Dani tiba lebih awal dari jadwal yang ia janjikan. Ada perasaan campur aduk saat menyambut Dani kali ini. Entah Rania harus berbahagia, atau bersiap menyerang Dani dengan pertanyaan tentang perempuan bernama Pina.
Rania memutuskan untuk mencari waktu yang tepat untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan ini.
Dani meletakkan koper dengan kasar.
"Mau aku buatkan kopi mas?"
Sapa Rania berusaha menutupi perasaannya.
"Ya". Jawab Dani singkat seraya duduk di sofa tamu.
"Papa...papa…." Seketika anak-anak berteriak memanggil papanya karena rindu. Hati Rania terasa tertusuk. Ini mengapa ia rela mempertahankan rumah tangga tak ideal, hanya untuk anak-anaknya!
"Eh...anak uti sudah pulang" sapa mama mertua yang baru saja pulang arisan.
"Iya. Uti…" jawab Mas Dani singkat.
"Kok pulang lebih cepat?. Apa karena ditelpon terus sama istri kamu itu?!" Selidik mama. Ujung matanya tertuju padaku yang sedang menyandingkan kopi dihadapan Mas Dani.
"Uti, nanti kita akan bicara soal ini! Jawab Mas Dani ketus. Ada perasaan tertusuk. Entah mengapa, aku merasa bahwa yang akan dibicarakan adalah tentang aku.
Malam hari tiba….
Udara diluar cukup dingin menusuk. Aku memutuskan menidurkan anak-anak lebih awal, supaya bisa bertanya mengenai kebenaran adanya perselingkuhan. Meskipun aku sendiri ragu, apakah akan dijawab jujur. Meski bukti telah nyata. Sebuah pesan masuk ke aplikasi WhatsApp.
"Bu Rania, kemarin aku bertengkar hebat dengan Pak Dani". Isi pesan dari Pina.
"Kenapa…?" Tanyaku singkat.
"Ya. Setelah berhasil membuka password ponsel. Aku screenshot percakapan mesranya dengan perempuan bernama Renata Puspita. Aku juga membajak WhatsApp Mas Dani, melabrak Renata, dan meng-copy foto-foto mesra mas Dani dengan perempuan lain, ibu mau lihat?!" Ucap Pina merasa lebih unggul pengetahuan tentang suaminya dibanding dirinya.
"Apa maksud kamu?!" Jawabku mulai terpancing emosi.
"Aku hanya ingin ibu tau, bahwa selama ini Mas Dani berkencan dengan banyak wanita!" Ucapnya.
"Dan kamu Pina. Kamu salah satu dari wanita yang mudah diperdaya bukan?!" Aku mulai terpancing emosi.
"Aku hanya korban, Bu!" Pina mencoba membela diri.
"Korban karena kebodohanmu sendiri. Bermain asmara dengan laki-laki yang belum jelas identitasnya!" Jawabku mulai berurai air mata.
"Oh...ibu sepertinya merasa lebih baik dari saya. Tapi ibu harus tau. Hasil dari pertengkaran kami kemarin adalah sebuah kesepakatan!" Balas Pina seolah ingin memberikan sebuah fakta. Aku dia tidak membalas. Hanya bisa menangis dan meratapi nasib. Ingin rasanya ia menghampiri Dani yang asik dengan laptop di ruang kerjanya. Tapi, ia masih mengumpulkan keberanian. Ia sangat enggan ada pertengkaran, yang ujungnya selalu dicampuri oleh keluarga besar Dani.
"Maaf Bu Rania. Mas Dani berjanji akan menikahi saya. Dan bersiap menceraikan anda!" Tak berselang lama Pina kembali mengirimkan pesan, sepertinya, kehadiran Pina bukan lagi untuk bertanya siapa Dani. Melainkan memiliki misi menjatuhkan mental Rania. Nadanya berubah menjadi nada meneror, teror tentang perpisahan dan perceraian.
Rania merasa kacau. Dia tidak bisa mengendalikan diri. Emosi mendorongnya untuk bangkit dari ranjang, menuju ruang tempat kerja Dani. Sayang, sebelum langkahnya sampai ke ruangan 3x4 meter itu, Rania mendengar percakapan antara Dani dan ibu mertuanya. Sangat jelas dan seperti tidak berusaha disembunyikan.
"Ibu sudah bilang berkali-kali, Dan. Ceraikan aja itu si Rania. Punya istri kayak dia itu gak guna! Ga bisa nyari duit, ga bisa dandan, kerjaannya malah menghancurkan relasi kamu!. Apa yang mau dipertahankan!" Ibu berbicara seolah itu harus didengar Rania juga. Bu Nani berpikir bahwa Rania berada di kamar tidur, sehingga bicaranya sengaja di besar-besarkan, supaya Rania mendengar!
"Iya, Bu. Bagaimana aku gak jengkel. Dia itu bongkar masalah keluarga ke klien aku. Kalau nanti pengaruh ke kerjasama perusahaan gimana?, Proyek aku hilang?!" Gerutu Dani.
"Pembawa sial memang!" Lanjut Dani.
Jantung Rania seakan berhenti. Kalimat pembawa sial sering ia lontarkan jika Dani gagal dalam tender proyek nya, atau karena Rania menghabiskan banyak uang untuk berobat ayah kandungnya di kampung.
