Layar televisi di sebuah rumah mewah, sedang menampilkan sosok perempuan muda yang tengah diwawancarai. Senyum gadis itu terlihat cantik, menyempurnakan parasnya yang jelita. Suara televisi itu menggema memenuhi ruangan.
Di depan layar televisi dalam ruangan, seorang perempuan berumur lima puluhan, menatap kagum ke arah gadis itu. Di atas meja, sudah tersaji dua cangkir Kopi Cap Musang dan dua potong Strawberry Cheescake.
"Aduh, Bintang memang putriku yang cantik! Lihat hidung mancungnya! Kulit itu benar-benar tanpa pori-pori!" Bu Pelangi menatap layar televisi tanpa berkedip sedikit pun.
Tak lama kemudian, terdengar langkah kaki seseorang yang mendekat. Lelaki dalam balutan kemeja berwarna ungu tua dan bawahan celana formal slimfit, sedang sibuk membenarkan dasi yang menggantung di leher.
"Bun, asyik sekali lihat acara gosip. Sampai-sampai lupa sama suami sendiri!" Dokter Langit melayangkan protes kepada sang istri.
"Ayah nih, nggak setiap hari juga 'kan Bunda lihat acara gosip?" Bu Pelangi memonyongkan bibir, lalu beranjak mendekati Dokter Langit. Dia membantu sang suami mengikatkan dasi dengan motif garis zig-zag itu.
"Tuh kan? Sudah seperti nama acara gosip Kak Peniti Bros?" Dokter Langit menjepit bibir sang istri dengan jari jempol dan telunjuknya.
"Apaan sih, Ayah!" Bu Pelangi menarik lengan suaminya agar berhenti menjepit bibir seksinya.
"Ya kan, judul acaranya Lambe Monyong? Sama kayak bibir Bunda sekarang." Dokter Langit terkekeh melihat sikap sang istri.
"Bukan, Ayah. Itu nama akun Instakilo-nya! Kalau nama acara televisinya, Ghibah, No Secret!" jelas Bu Pelangi sambil melipat kedua lengannya di depan dada.
Dokter Langit kembali terkekeh. Lelaki itu meraih cangkir di atas meja, meniup cairan kopi di dalamnya, lalu menyesapnya perlahan. Setelah itu, ia mengecup puncak kepala sang istri, dan pergi meninggalkannya. Sejujurnya, dia malas berdebat dengan sang istri, karena semua akan berakhir sama. Menguras isi dompet untuk membujuk Bu Pelangi yang merajuk.
***
Di studio 4 stasiun televisi Ikan Terbang, Bintang sedang diwawancarai oleh pembawa acara kondang Peniti Bros. Gadis itu sudah dicecar berbagai pertanyaan sejak satu jam terakhir. Dia bisa bernapas lega karena sesi wawancara hampir berakhir. Kak Bros mengajukan pertanyaan terakhir untuk Bintang.
"Selamat ulang tahun Bintang! Apa impian yang ingin kamu capai di usia yang ke-25 tahun ini?" Kak Peniti Bros melemparkan pertanyaan sambil tersenyum penuh arti.
"Ah, aku ingin sekali mendapatkan peran utama di film terbaru Kak Nanung Bramastyo." Mata Bintang berkilat karena semangat yang berkobar di dalam dada.
"Film yang diangkat dari novel itu?"
"Iya, Kak. Kakak tahu nggak, kalau novel itu merupakan kisah nyata dari orang terdekat penulisnya loh!" Bintang tersenyum lebar, badannya kini condong ke arah Kak Bros.
"Oh iya, aku dengar rumornya memang seperti itu. Apa judul novelnya? Boleh dong kasih tahu saya dan pemirsa di sini?" Kak Bros mengedipkan mata berusaha menggoda Bintang, demi mendapatkan informasi mengenai novel yang dimaksud.
"Sebenarnya untuk judul filmnya masih rahasia. Tapi boleh lah ya, spill judul novelnya. Second Wife karya Chika Ssi. Sebenarnya karya itu dipublikasikan di salah satu platform baca novel gratis. Kak Nanung tertarik, akhirnya beliau memutuskan untuk menghubungi si penulis dan menawarkan untuk diadaptasi menjadi sebuah film."
"Baiklah, terima kasih Bintang, sudah bersedia diundang ke acara kami! Lancar-lancar untuk casting-nya. Semoga berhasil mendapatkan peran utama!" Kak Bros beranjak dari kursi kemudian menyalami Bintang, dan acara gosip itu berakhir.
Setelah acara selesai, Bintang langsung menuju mobil pribadinya diikuti oleh sang manajer. perempuan dengan kacamata tebal itu memberitahukan jadwal Bintang selanjutnya.
"Jadi kita langsung ke lokasi casting?" tanya Bintang.
"Iya, Mbak. Apa Mbak Bintang mau makan dulu sebelum ke sana?"
"Nggak, Nja. Kita langsung pergi ke sana."
