Lovely Atreya

Lovely Atreya

merencanakan sesuatu

Dublin, Irlandia

Hari yang sangat melelahkan bagi gadis bernama Atreya. Dengan usianya yang masih terbilang muda, ia sudah bisa memimpin perusahaan O'NEILL Group peninggalan mendiang ayahnya yang bernama Kevan Mark O'Neill, yang konon bisnisnya sudah melanglang buana diberbagai penjuru dunia.

Selain usahanya di bidang kesehatan, O'NEILL Group juga memiliki banyak perusahaan di bidang property. Atreya lebih tertarik meneruskan usaha sang ayah di bidang property ketimbang di bidang kesehatan yang memang kurang diminatinya.

Hari itu, tiba-tiba Claire masuk ke ruangan kerjanya tanpa permisi. Atreya yang sejenak menelungkupkan wajah lelahnya diatas meja membuat dia terlonjak kaget dengan kedatangan perempuan berambut bob berwarna pirang itu.

"Bibi Claire?" Atreya menegakkan kembali tubuhnya.

Perempuan bernama Claire itu memang selalu begitu. Kalau bukan karena ibu kandung dari kakaknya, mungkin Atreya sudah berani menegurnya. Atreya pun langsung beranjak dari duduknya, menyalami perempuan yang selalu terlihat cantik meski usianya sudah tak muda lagi.

"Rea, bibi perlu bantuan mu, sayang." ucapnya terdengar manis.

"Apa ada masalah lagi dirumah sakit?" tanya Atreya sudah bisa menduga.

Akhir-akhir ini memang Claire sering mengeluh tentang masalah dirumah sakit peninggalan sang ayah yang diserahkan pada Claire untuk dikelolanya dengan baik.

"Iya Rea, rumah sakit kita hampir bangkrut karena ada tunggakan dari asuransi Kesehatan sebesar dua juta dollar. Dan belum bisa dibayarkan karena terkendala persoalan administrasi."

"What ?? kenapa bisa begitu, bibi?" Atreya membelalakkan kedua mata saking terkejutnya. ini benar-benar gila, kenapa sejak satu tahun ini dipegang oleh Claire semuanya jadi berantakan begini? O'NEILL hospital itu sudah puluhan tahun berdiri dan selama itu aman-aman saja.

"Alasan semua klaim belum bisa dibayarkan karena salah satunya masih menunggu proses reakreditasi rumah sakit. Dan molornya proses reakreditasi karena sepertinya ada kendala diatasnya. Oleh karena itu pihak Asuransi Kesehatan tak berani memproses klaim yang diajukan O'Neill Hospital."

ucap Claire berusaha menjelaskan.

"Kalau sudah ada kendala seperti itu, kenapa anda tidak langsung mengurusnya? ini aneh sekali kedengarannya. Setau ku, dulu paman Daniel yang sudah bertahun-tahun menghandle rumahsakit tidak pernah seperti ini." tutur Atreya mulai jengah, dan memanggil bibi Claire dengan sebutan anda.

Atreya malah menduga semua ini hanyalah permainan yang dibuat oleh Claire sendiri. Namun Atreya tidak berani menuduh sebelum ada bukti-bukti atas kecurigaannya tersebut.

"Aku tau, Rea. Aku sekarang sedang berusaha menyelesaikan kemelut ini, namun kita masih perlu waktu untuk memulihkan kondisinya supaya tetap stabil. Aku harap kau mau mengucur dana sementara untuk menjaga stabilitas rumah sakit."

Mendengar hal itu malah membuat Atreya terbelalak, ia tidak menyangka Clare dengan mudahnya meminta kucuran dana kepada Atreya.

"Maaf, bibi Claire. Aku tidak akan memberikan kucuran dana lagi untuk rumah sakit. Sekarang bibi urus saja proses reakreditasi nya dulu. Dan maaf aku sedang sibuk saat ini. Silahkan bibi keluar karena masih banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan. "

Atreya mengusir Claire secara halus. Ia tidak bodoh, Atreya sudah bisa mengendus bau-bau pengkhianatan disini. Sepertinya ada yang ingin menghancurkan O'Neill Hospital melalui Claire yang sangat mudah terhasut.

