Pak Dani baru saja terlelap tidur setelah sebelumnya aku beri dua butir obat tidur yang sudah aku siapkan sebelumnya. Satu tahun menjalin hubungan dengannya, membuka satu persatu tabir kebohongan yang selalu ia racik bersamaan dengan rayuan maut dan janji manis.
Ya, awal perkenalanku dengan mas Dani adalah ketika acara meeting tahunan di kantor pusat. Pesona Pak Dani memang tak bisa dipungkiri. Sebagai pimpinan sebuah perusahaan IT ternama dalam usia yang masih tergolong muda, 35 tahun.
Aku yang ditugaskan perusahaan untuk mengajukan perpanjangan kontrak dengan perusahaan Pak Dani, secara otomatis selalu melakukan kontak baik secara langsung maupun melalui seluler. Tidak aku pungkiri, Pak Dani itu friendly, humoris, dan loyal. Tiap mampir ke Madiun, dia selalu minta diajak jalan-jalan, makan-makan, Pak Dani yang traktir tentunya.
Sampai akhirnya, pada bulan April 2016, Pak Dani mengajakku untuk menjalin hubungan lebih dari seorang teman. Tepatnya pacaran!
Dia yang mengaku bujangan, mapan, dan loyal akhirnya berhasil menarik hatiku yang baru saja putus dari mantan terindah. Ah….rasanya mudah sekali jatuh ke pelukan Pak Dani.
Kami sangat intens berhubungan secara virtual melalui aplikasi WhatsApp. Mas Dani juga rutin melakukan Vidio Call pada jam kerja, hanya pada jam kerja. Selain jam kerja, dia tak mau aku menghubunginya, selain dia yang akan menghubungi terlebih dahulu. Hemmm...agak aneh. Sempat kutanyakan mengapa, dia bilang karena dia ingin fokus istirahat ketika dirumah, well.
Rindu sudah sangat membuncah. Rayuan pak Dani membuatku sangat penasaran, penasaran yang lebih dari sekedar rekan kerja. Sejak memutuskan menerima cinta Pak Dani, kami belum sekalipun bertatap muka. Perbincangan kami setiap hari adalah beradu rindu, cumbu, dan candu. Awalnya hanya saling bertanya kabar dan aktivitas, semakin lama, semakin mengarah pada sensasi seksualitas. Entah mengapa, tubuh ini tak menolak. Ya, seperti yang aku katakan diawal, rindu, cumbu, hingga menjadi candu. Bahkan semakin hari perbincangan kami lebih mengarah pada perbincangan mengenai konten-konten dewasa, ketimbang perbincangan mengenai hubungan ke jenjang yang lebih serius.
Januari 2017
Akhirnya, kami memutuskan untuk bertemu di Jakarta, ya, sekalian jalan-jalan, kata Pak Dani.
Tiket kereta api aku beli dengan uangku sendiri. Di Stasiun Senen, Pak Dani dengan senyum manisnya menyambut kedatanganku. Ia dengan sigap Menenteng tas ranselku dan menggandengku menuju tempat parkir kendaraan.
"Masuk, non…" ucap Dani sambil membuka Lexus keluaran terbaru.
Aku duduk di bangku sebelah kemudi. Tas ransel diletakkan di jok belakang. Kendaraan melaju cukup kencang, hingga akhirnya terjebak macet.
"Hemmm...beginilah dek kehidupan Jakarta" gumam Pak Dani.
"Macet ya pak…." Jawabku basa basi
"Loh...kok manggil Bapak, ga enak donk. Lagian kan saya belum Bapak-bapak…, nih...nih….emang kayak Bapak?!" Ucap Pak Dani sambil bergurau, dan dengan genit mencubit daguku. Ada sensasi luar biasa saat itu. Entahlah, seperti aku rela diapakan saja.
Tak berselang lama, macet pun terurai, kendaraan kami masuk ke sebuah lobi hotel bintang tiga di kawasan Jakarta.
Tanganku segera ditarik oleh Pak Dani, eh….Mas Dani. Sepertinya dia sudah chek in terlebih dahulu.
Baru saja pintu kamar ditutup, Mas Dani langsung menyandarkan aku ke dinding pintu. Sebuah kecupan mendarat di bibirku, tanpa permisi terlebih dahulu. Lagi, aku seperti tak memiliki daya untuk menolak.
"Mandi dulu, biar wangi, nanti kita lanjut…" ucap mas Dani setelah memberikan ciuman yang baru pertama kali aku rasakan. Ciuman yang baru saja aku pelajari, dan lagi, membuat candu.
Aku memasuki kamar mandi yang ukurannya tidak begitu besar. Aku mandi dengan shower air hangat. Tapi seketika aku lupa membawa baju ganti. Sedangkan baju yang tadi kupakai sudah terciprat air shower. Dengan ragu aku keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk yang tersedia.
