Gabril - Mahkota Atau Arena

Gabril - Mahkota Atau Arena

Setiap cerita punya awal, iyakan?

Hamparan lampu remang yang menerangi lorong-lorong bawah tanah gelap dengan dinding yang dipenuhi papan iklan kecil berderet lurus.

Decitan langkah kaki yang cukup mengganggu telinga terulang disepanjang lorong. Dua orang wanita dengan perbedaan usia uang cukup jauh berjalan perlahan melewati deretan lampu kecil berkelip tidak karuan.

Wanita dengan tinggi badan jangkung nyaris 190 senti terlihat dewasa. Kedua lengan dilipatnya di dada dan tatapan matanya berputar-putar.

"Kakak enggak nyangka loh Gab, kok kamu bisa sih ikut tanding tandingan itu?"

"Kakak bolehin kamu ikut komunitas bela diri itu biar kamu bisa jaga diri kalau di jalan ada apa apa, bukannya buat berantem di ring tinju!"

Seru wanita jangkung tadi dengan nama Sassi Antania dan adiknya yang berjalan mengekor, Gabril Antania.

"Liat sisi positif nya kak, aku ada di peringkat 4 klasemen, berarti aku jago kan."

"Hehh??.... Kakak udah enggak tau lagi gimana caranya bilangin kamu, kita udah dua kali pindah rumah gara gara kamu loh, jadi pliss banget Gab dirumah baru kita kamu jangan sampai bikin onar lagi."

"Hufftt." cetus Gabril dengan wajah kesal, kemana komitmen kakak nya itu, Sassi berjanji tidak akan melarang Gabril melakukan hal yang dia sukai.

Tidak seperti kedua orang tua mereka yang selalu mengekang kakak beradik itu didalam jeruji peraturan, namun Sassi perlahan memiliki sifat yang sama seperti orang tuanya.

Wajah kesal gadis itu perlahan berubah, alisnya yang menukik tajam kebawah perlahan kembali naik.

Gabril menurunkan alis panjang nya perlahan, kedua bola matanya terpaku dengan sebuah bangunan lusuh dan tua.

"Hey, enggak usah sampe kayak gitu kali, segitu bagusnya ya rumah yang kakak sewa?"

"Tu... Tunggu apa?... Bagus?.. Mata kakak rabun? Ini bahkan enggak bisa disebut rumah kak."

Sassi hanya tertawa kecil ketika Gabril mengoceh tentang rumah baru mereka, rumah itu memang terlihat kecil, posisi nya yang diapit minimarket dan toko roti membuat kesan rumah itu terlihat sedikit buruk.

"Yaa.... Dengan ekonomi kita yang berantakan kakak hanya dapat yang ini... Lihat sisi positif nya Gab, kakak hanya perlu membayar 350k untuk sewa sebulan." wajah gadis dengan rambut cepol berwarna hitam pekat itu dipenuhi tawa.

Gabril melangkahkan kakinya mendekati gagang pintu. Dengan alis sinis yang menempel di wajahnya. Ketika hendak masuk kedalam rumah, terdengar suara sapaan dari arah samping mereka, itu adalah pria pemilik toko roti di samping rumah.

Hanya dengan melihat gestur pria itu, Gabril langsung sadar kalau itu adalah tahap pertama untuk memperkenalkan diri.

"Ahh jadi kalian yang akan menempa-," belum pria itu menyelesaikan kalimat nya, Gabril langsung nyelonong masuk kedalam rumah tanpa memikirkan pria itu.

Melihat adiknya yang sudah membuat masalah di hari pertamanya pindah, Sassi langsung menarik tangan Gabril dan merangkul lehernya dengan senyuman canggung.

"Ahh... Iya kami berdua yang akan menempati ini, dan tolong maafkan tingkah laku adikku ini, dia memang pembuat onar."

"Tidak apa apa, oh iya betapa jahat nya aku, perkenalkan namaku Rio, aku pemilik kedai roti ini."

"Wajahnya tidak sekeren namanya." bisik Gabril di telinga Sassi.

BUKK!!

"Oh ya, dan saya Sassi Antania, kalau ini adik saya Gabril Antania." ucap Sassi sembari menyikut perut Gabril dengan lumayan kencang. "He.. Hey itu sakit tahu." ucap Gabril dengan wajah kesal dan ngilu.

"Kalian sepertinya akur ya, oh iya kalian pasti ingin membersihkan rumah itu, jadi hanya itu saja yang ingin saya sampaikan, semoga kalian betah disini dan jangan lupa mampir ke toko ku ya." ucap Rio tersenyum.

