100 Hari Pertama Menjadi Janda
Drttttt….drtttt... beberapa kali suara panggilan masuk dari ponsel Dani berdering. Rania melihat ke arah ponsel yang tak sengaja ditinggalkan diatas meja makan.
"PRS…" nama si penelpon.
"Dani ke toilet, apa aku angkat ya…" gumam ku Rania, sambil merapikan bekas piring bekas makan siang. Ponsel baru saja akan Rania ambil, tiba-tiba Dani muncul dari belakang dan meraih paksa ponsel itu dari tangan Rania. Tersentak, begitu rasanya.
"Kok, dimatikan mas?" Gumam Rania, masih terkejut atas ulah suami yang dinikahi 9 tahun yang lalu.
"Gak ...gak penting" jawabnya ketus sambil berlalu menuju kamar. Dani yang selama 9 tahun pernikahan tak pernah menunjukkan sikap "nakal", tentu tidak menimbulkan kecurigaan apapun di hati Rania. Kecuali, jika flashback ke masa-masa pacaran, Dani adalah petualang cinta.
Setelah kejadian siang itu, semakin sering panggilan ponsel masuk dengan inisial singkatan nama. Rania mencoba tetap berpikir positif. Meskipun, banyak hal tak biasa ditunjukkan suami mapan itu. Dani yang notabene seorang programmer handal, memegang sebuah perusahaan yang bergerak dibidang jasa konsultan IT untuk beberapa kantor pemerintahan daerah. Itu sebabnya, Dani sering meninggalkan Rania dan anak-anaknya dirumah untuk keluar kota menemui klien nya.
"Ma, besok aku ke Semarang ya…" celetuk Dani sambil sibuk dengan ponselnya.
"Keluar kota lagi pa?, Baru dua hari ada di rumah". Gerutu Rania sambil menyuapi Zidan, putra kedua mereka.
"ya kan ini klien dari Semarang mau kontrak baru, nilai kontraknya besar loh ma, 3 milyar" ucap Dani bersemangat.
Tapi tidak dengan Rania, sebab sebesar apapun pendapatan suami tajirnya ini, Rania hanya dijatah 2 juta per bulan untuk semua kebutuhan rumah dan anaknya. Jika Rania mengeluh dengan minimnya uang belanja tersebut, Dani akan marah, dan menuduh Rania boros dan tidak bersyukur. Enggan dengan perdebatan, Rania memilih diam. Untuk memenuhi kebutuhannya, Rania berjualan bento food untuk bekal anak sekolah. Langganannya adalah teman-teman Azka, putra pertama mereka.
Kadang, Rania merasa kehadirannya tidak lebih dari seorang pembantu, bagaimana tidak, meskipun ia menempati rumah hasil kerja suaminya, namun sang mertua tinggal bersamanya. Alasannya hari tua ingin dihabiskan bersama anak-anaknya. Sebenarnya, Dani masih memiliki 3 orang adik yang tinggal di kota yang sama. Hanya saja, dari ketiga orang saudaranya, hanya Dani yang mapan secara ekonomi.
Hampir seluruh pekerjaan rumah ia kerjakan sendiri. Mulai dari memasak, mencuci, mengepel, bahkan jika sehari saja Rania tidak mengepel karena sakit, sang mertua langsung mengomel mengatainya pemalas.
"Suami, mau sukses mbok ya didukung to Rania, kamu pikir biaya kamu belanja itu tinggal gesek apa?!" Celetuk Nani, ibu mertua Rania yang sedari tadi sengaja menguping pembicaraan suami istri ini.
"Gak gitu Bu...cuma…" baru saja Rania ingin memberi penjelasan sudah dipotong ibu mertua.
"Halah….kamu ini kalau dikasih tau ngeyel!" Saut mertuanya lagi dan lagi, berhasil membuat Rania terpaku, seolah bersalah
"Kamu sih ma, selalu bikin ribut! Tinggal nerima jatah aja sok ngatur" gertak Dani sambil menutup laptop dengan kasar dan masuk kamar. Dan lagi, pertengkaran itupun seolah dimulai karna Rania.