"Jadi kamu mengusirku, Atreya?" ucap Claire seraya mengepalkan tangannya dikolong meja karena menahan emosi.

"Bibi Claire, aku sedang banyak pekerjaan. Untuk masalah ini aku harus membicarakannya dulu dengan kak Aaron. Aku tidak mau terlalu gegabah mengambil keputusan sendiri, apalagi ini menyangkut dana yang tidak sedikit." Sahut Atreya dengan bijak.

Namun Claire terlihat kecewa dengan keputusan Atreya. Wanita itu pun mendengus kesal seraya meranjak pergi keluar dari ruangan itu.

*****

"Aku benci anak pelakor itu. Cepat kau lakukan sesuai perintah ku tadi! Aku ingin anak itu benar-benar hancur." ucap Claire kepada seseorang di panggilan teleponnya.

"Siap nyonya. Kau tenang saja, kebetulan aku juga ingin menghancurkan adik emas ku yang selalu dibangga-banggakan itu. Bagaimana kalau kita hancurkan mereka bersama-sama" suara baritone diseberang sana begitu tegas.

"Terserah kau saja" sahut Claire lalu mematikan panggilan di ponsel pintarnya.

Malam itu setelah jam menunjukan pukul 11 malam, Atreya memutuskan untuk mengakhiri pekerjaan lemburnya dan pulang. Diperjalanan tiba-tiba suara ponselnya berdering. Ia langsung merogoh tasnya untuk mengambil benda pipih yang tengah bergetar dan mengeluarkan suara ringtone yang begitu nyaring tersebut.

"Hallo" sapa atreya.

"Atreya kau dimana?"

Kening Atreya mengernyit. "ini, Jessie?"

"Iya bodoh. Memangnya kau tidak menyimpan nomerku."

"Oops, sorry. Kontak diponselku mendadak hilang. Ada apa, Jess?"

Jessie adalah teman baru Atreya. Mereka sudah cukup akrab selama beberapa bulan terakhir. Dia seorang perawat rumah sakit miliknya yang dikelola oleh Claire. Atreya memang tidak pernah pilih-pilih dalam berteman. Dengan siapapun, dari kalangan manapun, kalau ia merasa cocok dan nyaman maka gadis blesteran itu selalu siap menjadi kawan terbaiknya.

"Aku sedang suntuk. bisakah kau menemaniku minum? aku butuh teman untuk mengobrol."

"Sorry aku tidak bisa, Jess. Aku lelah sekali hari ini, bagaimana kalau besok?" tolak Atreya lalu memberi penawaran.

"Ayolaah... sebentar saja. Aku tunggu di premier club sekarang. Awas saja kalau tidak datang!!"

"Shitt!! bisamu hanya mengancam saja Jess."

umpat Atreya dan membuat lawan bicaranya itu terkekeh diseberang sana lalu memutuskan panggilan telponnya.

Atreya pun akhirnya meminta Leon untuk memutar kembali stir mobilnya menuju ke premier club. Dia merasa tidak tega dengan Jessie yang kini mungkin hanya membutuhkan kehadiran dirinya.

"Paman Leon pulang saja duluan. Nanti aku akan pulang bersama temanku" pinta Atreya pada sopir pribadinya untuk pulang terlebih dulu, karena ia merasa kasihan dengan Leon yang sudah terlihat kelelahan itu.

"Tapi nona, ini sudah malam. Saya khawatir meninggalkan nona Atreya di club malam seperti ini."

ucap leon.

"Tidak apa-apa paman. Aku kan tidak sendiri disini, ada Jessie yang menungguku didalam. Paman kenal Jessie kan?"

Lalu Pria baruh baya itu pun mengangguk. karena sudah beberapa kali Jessie memang pernah berkunjung kerumah majikannya itu.

