SHE WAS UGLY
Caira Maysa Nadhira yang akrab dipanggil Aira seorang gadis yang berasal dari kampung. Aira gadis yang pintar, melamar pekerjaan sebagai sekretaris dari salah satu perusahaan terkenal yang di pimpin oleh seorang pria tampan bernama Cristian Evander yang biasa dipanggil Evan.
Saat ini Aira telah menjadi kekasih Evan. Ia sangat bahagia karena bisa menjadi kekasih seorang CEO tampan. Padahal wajah Aira bisa dikatakan jelek untuk ukuran wanita kota yang terpolesi riasan dan skin care.
Aira merasa gadis paling beruntung. Evan memanjakan dirinya dengan membeli tas dan baju yang bermerek ternama.
Tapi kenyataan pahit harus Aira terima saat ia melihat dengan mata kepalanya Evan yang sedang bermesraan di ruang kerjanya dengan mentan kekasihnya.
Aira yang merasa sebagai kekasihnya Evan tak terima ada gadis lain yang memeluk dan mencium kekasihnya.
Darah Aira terasa mendidih dan ia emosi, tanpa pikir panjang Aira berjalan ke arah Evan dan Abel mantan kekasihnya.
Aira menarik rambut Abel keras hingga wanita itu tersungkur ke lantai.
"Dasar wanita kampungan!" teriak Abel.
"Apa yang kamu lakukan?" ucap Abel sambil memegang kepalanya yang terasa sakit karena tarikan Aira yang begitu keras.
"Aku yang seharusnya bertanya, apa yang kamu lakukan dengan kekasihku?" teriak Aira tak kalah emosi.
"Kekasih? Siapa kekasihmu? Evan ...? Kau bermimpi. Bangun dan sadarlah, Evan itu bukan kekasihmu."
Evan mendekati Abel dan membantunya berdiri. Abel meringis dan dengan manjanya memeluk Evan.
"Evan, katakan sebenarnya pada gadis buruk rupa ini. Agar ia terjaga dari mimipinya. Jika kamu itu tak pernah menyukai dirinya, apa lagi mencintainya. Kamu hanya berpura-pura suka hanya untuk membuat aku cemburu," ucap Abel dengan suara manja.
"Apa maksud wanita ini, Pak Evan? Tolong jelaskan!" ucap Aira gugup.
"Aku rasa kamu cukup mengerti dengan apa yang dikatakan Abel."
"Apa?" Aira menatap Evan tak percaya.
"Jadi benar selama ini kamu mendekati aku hanya untuk membuat mantan kekasihmu ini kembali?"
"Benar! Aku memang mendekatimu untuk membuatnya cemburu dan kembali padaku."
"Ta-tapi bukankah kau-"
"Aira, kamu coba berkaca. Aku menerima kamu bekerja karena kecerdasan kamu. Sebagai karyawan kemampuan dan kecerdasan kamu memang diakui. Tapi sebagai wanita, kamu jauh dari kriteria aku. Mungkin bukan aku saja. Tapi setiap pria pasti tak ada yang menginginkan memiliki kekasih seperti kamu. Wajahmu jauh dari cantik. Penampilan kamu apa lagi."
Aira menutup mulutnya. Merasa tak percaya dengan apa yang diucapkan pria di depannya itu.
Benarkah dia Evan? Pria yang bahkan beberapa menit yang lalu masih mengatakan cinta padanya?
Aira menarik napas panjang. Mencoba menahan air matanya agar tidak keluar. Napasnya terasa sesak seiring rasa sakit yang mengalir ke ruang hatinya.
"Pak Evan yang terhormat, terima kasih atas penjelasannya. Aku jadi sadar diri. Selama ini aku pikir kamu beda dari pria di luar sana yang hanya memandangi wanita dari fisiknya saja karena itu aku terbuai dengan rayuanmu."
"Sekarang kamu udah sadar, kan?" ucap Abel. Perempuan itu menatap Aira dengan senyum mengejek.
"Aku tidak tahu apa itu cinta, sampai akhirnya aku bertemu denganmu. Tapi, saat ini juga aku tahu rasanya patah hati," lanjut Aira tanpa memedulikan ucapan Abel.
"Yang membuat aku patah hati sebenarnya bukan cinta, melainkan besarnya harapan yang kamu pertaruhkan untukku. Terima kasih telah memberi pelajaran, bahwa setiap luka akan menambah ketabahan dan selalu ada keindahan untuk dikisahkan." Aira mati-matian menahan air matanya. Sementara Evan terdiam menatap sekretarisnya itu.
" Aku akan meresapi semua makna di balik kenangan pahit yang kau berikan itu dan akan kujadikan pelajaran untuk menuju masa depan yang lebih baik. Mulai hari ini aku akan menjauh darimu. Aku mengundurkan diri dari perusahaan ini." Aira menarik napasnya. Mencoba tegar di depan pria itu. Aira tidak ingin terlihat rapuh di depan Evan.
