Pak Kemit

Di jalan depan rumah Nisa, ia berhenti sejenak.

"Eh bentar deh. Okta dah berangkat belum ya? Apa aku SMS aja ya dianya? Siapa tau belum berangkat kan bisa bareng," batin Nisa.

Dia mengambil gawai jadulnya (yang kalau ngetik pesan bunyinya cetok cetok tapi sudah ada kameranya) kemudian mengetikkan pesan untuk sahabatnya.

Dia membawa gawainya ke sekolah. Sekolahnya memperbolehkan membawa gawai namun saat pelajaran hp siswa akan dibawa oleh wali kelas masing - masing. Nisa tidak malu walaupun gawainya masih jadul, beda dengan punya teman - temannya yang sudah punya gawai pintar.

to: Okta Via Apaaja 🔪 💨

Eh Ta dah berangkat belum? Bareng yuk kalau belum.

send

Nisa menunggu balasan SMS sambil mengecek ban sepedanya, ada yang kempes atau tidak. Sedari tadi rasanya tidak enak saat dia pakai. Ternyata ban sepedanya agak kempes. Dia memutuskan untuk mencari pompa di tempat tetangganya untuk memompakan ban sepedanya.

Diwaktu yang bersamaan, Okta baru selesai sarapan. Tiba-tiba ponselnya berbunyi.

ting klun ting

Notifikasi tanda pesan masuk berbunyi di ponsel Okta. Dengan cepat Okta segera menyambar ponselnya. Ada sebuah pesan masuk dari Nisa.

from: Nisa Fiesta 🍗

Eh Ta dah berangkat belum? Bareng yuk kalau belum.

"Waahh untung aku tadi ada panggilan alam dulu jadi malah bisa bareng nih," ucapnya dengan diri sendiri

to : Nisa Fiesta 🍗

Oke Nis, nih baru mau berangkat. Ketemu di pertigaan dekat pom bensin depan aja ya.

from : Nisa Fiesta 🍗

Okelah 👌

Okta segera bergegas mengambil sepedanya. Tak lupa Okta pamit pada orang tuanya. Ia kemudian mengayuh sepedanya ke sekolah.

*****

Di pertigaan

"Hai Ta udah sampai aja kamu," Nisa melambaikan tangannya ke Okta, "Udah lama?"

"Hai juga Nis. Belum lama sih Nis. Yuk cuss!"

ajak Okta kemudian mereka mengayuh sepedanya beriringan menuju sekolahnya, SMP Cahaya Bersinar. Mereka bersekolah di tempat yang sama.

"Tumben Nis sampainya tadi lebih lama?" tanya Okta. Dia penasaran kenapa Nisa datang lebih lama padahal jarak rumah mereka dengan pertigaan jalan bisa dibilang hampir sama.

"Tadi ban sepedaku kempes Ta, jadi aku pinjem dulu deh pompa di tempat tetangga. Untung mereka punya," jawab Nisa, Okta pun mengerti.

Di perjalanan mereka bersepeda sambil bercengkerama seperti biasa. Ada aja yang mereka bicarakan. Canda tawa sesekali mengisi perjalanan mereka. Tapi yang membedakan kali ini mereka mengayuh sepedanya lebih cepat karena waktu mereka semakin mepet.

Rumah Nisa dan Okta terbilang cukup dekat. Mereka juga bersahabat sejak mereka masih kecil. Walaupun waktu TK dan SD sekolahnya berbeda, tapi entah mengapa mereka selalu kompak.

Nisa berasal dari keluarga sederhana sedangkan Okta berasal dari keluarga berada. Segala perbedaan yang ada tak menjadi pembeda diantara mereka. Yang ada malah semakin lengket. Mereka sering bermain bersama sepulang sekolah.

************

06.45

SMP Cahaya Bersinar

"Seluruh siswa kelas 7, 8 dan 9 segera ke lapangan upacara!" teriak Pak Tiyo dengan tegas memberikan instruksi kepada para siswa.

SMP Cahaya Bersinar mengadakan apel di setiap paginya pada pukul 06.40 untuk melatih kedisiplinan siswa serta memberikan wejangan- wejangan untuk kepribadian siswanya. Pelajaran tetap akan dimulai pukul 07.00. Namun kali ini pelaksanaannya terlambat 5 menit karena pagi ini para guru mengadakan pengarahan bulanan. Apel diadakan setiap hari masuk sekolah kecuali Hari Senin. Kalau di Hari Senin apel pagi sudah digantikan dengan upacara bendera.

(Jadi kaum jomblo gak perlu ngiri karena di SMP Cahaya Bersinar masih bisa apel hahahaha)

Di waktu yang bersamaan Nisa dan Okta baru sampai. Mereka mempercepat laju sepeda karena gerbang hampir ditutup oleh satpam yang bertugas.