"Baiklah nona. Tapi jika ada apa-apa, jangan segan-segan hubungi saya."

"Pasti." sahut Atreya lalu segera keluar dari mobil sedan hitamnya menuju club malam yang sudah berada beberapa meter dihadapannya.

Terlihat Jessie melambai-lambai kan tangan didepan pintu masuk club pada gadis yang baru datang itu.

"Kenapa harus minum ditempat ginian sih, Jess? jam segini coffe shop masih ada yang buka lho."

Atreya coba menawarkan tempat lainnya sebelum mereka masuk kedalam club itu. Karena ia bukan termasuk gadis yang rutin keluar masuk club malam.

"Jess!!" Atreya menyentak karena temannya itu malah diam saja.

"Ayolaah Atreya, sekali ini saja" gadis berpakaian minim itu mendorong bahu Atreya untuk segera masuk.

"Oke, sekali ini saja." Atreya pun menyerah.

Didalam sana, Atreya mendapati pemandangan yang menurutnya agak mengerikan. Orang mabuk, pria-pria hidung belang yang dikelilingi wanita cantik berpakaian seksi, serta alunan musik yang merusak gendang telinga. Atreya tidak yakin dirinya bisa bertahan dalam waktu tiga puluh menit saja ditempat seperti itu.

"Kau mau pesan minum apa, Rea? biar sekalian aku pesankan."

"Apa aja deh" sahut Atreya.

"Oke sayang. NOTEE!!!" timpal Jessie berteriak menyaingi bingar club malam itu.

"Vodka untuk temanku yang baru datang kemari."

teriaknya lagi.

"Heyy Jess!! itu minuman memabukkan. Aku tidak mau." Atreya menolak dan hendak pergi dari sana namun segera dicegah oleh kawannya itu.

"Sedikit saja, nanti kau pasti akan ketagihan. Kalau kau tidak mau, biar aku saja yang menghabiskan" sahut Jessie terkekeh.

"Pesankan aku air mineral saja Jess!" ancam Atreya pada Jessie dengan kedua matanya yang melotot.

"Oke."

Jessie mengangkat kedua tangannya menyerah, lalu akhirnya ia pun kembali memesan air mineral untuk kawan yang dianggapnya kampungan itu. Tak lama kemudian pesanan pun datang, Vodka vs Air mineral.

" Apa masalahmu yang membuat mengajakku ketempat seperti ini? kau tau kan aku tidak pernah menginjakkan kaki ke tempat beginian sebelumnya. bagaimana kalau kakakku tau Jess?" Cerca Atreya pada gadis yang nampaknya sedang frustasi karena ada masalah itu.

"Kakak kesayangan mu itu tidak akan tau sayang. dia di Indonesia kan? kecuali jika ada yang melihatmu lalu melaporkan padanya." Sahut Jessie tertawa.

"Sialan kau Jess!!" Atreya mengumpat. dan gadis yang berada dihadapannya itu malah cekikikan seperti orang gila.

"Ayolah, tidak akan ada yang tau kau disini bersama ku." bisik Jessie seraya menyunggingkan senyuman tipisnya.

"Oke, kalau begitu aku ke toilet dulu. Kau tunggu disini dan jangan kemana-mana!!" ujar Atreya memberi peringatan sebelum beranjak dari tempat duduknya karena dia merasa kebelet ingin mengeluarkan urine yang sedari tadi ditahannya.

" Apa perlu ku antar?", temannya itu menawarkan diri.

"Tidak perlu. Aku cukup berani kalau hanya ke toilet." Atreya terkekeh sambil berlalu.

Gadis itu hanya butuh waktu sepuluh menit saja untuk mengeluarkan cairan yang sudah menumpuk diperutnya itu. Kini Atreya merasa lega dan segera kembali ke meja yang tadi dipesan bersama Jessie.

"Sudah?" Tanya Jessie dan Atreya pun hanya membalasnya dengan anggukan.