Aira melangkah ke meja kerjanya dan menyusun semua perlengkapannya. Evan dan Abel kembali duduk di sofa memperhatikan apa yang Aira lakukan. Tampak gadis itu sedang mengetik sesuatu.
Lebih kurang lima belas menit, Aira berdiri dari duduknya. Ia berjalan mendekati Evan. Abel langsung memeluk lengan Evan begitu melihat Aira mendekati mereka.
"Ini surat pengunduran diriku. Jika aku masuk secara baik, aku juga ingin keluar dari kantor ini dengan cara baik juga."
"Aku akan mentransfer ke rekening uang pesangonmu!"
"Tidak perlu, Pak. Aku berterima kasih atas semua yang telah Bapak lakukan untukku. Aku banyak belajar dari Bapak. Bapak mengajarkan aku jatuh cinta, Bapak mengajarkan aku bagaimana dicintai, tapi Bapak juga mengajari bagaimana rasa sakit karena cinta palsu. Aku baru sadar tak ada gunanya menjadi Pelangi bagi orang yang buta warna seperti Bapak."
"Aku akan meresapi semua makna di balik kenangan pahit yang Bapak berikan ini dan akan kujadikan pelajaran untuk menuju masa depan yang lebih baik. Karena selama ini aku memang salah, aku hanya berharap pada manusia yang jelas-jelas membuatku kecewa. Seharusnya aku hanya berharap pada Tuhan bukan makhluknya."
"Aku berharap, suatu saat Bapak tidak akan menyesal karena sudah memilih kembali padanya!" Aira menatap perempuan yang saat ini memeluk Evan dengan manja. Kemudian ia melangkah pergi dengan membawa satu kardus peralatannya.
Evan melihat kepergian Aira dengan perasaan tak menentu. Dalam hatinya terdalam ia sadar telah melukai hati Aira begitu dalam. Tapi ia juga sadar jika tak ada cinta untuk gadis itu dihatinya. Cintanya hanya buat Abel.
Abel yang melihat Evan termenung, mengagetkan pria itu dengan mengecup bibirnya.
"Kenapa, Sayang? Jangan bilang kamu menyesal karena memutuskan si buruk rupa itu?"
"Apa aku tidak keterlaluan?"
"Apa maksud kamu,Sayang?" tanya Abel.
"Seharusnya aku memutuskan hubungan dengan Aira secara baik-baik bukan dengan cara begini."
"Kamu menyesal?"
"Udahlah, Sayang. Lebih baik lupakan saja yang terjadi. Kamu mau menggantikan Aira sebagai sekretarisku."
"Tentu saja, Sayang. Tapi kamu jangan bosan mengajari aku."
"Baiklah, kita mulai sekarang belajarnya." Evan mengajak Abel menuju meja kerjanya. Ia akan mengajari Abel bagaimana menjadi seorang sekretaris, karena Abel selama ini hanyalah model.
Tangis Aira akhirnya pecah di dalam taksi yang akan membawanya kekontrakan.
Akan aku jadikan sakit hati ini cambuk buat maju. Akan aku buktikan jika aku juga bisa lebih cantik dari kekasihmu itu. Akan aku buat kamu menyesal karena telah mempermainkan aku. Kamu bukan hanya menghina fisikku tapi harga diriku.
Sampai dikontrakan Aira langsung menyusun barang-barangnya. Ia tak ingin tinggal di sini lagi. Aira telah bertekad akan merubah dirinya. Tak akan ada lagi Aira si buruk rupa.
Aira pindah ke kota lain. Dengan uang tabungan yang ia miliki dari hasil menjual rumah peninggalan kedua orang tuanya Aira mencari tahu tentang perawatan wajah. Sejak hari itu ia ingin melakukan perawatan pada wajah dan tubuhnya. Ia ingin buktikan jika ia juga bisa cantik.
Bersambung
***************
Novel ini hasil Colab dari beberapa author noveltoon lainnya.
Ridz: Duda Salah kamar
Susanti 31: Hay pak guru
Nazwa Talita: Mati Rasa
Terima kasih untuk semua pembaca yang telah mampir ke novel terbaru mama ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Dwi Sasa
lanjutkan Thor
2023-08-30
0
Oh Dewi
Mampir ah...
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya (Siapa) Aku Tanpamu wajib searchnya pakek tanda kurung dan satu novel lagi judulnya Caraku Menemukanmu
2023-04-09
0
⁽⁽ଘ[🐾©️le🅾️🦋]ଓ⁾⁾
hadir mami✋✋✋
langsung Favorit 👍👍👍
2023-03-25
0