"Baik, Mbak." Senja, manajer Bintang langsung membukakan pintu dan mulai mengendarai mobil menuju lokasi casting.
Tiga puluh menit kemudian, mereka sampai di rumah produksi milik Kak Nanung Bramastyo. Bintang berjalan melewati beberapa artis lain yang ikut casting. Sebagian besar dari mereka menatap kagum pada kecantikan Bintang, sedangkan sebagian lagi menatap penuh rasa iri dan dengki.
Salah satu orang yang tidak suka dengan kehadiran Bintang adalah Bulan Purnama. Musuh bebuyutan Bintang sejak berada di bangku SMA. Perempuan itu memicingkan mata, melihat setiap gerak-gerik yang Bintang lakukan dengan tatapan penuh amarah.
"Awas ya! Kali ini kamu bakalan kalah! Aku yang bakal jadi pemeran utamanya!" Bulan berbicara lirih sambil mengatupkan giginya kuat-kuat. Sejak Bintang debut di dunia hiburan, posisi Bulan memang semakin terancam. Hampir semua perusahaan ternama yang menunjuk Bulan menjadi Brand Ambassador, berpaling dan mulai saling bersaing memperebutkan Bintang. Hal itu tentu saja membuat Bulan semakin meradang.
Asisten sutradara mulai memanggil satu per satu dari mereka. Sampai akhirnya tiba giliran Bintang. Gadis itu melangkah ke ruangan yang digunakan untuk seleksi pemain. Matanya melebar karena mendapati seorang dari masa lalunya kembali hadir. Gala terlihat semakin tampan sejak pulang dari Paris.
Lelaki itu mengubah warna rambutnya menjadi abu-abu gelap. Di area atas bibir Gala ditumbuhi oleh bulu halus. Rambutnya juga terlihat jauh lebih panjang dari terakhir kali mereka bertemu. Pesona Gala memang tidak bisa terbantahkan.
"Sebenarnya, aku sudah memilih Gala sebagai pemeran utama pria. Kamu ingin memainkan peran utama perempuan 'kan?" Kak Nanung menatap Bintang sambil menaikkan kedua alisnya.
"Iya, Kak." Bintang mengangguk mantab.
"Baiklah, mulai sekarang! Siap ... a**ction!"
Bintang tiba-tiba bergerak mendekati Gala. Lelaki itu sontak mundur satu langkah. Namun, dengan sigap Bintang menarik kerah baju Gala. Sebuah senyum miring terukir di bibir Bintang.
"Bukankah akan menjadi pahala, jika seorang istri menggoda suaminya sendiri?" Bintang mengucapkan salah satu dialog pemeran utama wanita.
Tanpa sadar, Gala menahan napasnya. Wajah mereka semakin dekat. Jantung Gala juga berdebar semakin kuat, seiring dengan Bintang yang terus memangkas jarak. Dia terus mendekatkan wajahnya dengan laki-laki itu. Seisi ruangan ikut gugup, menantikan pertemuan bibir keduanya.
"Cut!"
"Yaaahhhh!" seru seisi ruangan serempak. Bintang perlahan melepaskan cengkeraman tangannya dan tersenyum puas.
Gala menelan ludah secara kasar, lalu memalingkan pandangannya dari Bintang. Kak Nanung melambaikan tangan, meminta gadis itu berjalan mendekat. Bintang mempercepat langkahnya, kemudian berdiri di hadapan Kak Nanung.
"Bagus! Aku sudah memutuskan kamu yang jadi pemeran utama wanitanya!" Senyum lebar menghiasi bibir sutradara terkenal itu. Bintang ikut tersenyum puas, kemudian melirik Gala yang ternyata sedang mencuri pandang kepadanya.
'Jika di masa lalu aku gagal, kali ini aku pastikan dirimu akan bertekuk lutut di kakiku, Gala!'
Bintang tersenyum penuh arti, ketika memergoki Gala yang terus menatapnya diam-diam. Seakan pencuri yang tertangkap basah, Gala kembali mengalihkan pandangan, kemudian mengusap tengkuknya. Gadis itu berjalan dengan posisi badan tegak dan dagu sedikit diangkat.
Stiletto yang dipakai Bintang beradu dengan lantai, sehingga menimbulkan bunyi yang seirama dengan detak jantungnya, tenang dan teratur. Langkah gadis itu berhenti di depan Gala. Dia mendekati lelaki itu, kemudian membisikkan sesuatu kepadanya. Beberapa detik kemudian, mata Gala melebar. Bintang kembali menjauhkan bibir mungilnya dari telinga lelaki tampan itu.
"Aku tunggu, ya ...." Bintang mengedipkan mata kanannya, kemudian melenggang pergi meninggalkan Gala yang masih mematung di tempat.
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Bhebz
wow bintang, salam dari gadis Pemimpi nih
2022-04-04
1
Shaqueena Delima
apakah bintang operasi plastik biar jadi cantik...
2022-03-07
1
SyaSyi
bagus kak ceritanya
2022-03-05
1