Sembari menunggu Azka di sekolah, dan Zidan yang tertidur di strolernya. Akhirnya Rania punya waktu untuk membuka notifikasi mesengger yang masuk dua jam yang lalu.
"perkenalkan, saya Pina"
"saya Rania, mba. salam kenal"
"salam kenal Bu Rania"
perkenalan yang sangat akrab.
"maaf lama merespon, saya jarang buka aplikasi ini mba"
Balas Rania. Hatinya menggebu ingin mengetahui siapa perempuan bernama Pina ini.
"mba, apakah mba kenal dengan Pak Dani Mahendra?"
tanya Pina.
"Dani Mahendra pemilik IT Solution?"
tanya Rania, kuatir salah orang.
"iya Bu. pemilik CV IT Solution" jawab Pina.
"ya. Dia suami saya mba" Jawab Rania mantap.
Cukup lama tak ada balasan. hingga akhirnya Rania beranikan bertanya.
"Anda siapanya suami saya?"
"saya teman dekatnya Pak Dani Bu"
Kecurigaannya semakin bertambah. Sepertinya perempuan ini membutuhkan informasi dari Rania. Jika tidak, untuk apa dia menghubunginya. Bukankah dia pasti memiliki nomer ponsel Pak Dani?
"Ada keperluan apa ya mba menghubungi saya?" Rania sepertinya ingin segera mengetahui motif perempuan bernama Pina. Tak mungkin kan dia ingin pesan catering bento. Pina berasal dari Madiun, Jawa Timur. Sedangkan Rania tinggal di Depok, Jawa Barat.
"Bu, saya kekasih Pak Dani"
Pesan dibalas sangat lama. Meskipun si author berada dalam posisi online. Ternyata, Rania mendapat jawaban yang amat sangat menyakitkan hatinya. Hampir saja ia runtuh, kalau dia tidak sadar bahwa ia berada di sekolah Azka.
"Tapi, saya dibohongi Pak Dani, dia mengaku lajang, Bu"
Kembali perempuan itu mengetik sebuah pesan, seolah ada perasaan yang ingin ia luapkan sejak dulu. Sedangkan Rania masih terpaku tak percaya. Bahkan bayinya menangis pun ia seolah tak sadar. Matanya terfokus pada monitor androidnya. Untung saja, Bunda Rangga menyadarkannya.
"Bun...Bun….bunda Azka…!" Sapa Bunda Rangga mencoba menyadarkan Rania.
Di sekolah, Rania lebih akrab dipanggil bunda Azka, ya begitulah. Jika sudah memiliki momongan, maka nama anak pertama menggantikan nama asli kita.
Seketika Rania terjaga dari lamunannya. Tapi air matanya seketika tak mampu ia bendung.
"Loh, ada apa Bun…?" Tanya bunda Rangga merasa cemas.
Tanpa menjawab terlebih dahulu, Rania reflek menggendong Zidan yang menangis, kemudian menyusuinya.
"Oh...gak apa-apa bunda Rangga, saya hanya punya sedikit masalah keluarga" jawab Rania mencoba menghapus air mata, sambil menyisir putranya.
"Mungkin, saya bisa membantu Bun. Atau sekedar meringankan beban dengan bercerita". Ucap bunda Rangga sambil memberikan sehelai tisu.
"Oh gak apa Bun… tidak baik kalau saya menceritakan perihal rumah tangga saya". Jawab Rania singkat.
"Baiklah. Jangan sungkan jika ingin curhat, Bun. Insyaallah saya amanah" ucap bunda Rangga sambil membelai pundak Rania, mencoba mengurangi beban yang saat ini bertengger dipundaknya, serasa dipanah dari belakang dan tembus hingga ke hatinya.
"Trimakasih ya bunda Rangga" senyum tipis Rania sunggingkan pada Bunda Rangga. Ingin menunjukkan bahwa ia baik-baik saja.
" Oh iya Bun, ini uang cateringnya. Terimakasih ya sudah bantuin saya buat acara" ucap bunda Rangga. Ia melihat bunda Rangga dari kejauhan dan teringat bahwa ia belum membayar uang pesanan cateringnya.
"Alhamdulillah. Terimakasih ya bunda Rangga" hanya jawaban singkat, dan senyuman seulas yang ia berikan. Padahal biasanya Rania akan sangat heboh jika menerima pembayaran dari pengguna jasa cateringnya.
" Makasih bunda cantik….besok-besok pesen lagi Yach...dijamin dikasih diskon" kali ini Rania hanya diam, menyapu air mata. Mencoba menebarkan diri. Bagaimanapun, bisa jadi ini sebuah fitnah. Atau jika kenyataan pun, ia merasa tak boleh gegabah. Ada dua buah hatinya yang menuntutnya selalu bahagia.
