Aira memasuki gedung tinggi itu dengan mata yang terus memancarkan kekaguman. Tak pernah ia menyangka akan diterima bekerja di perusahaan sebesar ini.
Aira mengirim lamaran setelah membaca di salah satu situs online jika perusahaan ini sedang mencari seorang sekretaris. Aira mencoba mengirim surat lamaran melalui email.
Satu minggu setelah mengirim email, Aira mendapat balasan jika ia diterima bekerja di sana. Aira memang memiliki kecerdasan yang luar biasa. Itu mungkin yang menjadi salah satu pertimbangan kenapa Aira bisa diterima sebagai sekretaris di perusahaan itu.
Aira yang tidak terbiasa memakai high hels terlalu tinggi, berjalan dengan sangat pelan menghampiri meja resepsionis. Ia takut terjatuh.
"Pagi, Mbak, ruang interview untuk sekretaris di mana?" tanya Aira sopan, tangannya bertumpu pada meja agar bisa berdiri dengan tegak.
Petugas resepsionis tak kunjung menjawab, ia hanya menatap remeh pada Aira. Benarkah wanita buruk rupa di hadapannya ini yang akan menjabat sebagai sekretaris Pak Evan yang nyaris sempurna?
Orang seperti dia diterima jadi sekretaris di perusahaan ini?
Wanita itu menatap Aira dari ujung rambut hingga kaki. Melihat penampilan Aira yang jauh dari kata sempurna sebagai sekretaris dari sebuah perusahaan ternama.
"Kamu bilang mau interview sebagai sekretaris?"
Aira mengangguk, membenarkan. Sebuah senyuman terukir di bibirnya hingga memperlihatkan giginya yang terpasang kawat gigi.
"Apa kau bercanda? Mana mungkin perusahaan ini menerima orang seperti kamu menjadi sekretaris?" Sang resepsionis menatap Aira dengan senyum mengejek.
"Kalau kamu tidak percaya, ini bukti kalau saya diterima di perusahaan ini." Aira dengan segera menunjukkan semua berkas yang sudah dia persiapkan.
Sang resepsionis tampak tidak puas, tetapi detik berikutnya dia langsung bangkit dari duduknya.
"Mari Saya antar!"
Aira mengangguk kemudian mengikuti petugas resepsionis itu menuju lift yang berbeda dari karyawan lainnya. Aira ikut berhenti saat wanita di depannya berhenti menunggu pintu lift terbuka.
Aira menarik napas berkali-kali guna menghilangkan kegugupan setelah petugas resepsionis meninggalkannya seorang diri di depan ruangan CEO.
Gadis itu memperbaiki kaca mata tebal yang melekat pada wajahnya sebelum mengetuk pintu berwana hitam berkilau di depannya.
Baru satu ketukan, suara bariton terdengar dari dalam. Aira menarik napas panjang mendengar suara jawaban dari dalam.
"Masuk!"
Perlahan-lahan ia membuka pintu, lalu menampilkan senyuman terbaik ala iklan pepsondent pada laki-laki yang kini duduk membelakanginya.
"Pagi Pak, nama saya Aira. Saya ...." Mulut Aira menganga saat seseorang yang membelakanginya itu kini berbalik menghadap ke arahnya.
Sosok mahluk tampan
dengan pahatan wajah hampir sempurna kini duduk di hadapannya.
Sepertinya, saat pembagian ketampanan sebelum lahir, pria di depannya ini ada diurutan paling depan, hingga pria itu tampak sempurna dan begitu mempesona.
Aira belum pernah melihat pria tampan sebelumnya, kecuali di layar televisi atau di dalam ponselnya. Gadis itu masih terdiam, terhipnotis oleh ketampanan pria di depannya.
Sama halnya dengan Aira, Evan pun tak kalah terkejutnya melihat penampilan juga wajah Aira. Bukan terpukau melihat kecantikan Aira, tetapi ia tak menyangka bahwa penampilan dan wajah Aira sangat jauh dari segalanya dengan mantan sekretarisnya terdahulu.
Rambut keriting sebahu, dengan kaca mata tebal berwarna pink. Sangat kampungan menurut Evan, apa lagi saat melihat wajah Aira yang tidak memakai polesan make up.
Hah! Pede sakali wanita ini bepergian tanpa polesan make up? Apa dia tidak sadar kalau wajahnya sangat jelek? Dasar buruk rupa! Tak tahu malu! Evan memaki dalam hati.
Pria itu meneliti penampilan Aira dari ujung kaki sampai kepala.
'Gila! Perempuan seperti dia yang akan menjadi sekretarisku?'
Jika bukan karena kemampuan juga kecerdasan Aira yang memenuhi standar, Evan tidak akan menerimanya.
"Apa yang kau lihat? Tutup mulut itu!" tegur Evan.
Aira gelagapan, kemudian langsung menutup mulutnya dan mengusap sedikit air liur di sudut bibirnya dengan tangan, membuat Evan semakin kesal dan jijik melihatnya.
"Cuci tanganmu, saya tidak suka mempunyai sekretaris jorok sepertimu!" seru Evan dingin.
"Maaf ... maaf, Pak." Aira menunduk berlari ke arah pintu dengan susah payah karena high hels di kakinya. Baru saja akan membuka pintu, suara Evan kembali terdengar.