Begitu pintu kamar mandi di buka. Aku terkejut, ternyata Mas Dani telah menunggunya dibibir pintu. Tanganku ditarik menuju ranjang. Lagi, tak ada penolakan dari aku. Tubuh ini seperti dibuat tak berdaya olehnya.
"Jangan mas…."
Bujukku ragu
"Ayolah, Pin...aku janji akan menikahi kamu setelah ini" rayu Mas Dani, yang membuat aku semakin tak berdaya. Setan Telah menguasai aku. Hingga aku tak punya kata-kata lagi untuk menolak. Kami pun melakukan hubungan layaknya suami istri.
Hal ini terjadi berkali-kali, selama aku berada di Jakarta. Di hotel yang sama. Alih-alih diajak jalan-jalan, kami malah lebih sering berada di hotel untuk melancarkan aksi menunaikan rindu, cumbu, dan napsu.
Setelah kejadian di hotel itu, aku menjadi lebih posesif pada Mas Dani. Telpon, chat darinya, seperti sebuah penawar dikala sakau, haus akan cumbu yang pernah ia beri secara langsung di hotel.
Maret 2017
Mas Dani semakin hari semakin sulit dihubungi. Kadang dia seperti salah memanggil nama panggilanku.
"Dek…, ma… "
Entah apa yang membuatku semakin posesif padanya. Apakah aku merasa bahwa kuatir dengan status yang tidak perawan ini?!
Aku baru saja tersadar bahwa aku telah melakukan dosa besar. Tapi satu sisi, semua tentang Mas Dani adalah candu...candu yang membuatku tak ingin jauh darinya. Tak ingin kehilangan kabar meskipun hanya sehari.
Kesadaran aku perlahan mulai membaik, ya, mungkin kejadian kemarin seperti efek narkoba yang menguasai tubuhku. Beberapa kerabat dekat mengatakan bahwa aku ini di guna-guna. Karena sangat mengagumi mas Dani. Seorang rekan kerjaku yang juga mengenal Mas Dani menegurku di sela-sela aktifitas packing modul belajar.
"Pin, kamu yakin pacaran sama Pak Dani?"
Tanya Riska, rekan kerjaku.
"Ya, yakinlah...kita sama-sama sudah siap serius". Jawabku santai.
"Memangnya, kamu dah kenal sama latar belakangnya dan keluarganya Pak Dani ya Pin?" Sebuah pertanyaan yang membuatku tersentak. Ternyata, aku sama sekali belum mengenal Mas Dani selain tentang pekerjaannya, bahkan keluarganya pun aku tidak tau!
"Oh...itu. mas Dani janji akan mengenalkan aku saat lamaran". Aku terpaksa berbohong.
Sejak perbincangan itu, aku rajin berselancar di akun Facebook mencari nama Dani Mahendra, sial, tak ditemukan, Instagram pun tak menunjukkan satupun orang dengan identitas profil yang ku maksud.
Apa mungkin, orang IT sepopuler Dani Mahendra tidak punya social media?
Rasa penasaranku ternyata terbayarkan, aku mencurigai satu akun bernama Azka Zidan, tapi foto profilnya seperti aku kenal. Klik….aku menekan tombol lihat profil, dan benar saja, ini Dani Mahendra! Tapi….tapi siapa ini? Dua anak kecil berusia batita dan balita dan seorang perempuan di tag di foto tersebut, @Rania Mahendra, sontak membuat mataku bulat memanas, dada bergemuruh. Bagaimana tidak. Diberanda akun tersebut banyak sekali foto-foto kebersamaan Mas Dani dan yang terduga keluarganya, tepatnya, anak dan istrinya.
Aku memberanikan diri menjadi stalker untuk perempuan bernama Rania. Jatung aku nyaris copot, ketika melihat postingan Rania, lebih banyak tentang Mas Dani dan dua anak laki-lakinya.
Aku pun mencoba menghubunginya melalui messenger , tapi saya, tidak juga dibalas. Bahkan online pun tidak.
Setelah mencoba menenangkan diri, aku mencari ide untuk menanyakan perihal ini secara langsung. Percuma jika melalui telpon. Oke…kita harus bertemu mas, aku butuh penjelasan darimu!
Pagi ini di kantor Bimbingan Belajar Putra Semesta sedang sepi. Aku sudah menyiapkan strategi untuk menjebak Mas Dani pada sebuah pertemuan, dan akan aku pertanyakan kejujurannya!
"Assalamualaikum mas, dah sarapan…?"
aku menyapa melalui aplikasi WhatsApp .
"Walaikumsalam, sayang...belum sempet nih…" tak berselang lama Mas Dani menjawab.
"Loh...kok belum. Sarapan donk yang...nanti kamu sakit🤗" bujukku manja, sambil menyelipkan icon peluk sayang.
"Oke siap sayang😘" balas Mas Dani sambil menyelipkan emote kecupan. Agh… Dasar lelaki bu*ya!