Rania membantu Dani memasukkan pakaian kedalam koper kecil yang biasa digunakan ketika keluar kota. Saat sibuk menata, Rania tak sengaja menemukan sebuah botol, botol minyak yang tak asing lagi.
"Astaghfirullah, buat apa papa bawa ini…" gumam Rania membaca tulisan di botol itu, minyak kayu hitam Kalimantan, yang terkenal berkhasiat untuk obat penambah stamina pria.
"Ngapain kamu ngecekin satu-satu barang aku?!" Dani tiba-tiba muncul.
Akhir-ahir ini bahasa dan cara bicara Dani lebih ketus dari biasanya. Bahkan Rania merasa banyak hal yang dirahasiakan Dani darinya. Hanya saja, Rania tidak punya cukup bukti untuk berprasangka. Apalagi, ponsel Dani pun telah di password, dan Rania tak diijinkan menjamah ponsel suaminya itu.
"Engga mas, kok kamu bawa-bawa ini ke Semarang?" Rania mencoba memberikan pertanyaan pada Dani.
" Itu pesanan klienku di Semarang!" Jawab Dani ketus dan singkat.
Rania hanya melirik kemasan itu,
"sudah terpakai…." Gumamnya.
***
"Aku berangkat ma" sebuah koper siap dimasukkan kedalam bagasi mobil.
"Pa, berapa hari di Semarang?
"5 hari!" Jawab Dani singkat.
"Pa, kalau begitu, uang belanja bulanannya aku minta sekarang ya pa. Kan jatah bulanan tinggal dua hari lagi." Pinta Rania.
Ia tak punya pilihan lain selain meminta pada suami. Hasil laba usahanya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan dapur dan jajan anaknya. Ya, makan dengan mertuanya yang serba harus berbau daging. Padahal Rania dan anak-anaknya tak begitu gemar makan daging.
"Gak bisa. Kamu tunggu sampai aku pulang!" Ucap Dani sambil menutup pintu mobil. Seketika, mobil Toyota Lexus melaju kencang.
Selama lima hari di Semarang, jarang sekali Dani berkirim kabar. Kecuali saat sang anak minta Vidio call. Itupun harus mengirim pesan wa terlebih dulu. Tepatnya janjian. Jika tidak, maka bersiap Dani marah. Alasannya rapat, sedang ngobrol dengan klien, meskipun Rania menelpon diatas jam 22.00.
Ada perasaan aneh yang merasuki hati Rania. Dani bisa bersikap manis saat dia menginginkan nya, dan kasar semaunya. Dia bersikap lebih romantis saat di ranjang. Sering Dani sengaja melihat video-video panas yang ia download dari situs luar negeri. Adegan itu kemudian dia praktekkan pada Rania. Hubungan ranjang yang panas, namun dalam komunikasi lainnya terasa dingin.
Malam itu, Rania merasa sangat gelisah. matanya enggan terpejam, meskipun dia merasa lelah seharian. Ya, tadi dia mendapatkan pesanan dadakan untuk acara ulang tahun, Rangga, teman sekolah Azka. Rangga ingin memberikan santunan anak yatim di Rumah Yatim Ibu Setyowati. Rumah yatim ini menampung 100 anak yatim. Jadi, pesanan 100 box nasi bento adalah rejeki yang tidak terduga bagi Rania. Mengingat ancaman Dani yang menunda memberikan jatah belanja bulanan sampai dia kembali dari Semarang.
Mata masih juga enggan terpejam. dua anak kesayangannya telah lelap tidur sejak tadi. jam dinding menunjukkan pukul satu dini hari.
"agh...kenapa perasaanku gelisah begini" gumam Rania.
Untuk menghilangkan suntuknya, ia mencoba membuka aplikasi berwarna biru. Banyak notifikasi masuk, tapi jarang sekali Rania mempedulikan. Bukan tanpa alasan, waktunya sangat padat untuk mengurus anak, suami, rumah, dan usahanya. Meskipun usaha online sedang tranding, tapi Rania terlalu gaptek untuk ini. Kali ini dia sangat penasaran dengan sebuah notifikasi dari messenger, dari seorang anak-anak yang usianya dapat diperkirakan belum genap tiga puluh tahun.