"Bu, mas Dani...aku minta maaf kalau selama ini aku selalu membawa sial untuk kalian!, Tapi ibu harus tau juga, kalau mas Dani sudah berselingkuh dengan perempuan bernama Pina di Madiun, Pina yang menghubungiku lebih dulu, bukan aku yang buka aibmu!" Rania tiba-tiba masuk kedalam ruang kerja tempat ibu mertua dan suaminya berbincang.
"Kamu, gak sopan bicara teriak-teriak sama mertua dan suamimu!" Bentak ibu mertua.
"Maaf Bu...tapi ibu perlu tau bahwa aku ga salah!, Jangan selalu menyalahkan aku,Bu!" Ini kali pertama Rania melalukan perlawanan. Biasanya, meskipun ia dipojokkan, dihina, bahkan dijadikan babu, Rania selalu diam dan mengalah. Tapi kali ini, ia tak kuasa lagi. Ia sangat terintimidasi dengan kata-kata Pina tentang janji pernikahan mereka.
PLAK**
Sebuah tamparan mendarat di pipi Rania. Sebuah tamparan yang berasal dari suami yang amat ia rindukan pelukannya. Tapi, nyaris yang ia terima selalu kekerasan verbal, dan kali ini kekerasan fisik.
"Berani kamu bicara lancang pada ibuku!"
Bentak Dani setelah melepaskan tamparan.
"Perempuan gak tau di untung kamu!, Sudah untung saya mau nampung kamu dirumah ini, cuma makan tidur dapat duit!, Masih mencari kesalahan suami!" Cecar Dani.
"Bagaimana Dani gak cari perempuan lain?, Ngaca!, Kamu tuh didepan suami gak pernah dandan, bau, dan ga mandiri!, Mana hasil uang usahamu, gak jadi apa-apa kan?!" Ibu mertua tak kalah mencecar Rania dengan perkataan yang sebenarnya sudah terlalu sering Rania dengar, tapi tetap terasa sakit.
"Uang...uang Bu?, Bukankah ibu tau berapa yang mas Dani beri untukku?, Itu hanya cukup untuk kebutuhan dapur. Sedangkan uang hasil usaha, itu untuk kebutuhan Azka dan Zidan yang cukup besar, Bu!". Untuk pertama kalinya aku membela diri.
"Halahhhh...kamu itu gak bisa ngatur uang, boros, Rania!' ucap Dani menyipitkan mata.
"Oke aku boros. Aku boros untuk anak-anak, supaya gizi mereka tercukupi dan hidup layak seperti anak lainnya. Sedangkan kamu, boros untuk mentraktir perempuan murahan atas nama klien!".
Kali ini, semua isi hati Rania ia tumpahkan.
"Diam kamu, Rania!, Jangan pernah kamu ganggu teman-teman saya!. Kalau kamu masih mau tinggal di rumah ini, jangan pernah kamu usik dan mengatur saya, atau…" belum sempat Dani menyelesaikan kalimatnya, sudah dipotong Rania
"Atau...atau apa mas?, Cerai?!, Itukan janji kamu pada Pina?!" Gertak Rania. Ia seolah tau siasat yang akan dibuat Dani.
"Ternyata kamu gak bisa diam ya, Rania...sekarang, kemasi barang-barang kami dan keluar dari rumah ini malam ini juga". Dani kemudian menyeret Rania menuju kamar. Teriakan Dani dan tangisan Rania sontak membuat kedua buah hati mereka terbangun. Mereka menangis dan bingung melihat Papa dan Mamanya berkelahi. Dalam sekejap pakaian Rania yang tak banyak itu keluar dari lemari.
" Kemasi barang mu cepat, dan keluar dari rumah ini!' Dani sama sekali tak memperdulikan kedua buah hati mereka yang menangis mengiba, agar papanya merendahkan suara.
"Papa, Azka takut, pa…"
"Azka, ayo sini sama uti…!" Ibu mertua mencoba menggendong Zidan dan Azka, tapi keduanya menolak.
"Azka gak mau sama uti, uti jahat sama mama…, pa". Azka baru berusia enam tahun, tapi ia dipaksa dewasa oleh keadaan. Setiap hari ia melihat ibunya selalu dibentak dan dihina. Rania hanya manusia biasa yang kerap menangis, dan Azka selalu menjadi saksi tangisan itu. Malam ini, Azka berusaha mengadukan itu pada Papa Dani, sayangnya Papa Dani adalah sekutu uti, dan Azka kembali tak mengerti.
"Mama…" Azka turun dari ranjang dan memeluk Rania, diikuti Zidan yang merangkak mendekati Rania, Ketiganya berpelukan dalam tangis.
"Azka, kamu harus kuat nak, bantu mama masukin baju ya nak. Kita pergi malam ini". Rania mengambil dengan tas seadanya. Ia bertekad akan keluar dari rumah itu, meski tak tau rumah siapa yang akan ia tuju.
Dalam sekejap barang telah selesai Rania kemas. Ada 2 koper besar dan 1 tas berisi dompet dan surat-surat. Ia sadar, ia tak akan bisa membawa seluruh tasnya. Akhirnya ia putuskan untuk hanya membawa 1 koper yang berisi pakaian anak-anak nya dan sedikit pakaiannya. Ia mengintip dompet, ya Allah hanya ada uang catering, dua ratus ribu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
Goe Soka Cara Loe
bagus ceritanya.
2022-05-15
0
Senajudifa
kutukan cinta hadir thor
2022-05-13
1
shaNyue
aduh thor.... banyak bawang 😭😭😭
2022-05-11
1