Jessie sudah dua kali meneguk minumannya itu sekaligus habis. Namun gadis itu masih terlihat baik-baik saja, ia seperti menikmati minumannya sendiri.

"Kau sudah biasa dengan minuman keras?" Tanya Atreya penasaran seraya membuka botol mineralnya.

"Yup. sejak masih kuliah aku sering kemari bersama teman-teman ku" Jawab Jessie santuy.

Atreya hanya membulatkan matanya sempurna karena ia tengah meneguk air mineralnya.

"Cobalah, Rea !! ini lebih enak dari mineral yang kau minum itu."

"Tidak! air mineral lebih menyehatkan, Jess. Lagipula harusnya kau paham akan kesehatan mu sendiri, kau kan seorang perawat."

"Memangnya seorang perawat tidak boleh minum? perawat juga manusia biasa. Sesekali butuh sesuatu yang menyenangkan dan menggairahkan. Tidak selalu mengurus orang sakit saja, itu membosankan." tutur Jessie sambil menggoyang-goyangkan badannya mengikuti alunan lagu hip-hop yang sedang di mainkan DJ di club tersebut.

Atreya terdiam. tiba-tiba kepalanya menjadi pening dan hanya duduk di sofa tanpa berkata apa-apa. Jessie melirik ke Atreya.

"Kau kenapa? ayo kita turun!", Ajak Jessie berjoget dilantai bawah.

"Kepalaku pusing Jess. aku mau pulang saja", ucap Atreya seraya memijat keningnya.

"Kau sakit? oke-oke, sebaiknya kau disini saja. aku akan turun sebentar, setelah itu aku akan mengantarmu pulang."

Atreya pun hanya mampu mengiyakan. Sementara Jessie terlihat bersemangat sekali menikmati alunan musik yang begitu keras itu.

Jessie menatap Atreya dari lantai dansa. Senyumnya tersungging begitu paham, karena apa yang direncanakannya telah berjalan dengan lancar. Obat yang ia taburkan kedalam air mineral Atreya telah mulai bekerja. Tinggal tunggu sedikit waktu lagi untuk mencapai puncaknya dan akan mempengaruhi Atreya.

.

.

.

.

Obat apa sebenarnya yang ditaburkan Jessie pada minuman Atreya ? akankan ini akan menjadi bencana bagi gadis lugu itu ?

