NovelToon NovelToon

100 Hari Pertama Menjadi Janda

Bagian 1 Penghianatan

Drttttt….drtttt... beberapa kali suara panggilan masuk dari ponsel Dani berdering. Rania melihat ke arah ponsel yang tak sengaja ditinggalkan diatas meja makan.

"PRS…" nama si penelpon.

"Dani ke toilet, apa aku angkat ya…" gumam ku Rania, sambil merapikan bekas piring bekas makan siang. Ponsel baru saja akan Rania ambil, tiba-tiba Dani muncul dari belakang dan meraih paksa ponsel itu dari tangan Rania. Tersentak, begitu rasanya.

"Kok, dimatikan mas?" Gumam Rania, masih terkejut atas ulah suami yang dinikahi 9 tahun yang lalu.

"Gak ...gak penting" jawabnya ketus sambil berlalu menuju kamar. Dani yang selama 9 tahun pernikahan tak pernah menunjukkan sikap "nakal", tentu tidak menimbulkan kecurigaan apapun di hati Rania. Kecuali, jika flashback ke masa-masa pacaran, Dani adalah petualang cinta.

Setelah kejadian siang itu, semakin sering panggilan ponsel masuk dengan inisial singkatan nama. Rania mencoba tetap berpikir positif. Meskipun, banyak hal tak biasa ditunjukkan suami mapan itu. Dani yang notabene seorang programmer handal, memegang sebuah perusahaan yang bergerak dibidang jasa konsultan IT untuk beberapa kantor pemerintahan daerah. Itu sebabnya, Dani sering meninggalkan Rania dan anak-anaknya dirumah untuk keluar kota menemui klien nya. 

"Ma, besok aku ke Semarang ya…" celetuk Dani sambil sibuk dengan ponselnya.

"Keluar kota lagi pa?, Baru dua hari ada di rumah". Gerutu Rania sambil menyuapi Zidan, putra kedua mereka. 

"ya kan ini klien dari Semarang mau kontrak baru, nilai kontraknya besar loh ma, 3 milyar" ucap Dani bersemangat.

Tapi tidak dengan Rania, sebab sebesar apapun pendapatan suami tajirnya ini, Rania hanya dijatah 2 juta per bulan untuk semua kebutuhan rumah dan anaknya. Jika Rania mengeluh dengan minimnya uang belanja tersebut, Dani akan marah, dan menuduh Rania boros dan tidak bersyukur. Enggan dengan perdebatan, Rania memilih diam. Untuk memenuhi kebutuhannya, Rania berjualan bento food untuk bekal anak sekolah. Langganannya adalah teman-teman Azka, putra pertama mereka. 

Kadang, Rania merasa kehadirannya tidak lebih dari seorang pembantu, bagaimana tidak, meskipun ia menempati rumah hasil kerja suaminya, namun sang mertua tinggal bersamanya. Alasannya hari tua ingin dihabiskan bersama anak-anaknya. Sebenarnya, Dani masih memiliki 3 orang adik yang tinggal di kota yang sama. Hanya saja, dari ketiga orang saudaranya, hanya Dani yang mapan secara ekonomi.

Hampir seluruh pekerjaan rumah ia kerjakan sendiri. Mulai dari memasak, mencuci, mengepel, bahkan jika sehari saja Rania tidak mengepel karena sakit, sang mertua langsung mengomel mengatainya pemalas. 

"Suami, mau sukses mbok ya didukung to Rania, kamu pikir biaya kamu belanja itu tinggal gesek apa?!" Celetuk Nani, ibu mertua Rania yang sedari tadi sengaja menguping pembicaraan suami istri ini.

"Gak gitu Bu...cuma…" baru saja Rania ingin memberi penjelasan sudah dipotong ibu mertua.

"Halah….kamu ini kalau dikasih tau ngeyel!" Saut mertuanya lagi dan lagi, berhasil membuat Rania terpaku, seolah bersalah

"Kamu sih ma, selalu bikin ribut! Tinggal nerima jatah aja sok ngatur" gertak Dani sambil menutup laptop dengan kasar dan masuk kamar. Dan lagi, pertengkaran itupun seolah dimulai karna Rania.

Rania membantu Dani memasukkan pakaian kedalam koper kecil yang biasa digunakan ketika keluar kota. Saat sibuk menata, Rania tak sengaja menemukan sebuah botol, botol minyak yang tak asing lagi.

"Astaghfirullah, buat apa papa bawa ini…" gumam Rania membaca tulisan di botol itu, minyak kayu hitam Kalimantan, yang terkenal berkhasiat untuk obat penambah stamina pria. 

"Ngapain kamu ngecekin satu-satu barang aku?!" Dani tiba-tiba muncul.

Akhir-ahir ini bahasa dan cara bicara Dani lebih ketus dari biasanya. Bahkan Rania merasa banyak hal yang dirahasiakan Dani darinya. Hanya saja, Rania tidak punya cukup bukti untuk berprasangka. Apalagi, ponsel Dani pun telah di password, dan Rania tak diijinkan menjamah ponsel suaminya itu. 

"Engga mas, kok kamu bawa-bawa ini ke Semarang?" Rania mencoba memberikan pertanyaan pada Dani.

" Itu pesanan klienku di Semarang!" Jawab Dani ketus dan singkat.

Rania hanya melirik kemasan itu,

"sudah terpakai…." Gumamnya.

***

"Aku berangkat ma" sebuah koper siap dimasukkan kedalam bagasi mobil. 

