis tanpa protesan pemirsa. Komenan netizen nyatanya gerahin haha, pikir Nisa.
"Wolhaaa ni anak..... Tapi memang sih aku sudah tua, anaknya aja udah gedhe - gedhe," ucap mamak pada dirinya sendiri.
"Mas Setyo!" teriak mamak membangunkan putra sulungnya. Dia tetap memanggil Setyo dengan sebutan mas karena dia ingin Nisa memanggil Setyo dengan sebutan mas.
"Mas bangun jangan ikutan ngebo!!" teriaknya kembali pada putra sulungnya.
"Heem...," erang Setyo. Dia hanya menggeliat dan membenahi selimutnya.
"Dasar anak jaman sekarang nggak cowok nggak cewek semua sama saja. Pada susah dibangunin," geruntu mamak yg masih sibuk menyiapkan sarapan.
"Cepet mas,,, kagak bangun tak siram air segayung lho! Satu..... Dua..... Tiga..... em...," teriakkan mamak terjeda dengan sahutan Setyo.
"Iya iya makk, " jawab Setyo.
"Yahh mamak baru jam segini aja udah dibangunin. Gak asik lah mamak," gumam Setyo acuh dengan teriakan Mamak. Rasa kantuk yang melanda menarik Setyo tidur kembali sambil ngelonin "si kesayangannya". Apa lagi kalau bukan guling.
Nisa Lestaria Kinanthi
Seorang gadis remaja sederhana yang saat ini duduk di bangku akhir SMP. Dia bisa dibilang cantik, hidung mancung, rambutnya bergelombang (jika panjang) dan berwarna cokelat seperti permen cokelat. Jangan lupa, kulitnya bersih. Tinggi badan? Nggak terlalu tinggi. Tingginya hanya sekitar 156 cm. Dia anak kedua dari 2 bersaudara.
Nisa merupakan anak yang cuek, periang dan energik (petakilan) namun tertutup. Nisa juga tergolong gadis tomboy. Dia dikatakan cuek karena dia selalu bodo amat sama ucapan orang lain tentang dirinya. Dia selalu ceria entah hatinya benar benar ceria atau malah hanya tipu belaka. Selalu bersemangat dan nggak bisa diem itulah orangnya. Meskipun begitu Nisa termasuk orang yang tertutup. Dia hanya punya satu sahabat dari orok.
Oktavia Shinta namanya. Gadis berambut hitam halus dengan tinggi 163 cm dan berkulit putih. Dia kerap dianggap lidi orang sekitar karena saking kurusnya. Okta termasuk anak yang mudah bergaul dengan siapapun. Okta juga termasuk orang yang keras. Dia adalah sahabat yang setia dalam situasi apa pun.
Nisa tidak bisa menceritakan permasalahannya dengan sembarang orang. Bahkan dengan sahabatnya dia jarang menceritakan masalah pribadinya. Terkesan menutup diri. Tapi jangan salah. Sekali cerita mah beuhh kayak kereta panjangnya. Untung Okta itu pendengar yang baik.
Setyo Nugroho Jati adalah kakak laki-lakinya yang tergolong jahil dan perhatian. Dia agak sedikit cuek dan santai tapi sebenarnya dia orang yang hangat. Tingginya 178 cm, hidungnya lebih beruntunglah dari adeknya. Punya lesung pipit di pipi sebelah kanan. Namun siapa sangka, gitu-gitu banyak yang ngejar ternyata.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Dhina ♑
kebanyakan nguap
kekurangan oksigen di otak
2022-12-05
0
Dhina ♑
bandel juga anak gadis
2022-12-05
0
Dhina ♑
sungguh kehidupan yang menyenangkan
2022-12-05
0