"Tunggu sebentar pakkkk.... " teriak Okta sambil terus mengayuh sepedanya dengan cepat disusul Nisa di belakangnya. Teriakan Okta menghentikan kegiatan pak satpam menutup pintu gerbang sekolah yang hanya menyisakan seperempat celah gerbang.

"Haduh neng sudah telat. Tulis nama kamu dan temanmu di buku pelanggaran!" ucap pak satpam.

"Pak jangan dong pak," Okta memohon.

"Gak bisa. Makanya kalau berangkat itu lebih pagian, jangan mepet," tutur pak satpam.

"Hehehehe iya - iya pak. Lain kali nggak deh. Boleh masuk ya pak. Bapak ganteng loh." ucap Okta dengan wajah memelas.

Okta mengedip - kedipkan kedua matanya. Lalu ia menggaruk- garuk tengkuknya yang tak gatal. Karena malu atas apa yang sudah dia lakukan. Setelah itu tangan Okta juga mengatup di depan dada.

"Ck dasar Okta, ada-ada aja ngrayunya pak satpam. Tapi kalau boleh masuk bonus besar juga sih haha," batin Nisa dengan tersenyum dalam hati.

Pak satpam berpikir sejenak.

"Heem ya ya ya. Ya udah cepetan masuk," ketus pak satpam terpaksa membuka pintu gerbangnya kembali. Dia tidak tega melihat muka memelasnya Okta.

"Yess berhasil juga," batin Okta tersenyum penuh kemenangan.

"Makasih ya pak," wajah sumringah Okta pun diperlihatkan.

Di belakangnya, Nisa hanya mengangguk dan tersenyum menyapa pak satpam. Ya begitulah. Kalau udah keluar dari dunia asalnya, Nisa selalu mengaktifkan mode irit bicaranya.

Mereka bergegas menuju parkiran sepeda.

"Haiss dasar si kembar upin ipin beda pabrik. Kemana - mana bedua terus," batin pak satpam.

Dia sering melihat mereka berdua kemana - mana bersama, bahkan seperti tak terpisahkan. Semua teman - temannya juga demikian. Mereka menjuluki Nisa dan Okta "si kembar upin ipin".

****

Di parkiran sepeda

"Hufft untung kita masih bisa masuk ya Nis," ucap Okta.

"Heem bener Ta. Tadi terlambat beberapa menit aja pasti udah gak bisa masuk Ta. Kalaupun masuk udah dipastikan hukuman Pak Tiyo mendarat dan point sebagai bonusnya." ucap Nisa.

"Btw rayuanmu manjur Ta tadi. Sampai geli aku geli Ta lihatnya," Nisa tertawa.

"Yee malah tertawa. Jurus jitu itu Nis," ucap Okta ikut tertawa.

"YANG MASIH DIPARKIRAN SEGERA KE LAPANGAN.! DALAM WAKTU 10 HITUNGAN KALAU BELUM SAMPAI TERIMA AKIBATNYA!!! "

Agak samar Okta dan Nisa mendengar suara teriakan lantang dari Pak Tiyo. Ternyata Pak Tiyo mengetahui kalau mereka baru sampai.

Pak Tiyo itu termasuk guru yang super tegas dan galaknya beuhhh (kebangetan). Beliau juga guru yang tingkat kedisiplinannya tinggi. Makanya beliau juga jadi guru pembimbing kesiswaan di sekolah tersebut.

"Aduh gawat Nis," ucap Okta panik. Mereka segera meninggalkan parkiran dan berlari ke lapangan.

"Pantesan dijuluki 'Pak Kemit' orangnya aja menyambar dan menyengat-nyengat kayak tawon kemit ckckck," batin Nisa sambil berlari ke lapangan.

"Yang baru datang taruh tas kalian di belakang barisan dan segera masuk barisan!" perintah Pak Tiyo.

Nisa dan Okta menaruh tasnya dan segera masuk ke barisan. Apel pagi ini biasanya dimulai dengan merapikan barisan murid kemudian berdoa bersama sebelum memulai kegiatan pembelajaran. Setelah selesai berdoa, jika ada wejangan-wejangan atau pengumuman maka akan disampaikan saat itu juga.

//

*Tawon Kemit merupakan jenis tawon/lebah yang berukuran kecil dengan warna yang sedikit lebih “ngejreng” dibanding tawon-tawon yang lain. Tawon ini kalau menyengat siyap siyap bengkak lah *_*

Terpopuler

Comments

AniaH

AniaH

astoge sakit perut
ku ,pak kemit 🤣🤣🤣

2021-01-18

0

☘Aиαи ͪ͢ ͦ ᷤ ͭ ͤ ᷝ

☘Aиαи ͪ͢ ͦ ᷤ ͭ ͤ ᷝ

Lanjut

2020-10-07

0

Author_Ay

Author_Ay

feedback ya

2020-09-17

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 69 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!