Sassi kemudian menyeret Gabril masuk kedalam rumah dengan senyuman canggung miliknya. Mereka berdua mengemasi barang barang dan membersihkan seisi rumah, meskipun Gabril kerap kali mengeluh, sang kakak hanya tertawa saat mendengar keluhan adiknya perempuan nya itu.

Selesai beberes, mereka berdua beristirahat di toko roti milik Rio, disana Sassi terlihat saling lempar gurauan dengan Rio, tetapi tidak dengan Gabril, dia memilih duduk ditempat yg berbeda dengan mereka.

Setiap kali Rio menatapnya dengan maksud ingin mengajak bicara, Gabril dengan cepat memasang mata sinis dan wajah seramnya kehadapan Rio.

"Hey Sassi, adikmu itu memang tidak suka berkenalan dengan orang baru ya." tanya Rio dengan senyum kecilnya.

"Eh enggak kok, dia emang gitu, jutek sama orang yang baru dikenalnya, tapi dia baik kok, kamu jangan diambil hati aja omongan dia."

Rio tertawa mendengar omongan Sassi, "Eh iya Gab, kamu sekarang siapin baju sana, besok kan kamu harus sekolah, kakak sudah daftarin kamu."

Gabril hanya diam mendengar ucapan kakaknya, lalu beranjak dari dari kursi dan mendekati Rio dengan wajah sinisnya.

"Gue mau kedalem sebentar, pas enggak ada gue jangan coba coba cari kesempatan sama kakak gue!" ucapnya kepada Rio dengan wajah jutek dan kepalan tangannya.

BUUKK!!

Sassi melempar sebuah kaleng minuman kearah kepala adiknya. "OUCH.. KAKAK KENAPA SIH?" teriak Gabril.

"Yang sopan makanya, orang enggak salah apa apa kok, maen ancem ancem aja, udah buruan masuk."

Rio tertawa melihat hal itu

***********

Keesokan harinya

Gabril tengah bersiap berangkat kesekolah nya, semua berjalan normal sampai Gabril berteriak histeris, seolah olah tengah melihat penampakan sosok gaib.

"Kok model rambut aku jadi gini sih kak, kakak bisa nata rambut gk sih?" cetusnya ketika Gabril melihat hasil tataan rambutnya di cermin yang berubah jadi berponi. "Udah deh, nurut aja, enggak usah banyak protes, masih mending kakak mau nata rambut kamu."

"Tapi kak aku jadi keliatan nerdy banget kalau kesekolah pake rambut modelan kayak begini."

Sassi hanya diam mendengar ocehan adiknya dan pergi mengambil tas.

"Kak, denger enggak sih, masa aku kesekolah kayak gini sih, aku udab SMA kelas 3 kak, bukan anak sd." ucapnya sembari memainkan poni rambutnya.

Sassi lagi lagi diam, kemudian dia memberi uang kepada adiknya dan menunjukkan gestur tangan mengusir Gabril.

********

Sampai disekolah, Gabril menatap bangunan sekolahnya seperti dia menatap rumahnya kemarin. "Wow, sekolahnya lebih besar dari yang aku bayangkan." serunya dalam hati.

Gabril kemudian berjalan masuk kedalam sekolah, di perjalanan beberapa menatapnya dengan tatapan yang aneh, Gabril berrfikir itu karena dia murid baru disini, tapi tidak jarang dia menggrutu tentang model rambut poni nya.

Gabril menelusuri lorong lorong sekolah bersama seorang guru yang mendampingi nya. "Fiuhh, untung aja ketemu guru kelas dibawah, coba aja enggak ketemu, bisa nyasar aku disini." ucap nya.

Mereka berdua kemudian masuk kedalam salah satu kelas di lantai 4 sekolah, keadaan kelas yang gaduh, seketika berubah sepi ketika bu guru itu masuk kedalam kelas.

"Anak anak, mungkin hari ini merupakan hari baru untuk kalian, karena ada anak baru yang akan masuk di kelas kita, ayo nak silakan masuk."

Gabril memasuki kelas dengan wajah canggung dan tersipu malu ketika melihat orang orang dikelasnya. Seisi kelas yang memandangi Gabril tanpa henti membuat Gabril sedikit tidak nyaman.

"Kenapa mereka mandangin aku sampe kayak gitu sih, orang orang yang nontonin aku pas tanding aja perasaan enggak sampe segininya."

Ucap Gabril dalam hati.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!