"Siapa yang menyuruhmu keluar? Cuci tanganmu di sana!" Pria itu menunjuk wastafel di sudut ruangan, di sana lengkap tersedia tisu juga handsanitaiser.
***
Wawancara berjalan dengan lancar walaupun sering kali jawaban Aira sedikit melenceng dari pertanyaan Evan. Kini sesi mengoreksi penampilan tiba, sesi yang ditunggu-tunggu Evan sedari tadi.
"Mulai besok kau sudah mulai berkerja, tapi ubahlah sedikit penampilanmu itu, penampilanmu jauh di bawah standar perusahaan ini. Rokmu terlalu panjang untuk ukuran sekretaris, usahakan pakai rok di atas lutut. Gunakan sedikit makeup agar wajah jelekmu sedikit tertutupi!"
"Ba-baik, Pak," jawab Aira gugup. Ia sebenarnya sedikit tersinggung mendengar ucapan Evan, tetapi ia juga sadar jika apa yang Evan katakan itu benar adanya.
"Jangan cuma baik Pak, baik Pak. Tapi dengarkan dan patuhi!"
"Iya, Pak."
"Pergilah!" hardik Evan.
"Sekarang, Pak?" tanya Aira bingung.
"Tahun depan!" jawab Evan.
Aira yang tidak tahu apa-apa dan masih polos, menurut saja apa yang dikatakan Evan, yaitu berdiri di seberang meja menunggu intruksi selanjutnya.
"Kenapa masih di sini?" ucap Evan dengan sedikit kesal.
"Tadi kata pak Evan saya perginya tahun depan," jawab Aira.
"Aira!" Evan mengeram kesal dengan gigi bergemeletuk.
"Keluar dari ruangan saya sekarang! Saya beri kamu waktu hari ini untuk mempelajari denah-denah perusahan juga tempat-tempat penting di sini!"
"Baik, Pak."
"Jangan lupa beli pakaian baru, saya mau besok penampilan kamu berubah, tidak seperti hari ini!" Evan menatap Aira dengan tajam.
Tanpa bertanya lagi, Aira keluar dari ruangan Evan, mengelilingi perusahaan seperti anak hilang. Aira tergolong wanita pintar, juga bodoh dalam beberapa hal, salah-satunya sedikit bodoh tentang dunia luar.
Beberapa kali ia berkekeliling dan sampai di tempat yang sama berulang kali, padahal perusahaan ini sangat luas, bukannya mendapat pemahaman, malah rasa sakit di bagian kaki yang ia dapatkan karena berjalan terlalu lama dengan High hels.
Dering telepon membuyarkan lamunan Aira di ujung tangga entah menuju kemana. Ia mengambil benda pipih itu dengan terburu-buru di dalam tasnya, langsung menjawab panggilan setelah mengetahui itu dari Evan.
"Kamu masih ada di kantor kan?"
"Iya, Pak, ada yang bisa saya bantu?"
"Buatkan saya kopi sekarang, dan bawa keruangan saya!"
"Baik, Pak."
Tugas baru untuk Aira, kini dirinya harus mencari di mana letak pantry kantor, untuk membuat kopi.
Sekarang Aira ada di lantai tiga, ia berjalan mengahampiri beberapa karyawan yang sedang berkerumun entah membicarakan apa.
"Maaf, boleh saya tahu letak pantry ada di mana?"
"Karyawan di bagian apa?" tanya salah satu dari mereka.
"Saya sekretaris baru pak Evan." Aira menjawab dengan tersenyum.
"Yang benar saja, sekretaris baru pak Evan modelan kayak gini? Mimpi kamu ya?" cibirnya.
"Jadi OB di perusahaan aja kayaknya mustahil diterima, apalagi sekretaris bagi Bapak Evan yang terkenal sangat perfeksionis?"
Aira menunduk, jujur saja ia merasa kesal dengan hinaan mereka, tetapi apa boleh buat, ia masih baru di sini dan tidak boleh mencari masalah.
"Pantry khusus CEO ada di lantai atas, satu lantai dengan ruangan pak Evan," ujar seseorang yang baru saja dari toilet.
"Makasih, Mbak."
Aira berjalan tergesa menuju lantai atas. Hampir saja ia tersungkur.
Bersambung.
Novel ini hasil collab beberapa penulis. Bab kedua ini ditulis oleh Susanti 31.
_*Susanti*_, dengan nama Pena *Susanti 31* merupakan seorang Penulis Wanita berusia 19 tahun asal Makassar.
Ia pertama kali berkarir diPlatfoarm Noveltoon pada tahun 2020 dengan Karya *Terpaksa Menikah* saat ini dia juga tengah digandrungi pembaca lewat Novel *Hay Pak Guru*
Karena novelnya itu, Penulis yang kerap kali mengaku sebagai Istri dari Eun Woo ini mendapatkan julukan *Sarjana Perbucinan*
Terima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Fayra
lanjut baca
2022-08-24
0
Novianti Ratnasari
Aira km harus meuk over biar ga dihina.
2022-07-03
0
EuRo
Aira semangat terus. sukses buat semua penulisnya.
2022-04-21
2