Sebenarnya, perempuan ini telah mengirimkan notifikasi ini sejak dua bulan lalu, namun entah kenapa, Rania abai. Rania iseng membuka message dari perempuan itu "Pina Riana Sari" . isinya sangat singkat
"Assalamualaikum Bu, benar ini dengan ibunya Azka?"
Sebelum menjawab, Rania memberanikan diri membuka profil Pina Riana Sari.
Seorang perempuan, tinggal di Madiun, dan bekerja di salah satu bimbingan belajar, yang vendornya di pegang oleh perusahaan CV IT Solution. Rasa penasaran mulai menggelayut. Rania terus scroll beranda wanita ini. Betapa terkejutnya ia mendapati bahwa rencana, hari ini, ia juga akan ke Semarang.
Rania memberanikan diri membalas pesan.
"ya, saya ibu Azka. Ada yang bisa saya bantu, mba?". Rania masih berharap, bahwa yang mengirim pesan ini kerabat dari teman-teman Azka di sekolah.
Cukup lama tak mendapat balasan. ah...Mungkin karena waktu sudah tengah malam. Tak berselang lama, Rania tertidur.
Esok Harinya ...
" mama...mama..." dipanggil uti. Sebutan Azka pada neneknya.
Seketika Rania terperanjat. "astaghfirullah, jam 5" Rania hampir saja terlambat. Setiap hari ia harus bangun sebelum subuh, mengerjakan semua pekerjaan rumah dan kemudian menyiapkan anaknya ke sekolah, sambil membawa bento pesanan. Sebelum ke dapur, Rania tidak melupakan Sholat subuh.
"Rania.....Rania...." teriakan ibu mertua membahana mengisi rumah minimalis tipe 54.
"ya Bu..." Rania menyahut dengan lembut, sambil menuruni anak tangga rumah yang cukup mewah itu.
"kamu itu, mentang-mentang suami ga ada, malah enak-enakan bangun siang!" celetuk mertuanya dengan nada yang sudah sangat familiar bagi Rania.
"Maaf Bu, semalam ga bisa tidur"
"sudah...itu cepet buat sarapan, nanti kalau telat, kita mau makan apa?!"
Hal seperti ini, sebenarnya sudah sangat sering ia terima sejak tinggal di rumah ini. Akan tetapi tetap saja menyakitkan.
Sembari menunggu Azka di sekolah, dan Zidan yang tertidur di strolernya. Akhirnya Rania punya waktu untuk membuka notifikasi mesengger yang masuk dua jam yang lalu.
"perkenalkan, saya Pina"
"saya Rania, mba. salam kenal"
"salam kenal Bu Rania"
perkenalan yang sangat akrab.
"maaf lama merespon, saya jarang buka aplikasi ini mba"
balas Rania. Hatinya menggebu ingin mengetahui siapa perempuan bernama Pina ini.
"Mba, apakah mba kenal dengan Pak Dani Mahendra?"
tanya Pina.
"Dani Mahendra pemilik IT Solution?"
tanya Rania, kuatir salah orang.
"iya Bu. pemilik CV IT Solution" jawab Pina.
"ya. Dia suami saya mba" Jawab Rania mantap.
Cukup lama tak ada balasan. hingga akhirnya Rania beranikan bertanya.
"Anda siapanya suami saya?"
"saya teman dekatnya Pak Dani Bu"
Kecurigaannya semakin bertambah. sepertinya perempuan ini membutuhkan informasi dari Rania. Jika tidak, untuk apa dia menghubunginya. Bukankah dia pasti memiliki nomer ponsel Pak Dani?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
vita veliana
baru mampir thor😊😊🙏🙏🙏
2023-02-15
3
Stanalise (Deep)🖌️
Istri bukan mesin beranak doang loh om, dia tempat berbagi cerita, berhak kritik kamu.... Jan egois Napa
2022-09-23
2
Stanalise (Deep)🖌️
Ya kalo anak nya tiga ya mana cukup Weh... blom blanja makan sehari-hari, duit jajan mereka, blom bayar sekolahnya... Cowok apaan kau ini, pen nabok sumpah
2022-09-23
1