Tentang Bintang & Galaksi
Matahari siang itu sedang tidak bersahabat, cahayanya mengiringi langkah seorang gadis dalam balutan seragam putih abu-abu. Ia tersenyum lebar karena berhasil mewakili sekolah untuk mengikuti lomba baca puisi. Langkahnya seringan kapas saat menyusuri koridor menuju ruang kelas. Namun, kakinya berhenti di depan toilet.
Seseorang menarik lengan gadis itu, kemudian mendorong tubuh kurusnya sampai tersungkur di atas lantai. Saat mendongak, barulah ia tahu siapa orang yang bertindak sekasar itu. Dia adalah Bulan Purnama, salah seorang teman sekelasnya, dan siswi tercantik di SMA Negeri 1 Andromeda.
“Aku muak banget lihat mukamu!” teriak Bulan sambil menunjuk muka gadis itu dengan jarinya yang lentik.
“Bulan, apa salahku?” Gadis itu berusaha berdiri, tapi Mega menahan bahunya.
“Kamu itu nggak pantas ikut lomba! Berkacalah! Lihat wajahmu yang buruk itu! Dipenuhi bercak putih nggak jelas! Aku rasa itu adalah alasan, kenapa kamu dicampakkan sama keluargamu sendiri!" Bulan melipat lengannya di depan dada sambil memandang gadis kurus di hadapannya dengan tatapan sinis.
“Aku ....” Ucapan gadis itu menggantung di udara karena guyuran air pel membuatnya gelagapan. Setengah mati ia berusaha menghirup oksigen untuk bernapas. Jemari lentiknya mengusap sisa air yang masih menetes.
“Mundur dari lomba itu!” teriak Bulan.
“Mundur atau kamu akan menyesalinya seumur hidup!” timpal Mega.
Bulan berjongkok kemudian mencengkeram pipi gadis itu dengan jemarinya. Dia menyipitkan mata dan tersenyum miring. “Aku bakal memperlakukanmu jauh lebih buruk dari hari ini!” ancam Bulan.
Entah mendapat keberanian dari mana. Gadis itu justru melemparkan tatapan tajam ke arah Bulan. Bibirnya mengatup erat dengan rahang yang mulai mengeras. Perlahan, gadis itu mulai buka suara.
"Jika bisa memilih, aku juga ingin memiliki wajah cantik sepertimu, Bulan. Mengenai lomba ini aku hanya mengikuti lomba baca puisi! Bukan lomba kecantikan! Apa orang sepertiku tidak pantas memiliki prestasi walau hanya secuil?" Suara gadis itu sedikit bergetar namun terdengar dingin dan menusuk.
“Lihat perempuan sialan itu, Bulan!" Venus menunjuk gadis itu dengan dagunya.
Melihat tingkah gadis di hadapannya membuat Bulan naik pitam. Dia menarik rambut gadis itu kuat-kuat, lalu menyeretnya hingga masuk ke dalam bilik toilet paling ujung. Bulan mengunci pintu kemudian menenggelamkan wajah gadis itu ke dalam bak yang penuh dengan air.
"Mati saja sana! Udahlah, kalau jelek, buat apa hidup! Merusak tatanan kehidupan yang sempurna saja!" Bulan berulang kali menenggelamkan kepala gadis itu ke bak mandi.
Gadis malang itu hanya bisa menahan napas saat berada di dalam air. Ketika Bulan mengangkat kepalanya ke udara, ia menghirup oksigen sebanyak mungkin untuk mengisi paru-paru. Belasan kali Bulan memperlakukan gadis itu layaknya sedang membilas pakaian kotor. Kini bukan hanya kepalanya yang basah, tetapi seragam gadis itu sudah basah kuyup karena tetesan air.
"Bulan! Ayo pergi! Ada yang datang ke sini!" seru Venus sambil mengetuk pintu toilet.
"Ya! Sebentar!" Bulan menjambak rambut gadis itu hingga kepalanya mendongak.
"Mundur dari lomba atau kamu akan menanggung akibatnya!" ancam Bulan. Dia melepaskan cengkeramannya, lalu melangkah keluar toilet. Bulan, Venus, dan Mega lari tunggang langgang sampai menabrak seseorang.
"Woy! Asem kalian! Bikin kaget aja!" teriak seorang siswa laki-laki. Dia adalah Galaksi Milkyway, playboy cap jempol yang menjadi incaran para wanita.
Bibir Gala tidak berhenti menggerutu, sampai akhirnya dia mendengar isak tangis dari dalam toilet. Gala melangkah ragu, takut diteriaki lelaki cabul, karena memasuki area terlarang bagi kaum Adam itu. Akan tetapi, rasa penasaran memenuhi hatinya. Dia terus masuk ke dalam toilet. Cermin panjang di dinding sebelah kiri memantulkan dirinya yang tengah berjalan menuju sumber suara.