Siang itu Rania terasa seperti dibawa ke alam yang berbeda. Tetapi ia berusaha untuk menguatkan dirinya. Dengan tubuh lunglai, ia berjalan menuju rumahnya, jarak yang cukup jauh dari sekolah menuju rumah, biasanya tak ia rasakan. Tapi kali ini, ia lunglai. Zidan yang biasanya asik menikmati jalanan, dan Azka yang asik dengan nyanyiannya, hari inipun seperti merasakan apa yang sedang mamanya rasakan.
Zidan rewel, menangis sepanjang perjalanan. Dan Azka juga menggerutu tentang panasnya matahari. Padahal, matahari siang ini tak se terik hari kemarin.
Sementara, Rania sadar ada banyak notifikasi masuk ke aplikasi messenger-nya. "Entahlah, itu pasti Pina, gadis belia yang mencari tau tentang suaminya".
Segelas milk share ia sajikan untuk Azka. Bagaimanapun perasaannya hancur, dan rasa penasarannya yang begitu besar, ia tak boleh mengabaikan waktu untuk anak-anaknya. Ia menunggu jam tidur siang Azka dan Zidan.
Ketika anak-anaknya lelap dalam tidur siang, dan ibu mertua asik berkumpul arisan di rumah Bu RT. Rania memberanikan diri membuka mesengger. Dibacanya satu per satu pesan dari perempuan yang ternyata baru berusia dua puluh enam tahun itu. Sepuluh tahun lebih muda darinya, dan empat belas tahun lebih muda dari Dani.
"Kenapa kamu mau dengan lelaki yang lebih tua dari kamu?!" Rania mulai bertanya dengan membabi buta.
"Maaf Bu, saya juga korban" jawabnya singkat.
" Pak Dani mengaku masih singgel, dan sedang sendiri".
"Mengapa kamu tidak mencari tau dulu, kok langsung mau!" Celetuk Rania. Hatinya membuncah panas. Sebuah perselingkuhan terbongkar.
"Apa bukti kalau kamu ini benar, Pina?!"
Dan tak lama kemudian, sebuah foto dikirim. Sial, ternyata mereka sedang berada di sebuah hotel di Semarang.
Foto itu menunjukkan Dani sedang asik dengan laptopnya disisi sebuah ranjang, sedang perempuan bernama Pina berada di sisi ranjang lainnya. Seketika hati Rania memanas, air matanya tidak bisa terbendung lagi. Ia berlari menuju kamar mandi, dan menangis sekuat tenaganya. Air keran sengaja ia nyalakan, untuk menyamarkan isakan tangis.
Rania mencoba meredam marah dan kecewa. Kesetiaan dan diamnya disalah gunakan. Selama ini Rania selalu takut untuk melawan. Selalu ingin anak-anaknya bahagia, tanpa mendengar pertengkaran orang tuanya. Tapi, apa bisa kali ini ia mempertahankan prinsipnya itu?
Sore ini, seperti sore kemarin. Tak ada kabar dari Dani. Rania yang kalut, tetap mencoba tegar. Melaksanakan kewajibannya sebagai menantu dan ibu yang baik. Tentang sebuah pengkhianatan, ia akan mengumpulkan keberanian untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada suaminya nanti ketika pulang. Berdebat di ponsel, tentulah akan sia-sia. Rania tau betul sifat Dani. Ia akan dengan mudah menutup telpon dan bahkan memblokir nomernya jika pertengkaran terjadi. Meskipun karena hal kecil. Menjawab pertanyaan dari seorang istri yang mengkhawatirkan suaminya, "kamu dimana, kenapa belum pulang, pulang jam berapa" sederhana. Namun, dalam rumah tangga Rania Salsabila dan Dani Mahendra, pertanyaan ini tabu untuk diajukan.
"Bu Rania, tapi selain aku, masih ada perempuan lain yang menjadi korban Pak Dani" sebuah pesan singkat masuk. Malam telah menunjukkan pukul 22.30. anak-anak telah lelap tidur.
"Apa maksud kamu?!" Rania seperti berbalik mencurigai Pina sebagai orang yang berusaha menghadirkan rumah tangganya. Ia bahkan tidak tau, ada dipihak mana Pina.
"Aku berhasil membajak password ponsel Pak Dani tadi. Butuh perjuangan dua hari ini untuk bisa hapal setiap tunjuk password, dan sore tadi, kami bertengkar hebat. Saya menemukan chatting mesra Pak Dani dengan perempuan bernama Renata Puspita" . Kemudian sebuah tangkapan monitor dikirimkan Pina melalui mesengger.
Tercengang, hingga tak ada satupun kalimat yang bisa ia ketik, untuk membalas pesan tersebut. Pina dan Renata Puspita adalah dua orang yang inisialnya ia temukan di dering ponsel Dani. PRS dan RP.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
Stanalise (Deep)🖌️
Suakit ini pasti, 9 tahun itu bukan waktu yang singkat loh...
2022-09-23
2
Stanalise (Deep)🖌️
Loh kan ya, emang dasar buaya tuh orang
2022-09-23
1
zhA_ yUy𝓪∆𝚛z
si bapak makin tua makin jadi
2022-05-22
1