kalau suka tolong like, vote and komentarnya ya

🤗😘

Terpopuler

Comments

Lintang Maharani

Lintang Maharani

aq suka novel nya, keren pokoknya

2021-06-15

0

Sus Siti

Sus Siti

wah parah tmnya

2021-01-06

1

Abdul Rahman Rahman

Abdul Rahman Rahman

parah

2020-07-12

2

lihat semua
Episodes
1 merencanakan sesuatu
2 pengaruh obat
3 memutuskan untuk pergi
4 kejujuran yang menyakitkan
5 bocah bernama Casey
6 pertemuan kedua
7 menunggu kepastian
8 kembali melihatnya
9 tentang Alice
10 undangan makan malam
11 Casey ingin pulang
12 pertemuan tak terduga
13 restu sang kakak
14 liburan part 1
15 liburan part 2
16 mencari tau
17 siapa ayah Casey
18 permohonan maaf
19 dua pilihan sulit
20 bimbang
21 kejutan untuk Satria
22 pemberian Matthew
23 kedua kalinya dijebak
24 ternyata ulahnya
25 berakhir sampai disini
26 hari itu tiba
27 tidak sekarang
28 ingin belajar mencintai
29 sekedar mengenang
30 perjalanan bisnis
31 perjalanan bisnis
32 pulang lebih awal
33 pada akhirnya
34 welcome to Berlin
35 permintaan ayah mertua
36 menikmati suasana pantai
37 bertemu Casey
38 terpaksa harus kembali
39 keduanya cemburu
40 bertemu teman cantik Matthew
41 menyembunyikan sesuatu
42 ingin anak perempuan
43 di pesta penyambutan CEO baru
44 tentang satria bella 1
45 tentang satria bella 2
46 ingin berteman baik
47 pulang terlambat
48 ingin masakan Atreya
49 ingin sembuh
50 dinner part 1
51 dinner part 2
52 efek dinner semalam
53 alasan ke luar kota
54 Liburan di villa 1
55 Liburan di villa 2
56 Liburan di Villa 3 (kedatangan Matthew)
57 Alunan musik cinta di villa
58 Mengantarkan dokumen penting 1
59 Mengantarkan dokumen penting 2
60 Dongeng untuk Casey
61 Ditengah-tengah kebahagiaan
62 Seperti mimpi buruk baginya
63 Kata hati Bella
64 Detak jantung si kecil
65 Menghadiri pesta pernikahan
66 Menghadiri pesta pernikahan 2
67 Kekhawatiran Matthew
68 Bisa berdampak buruk
69 Semua akan baik-baik saja
70 Welcome home
71 Menengok adik kecil Casey
72 Kenapa bisa pecah?
73 Kehadiran Baby Quinne
74 Tak kunjung pulang (menghilang)
75 Penyekapan (berusaha kabur)
76 Disandra lelaki gila
77 Campur tangan Aaron
78 Dendam masa lalu
79 Titik terang keberadaan Atreya
80 Kejahatan yang terbongkar
81 EPILOG Part Ending
Episodes

Updated 81 Episodes

1
merencanakan sesuatu
2
pengaruh obat
3
memutuskan untuk pergi
4
kejujuran yang menyakitkan
5
bocah bernama Casey
6
pertemuan kedua
7
menunggu kepastian
8
kembali melihatnya
9
tentang Alice
10
undangan makan malam
11
Casey ingin pulang
12
pertemuan tak terduga
13
restu sang kakak
14
liburan part 1
15
liburan part 2
16
mencari tau
17
siapa ayah Casey
18
permohonan maaf
19
dua pilihan sulit
20
bimbang
21
kejutan untuk Satria
22
pemberian Matthew
23
kedua kalinya dijebak
24
ternyata ulahnya
25
berakhir sampai disini
26
hari itu tiba
27
tidak sekarang
28
ingin belajar mencintai
29
sekedar mengenang
30
perjalanan bisnis
31
perjalanan bisnis
32
pulang lebih awal
33
pada akhirnya
34
welcome to Berlin
35
permintaan ayah mertua
36
menikmati suasana pantai
37
bertemu Casey
38
terpaksa harus kembali
39
keduanya cemburu
40
bertemu teman cantik Matthew
41
menyembunyikan sesuatu
42
ingin anak perempuan
43
di pesta penyambutan CEO baru
44
tentang satria bella 1
45
tentang satria bella 2
46
ingin berteman baik
47
pulang terlambat
48
ingin masakan Atreya
49
ingin sembuh
50
dinner part 1
51
dinner part 2
52
efek dinner semalam
53
alasan ke luar kota
54
Liburan di villa 1
55
Liburan di villa 2
56
Liburan di Villa 3 (kedatangan Matthew)
57
Alunan musik cinta di villa
58
Mengantarkan dokumen penting 1
59
Mengantarkan dokumen penting 2
60
Dongeng untuk Casey
61
Ditengah-tengah kebahagiaan
62
Seperti mimpi buruk baginya
63
Kata hati Bella
64
Detak jantung si kecil
65
Menghadiri pesta pernikahan
66
Menghadiri pesta pernikahan 2
67
Kekhawatiran Matthew
68
Bisa berdampak buruk
69
Semua akan baik-baik saja
70
Welcome home
71
Menengok adik kecil Casey
72
Kenapa bisa pecah?
73
Kehadiran Baby Quinne
74
Tak kunjung pulang (menghilang)
75
Penyekapan (berusaha kabur)
76
Disandra lelaki gila
77
Campur tangan Aaron
78
Dendam masa lalu
79
Titik terang keberadaan Atreya
80
Kejahatan yang terbongkar
81
EPILOG Part Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!