Langkah Gala berhenti di toilet paling ujung. Di dalamnya ada seorang siswi dengan seragam yang basah kuyup, sedang menangis sesegukan. Tangisnya lirih dan terdengar memilukan. Gadis itu mendongak karena mengetahui kehadiran Gala. Mata lelaki itu melebar ketika mengetahui bahwa gadis itu adalah Bintang.
"Apa mereka yang membuatmu seperti ini?" Gala menatap nanar ke arah Bintang yang masih terus menangis.
"A-apa aku sebegitu jeleknya sampai mereka menyuruhku mati? Aku hanya ingin menunjukkan sedikit saja kelebihanku. Apa itu terasa mengganggu mereka? Aku juga tidak menginginkan penyakit ini! Tapi, Tuhan memilihku untuk mendapatkannya! Aku bisa apa?" tangis Bintang semakin pecah. Dia memukul dada yang terasa sesak, berharap beban hatinya sedikit berkurang.
Gala jongkok, kemudian memiringkan kepala untuk melihat wajah Bintang dengan jelas. Dia mengusap air mata gadis itu dengan ujung jari.
"Kamu itu tidak aneh, tapi unik! Nggak usah dengerin apa kata orang. Pura-pura tuli dan buta, terkadang bisa menjadi alternatif terbaik untuk menjaga hatimu sendiri. Setiap orang dilahirkan spesial, dan kamu adalah salah satunya!" Gala tersenyum lembut kemudian berdiri dan keluar dari toilet. Tak lama kemudian, ia kembali dan membawa seragam putih abu-abu dalam kantong plastik.
"Pakailah. Segera masuk ke kelas, jangan bolos sepertiku." Gala tersenyum tipis, lalu keluar dari toilet wanita, dan masuk ke toilet pria untuk merokok seperti niatnya di awal.
Mendapatkan perlakuan manis dari Gala, membuat hati Bintang sedikit menghangat. Pipinya bersemu merah, dan sebuah senyum tipis terukir di bibir gadis itu. Bintang kembali masuk ke bilik toilet, kemudian mengganti seragam kotornya dengan seragam pemberian Gala.
Setelah selesai mengganti pakaian, Bintang keluar dari bilik toilet, kemudian membasuh mukanya. Dia melihat pantulan dirinya dari dalam cermin. Bercak putih menghiasi sebagian besar wajahnya. Dua bagian besar di pipi, dan ada beberapa bercak di dahi dan juga telinga. Hal itu juga membuat kepala Bintang ditumbuhi oleh beberapa helai rambut putih. Bintang menderita kelainan pigmen kulit yang disebut Vetiligo. Kondisi dimana sel penghasil pigmen kulit mati atau berhenti berfungsi.
***
Sejak hari itu, Bintang dan Gala sering menghabiskan waktu bersama. Gala lebih sering belajar dan mengerjakan tugas berkat dorongan dari Bintang. Di sisi lain, Bulan tidak pernah lagi mengganggu Bintang karena Gala terus melindunginya saat berada di sekolah.
Suatu hari, Bintang berniat menyatakan perasaannya kepada Gala. Dia menemui lelaki itu saat sedang berlatih voli.
"Gala, bisa bicara sebentar?" Bintang memilin ujung kemejanya yang keluar dari rok.
"Baiklah, kita ke sana." Gala menunjuk bangku di pinggir lapangan.
Setelah sampai di bangku itu, mereka duduk berdampingan. Bintang menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Jemarinya saling meremas satu sama lain. Keringat dingin mengucur di balik kemeja putihnya.
"Gala ... sebenarnya ... aku menyukaimu." Wajah Bintang layaknya udang rebus karena menahan malu.
"A-aku tidak berharap lebih. A-aku hanya ingin mengungkapkan apa yang aku rasakan, agar hatiku terasa ringan setelahnya," imbuhnya.
Mendengar pernyataan Bintang, Gala tersenyum lebar. Waktu seakan berhenti. Jantung Bintang berdebar lebih kencang. Dia menanti respon dari sang pujaan hati yang ada di hadapannya itu.
"Bintang, sebenarnya ...."
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
🌹🪴eiv🪴🌹
aku disini 🤗
bulan kau itu bersinar karena cahaya matahari jadi jangan belagu,, aslinya Lo itu item butem 🤣
2022-10-04
2
Bhebz
bagus ceritanya kak
2022-03-31
1
Shaqueena Delima
ceritanya menarik,,semoga banyak yg suka.,semangat Thor..💪💪💪
2022-03-07
1