"Yang...kangen nih. Ketemuan yuk!" aku merajuk setengah memaksa.
"Loh...mas sibuk yang…" balas Mas Dani. Belakangan dia semakin terlihat sibuk. Hilir mudik ke beberapa kota. Sesekali ia memposting diri sedang di Bali, kemudian Bandung, Palembang. Lalu, sekarang dia beralasan akan ke cabang Semarang.
"Mas, kan katanya mau ke cabang Semarang.
"Oh….em…(emote berpikir)" cukup lama mendapat kepastian jawaban dari mas Dani.
"Oke, sayang, gini...mas di Semarang 5 hari, tapi kamu di Semarang 2 hari aja ya. Soalnya mas harus ke lokasi proyek pemasangan jaringan. Jadi ga mungkin ngajak kamu". Yes sebuah kesempatan. Tanpa banyak negoisasi, aku terima penawaran berharga itu. Seandainya ia hanya diberi waktu satu jam pun, ia akan berusaha untuk memanfaatkannya. Yes, semoga misi berhasil!
April, 2017
Moment pertemuan kami di Semarang amatlah sempurna, bertepatan dengan ulang tahunku yang ke dua puluh enam. Seperti biasa, kami janjian di stasiun Tawang. Mas Dani baru satu jam tiba, ketika kereta yang ku tumpangi tiba.
Check in hotel
Mas Dani memesan sebuah hotel bintang tiga untuk kami menginap. Ingin sekali rasanya bisa menginap di hotel bintang lima. Tapi, Mas Dani seolah enggan mengeluarkan banyak budget untuk sekedar 'tidur'.
Seperti biasa, meskipun belum sempat melepas lelah, Mas Dani sudah minta 'jatah' mantap-mantap. Aku yang masih setengah-setengah sadar, akhirnya mau saja menuruti hawa nafsunya.
Selesai bercembu, aku bersandar dibahu mas Dani. Sengaja, supaya aku bisa mencuri-curi pandang ke ponselnya. Ku arahkan ingatanku untuk menghapal setiap pijitan pada tombol monitor sang Bu*ya ini. Agar tak menimbulkan kecurigaan, aku sambil mengajaknya berbincang.
"Mas…"
"Hemmm…" jawab Mas Dani sambil tetap asik dengan ponselnya.
"Kapan mas mau nikahin aku…?"
Pertanyaan ini bukan sekedar basa basi. Bagaimanapun laki-laki ini telah merenggut keperawanan ku. Mas Dani harus segara bertanggung jawab!
"nanti kalau proyek Mas Dani goal, mas Dani akan segera melamar kamu, sayang". Ucapnya merayu.
"Tapi, kapan mas…?"
"Nanti aku hamil loh!" Celetukku. Aku pun takut apa yang aku ucapkan menjadi kenyataan.
"Jangan gitu dong de...kan kita dah sepakat, kalau gak akan hamil dulu sebelum kita nikah dan punya rumah". Hati Pina memanas. Itu bukan sebuah kesepakatan, melainkan paksaan.
Ketika di Jakarta, aku pernah mengajukan pertanyaan, mengapa aku tak dibawa ke rumahnya saja. Alasannya, karena dirumahnya sedang ada keluarga besarnya. Mas Dani takut terlalu banyak pertanyaan yang akan diajukan padaku, sehingga membuatku tak nyaman. Okelah. Setelah memberikan janji akan menikahi, mas Dani juga memberikan perjanjian-perjanjian lain yang sifatnya menunda pernikahan. Aghhhh ...mengapa aku tak bisa memprediksi ini.
Akhirnya aku bisa menghapal password ponsel Mas Dani. Aku mengambil dua butir obat tidur yang aku beli di sebuah apotik di Madiun. Mudah saja aku mencampurnya kedalam softdrink yang kami beli di supermarket sebelum menuju hotel. Sempurna, malam ini mas Dani tidur cepat dan pulas. Aku berhasil membuka ponselnya dengan mudah.
Sebelum aku mencoba membuka ponsel, ternyata baterainya habis. Aghhh...oke ada waktu untuk mengisi daya. Ini ponsel Apple keluaran terbaru. Jadi cepat untuk mengisi daya.
Sembari menunggu ponsel terisi. Aku sempatkan mengecek aplikasi berwarna biru. Ternyata, ada balasan dari akun Facebook Rania Hendrawan. Jantung rasanya berdegup tak menentu. Mungkin ini saatnya membuka tabir kebohongan Mas Dani.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
tina yusuf
jangan cepat percaya dengan di Dani
2023-02-16
0
zhA_ yUy𝓪∆𝚛z
sebelnya minta ampun...
dasar buaya...
apalah bilangnya kayaknya gak cukup
2022-05-22
0
Ilmara
si Dani fix udah gak waras 😂
2022-05-11
0