"Pa, berapa hari di Semarang?

"5 hari!" Jawab Dani singkat.

"Pa, kalau begitu, uang belanja bulanannya aku minta sekarang ya pa. Kan jatah bulanan tinggal dua hari lagi." Pinta Rania.

Ia tak punya pilihan lain selain meminta pada suami. Hasil laba usahanya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan dapur dan jajan anaknya. Ya, makan dengan mertuanya yang serba harus berbau daging. Padahal Rania dan anak-anaknya tak begitu gemar makan daging. 

"Gak bisa. Kamu tunggu sampai aku pulang!" Ucap Dani sambil menutup pintu mobil. Seketika, mobil Toyota Lexus melaju kencang.

Selama lima hari di Semarang, jarang sekali Dani berkirim kabar. Kecuali saat sang anak minta Vidio call. Itupun harus mengirim pesan wa terlebih dulu. Tepatnya janjian. Jika tidak, maka bersiap Dani marah. Alasannya rapat, sedang ngobrol dengan klien, meskipun Rania menelpon diatas jam 22.00. 

Ada perasaan aneh yang merasuki hati Rania. Dani bisa bersikap manis saat dia menginginkan nya, dan kasar semaunya. Dia bersikap lebih romantis saat di ranjang. Sering Dani sengaja melihat video-video panas yang ia download dari situs luar negeri. Adegan itu kemudian dia praktekkan pada Rania. Hubungan ranjang yang panas, namun dalam komunikasi lainnya terasa dingin.

Malam itu, Rania merasa sangat gelisah. matanya enggan terpejam, meskipun dia merasa lelah seharian. Ya, tadi dia mendapatkan pesanan dadakan untuk acara ulang tahun, Rangga, teman sekolah Azka. Rangga ingin memberikan santunan anak yatim di Rumah Yatim Ibu Setyowati. Rumah yatim ini menampung 100 anak yatim. Jadi, pesanan 100 box nasi bento adalah rejeki yang tidak terduga bagi Rania. Mengingat ancaman Dani yang menunda memberikan jatah belanja bulanan sampai dia kembali dari Semarang.

Mata masih juga enggan terpejam. dua anak kesayangannya telah lelap tidur sejak tadi. jam dinding menunjukkan pukul satu dini hari.

"agh...kenapa perasaanku gelisah begini" gumam Rania.

Untuk menghilangkan suntuknya, ia mencoba membuka aplikasi berwarna biru. Banyak notifikasi masuk, tapi jarang sekali Rania mempedulikan. Bukan tanpa alasan, waktunya sangat padat untuk mengurus anak, suami, rumah, dan usahanya. Meskipun usaha online sedang tranding, tapi Rania terlalu gaptek untuk ini. Kali ini dia sangat penasaran dengan sebuah notifikasi dari messenger, dari seorang anak-anak yang usianya dapat diperkirakan belum genap tiga puluh tahun.

Sebenarnya, perempuan ini telah mengirimkan notifikasi ini sejak dua bulan lalu, namun entah kenapa, Rania abai. Rania iseng membuka message dari perempuan itu "Pina Riana Sari" . isinya sangat singkat

"Assalamualaikum Bu, benar ini dengan ibunya Azka?"

Sebelum menjawab, Rania memberanikan diri membuka profil Pina Riana Sari.

Seorang perempuan, tinggal di Madiun, dan bekerja di salah satu bimbingan belajar, yang vendornya di pegang oleh perusahaan CV IT Solution. Rasa penasaran mulai menggelayut. Rania terus scroll beranda wanita ini. Betapa terkejutnya ia mendapati bahwa rencana, hari ini, ia juga akan ke Semarang.

Rania memberanikan diri membalas pesan.

"ya, saya ibu Azka. Ada yang bisa saya bantu, mba?". Rania masih berharap, bahwa yang mengirim pesan ini kerabat dari teman-teman Azka di sekolah.

Cukup lama tak mendapat balasan. ah...Mungkin karena waktu sudah tengah malam. Tak berselang lama, Rania tertidur.

Esok Harinya ...

" mama...mama..." dipanggil uti. Sebutan Azka pada neneknya.

Seketika Rania terperanjat. "astaghfirullah, jam 5" Rania hampir saja terlambat. Setiap hari ia harus bangun sebelum subuh, mengerjakan semua pekerjaan rumah dan kemudian menyiapkan anaknya ke sekolah, sambil membawa bento pesanan. Sebelum ke dapur, Rania tidak melupakan Sholat subuh.

"Rania.....Rania...." teriakan ibu mertua membahana mengisi rumah minimalis tipe 54.

"ya Bu..." Rania menyahut dengan lembut, sambil menuruni anak tangga rumah yang cukup mewah itu.

"kamu itu, mentang-mentang suami ga ada, malah enak-enakan bangun siang!" celetuk mertuanya dengan nada yang sudah sangat familiar bagi Rania.

"Maaf Bu, semalam ga bisa tidur"

"sudah...itu cepet buat sarapan, nanti kalau telat, kita mau makan apa?!"

Hal seperti ini, sebenarnya sudah sangat sering ia terima sejak tinggal di rumah ini. Akan tetapi tetap saja menyakitkan.

Sembari menunggu Azka di sekolah, dan Zidan yang tertidur di strolernya. Akhirnya Rania punya waktu untuk membuka notifikasi mesengger yang masuk dua jam yang lalu.

"perkenalkan, saya Pina"

"saya Rania, mba. salam kenal"

"salam kenal Bu Rania"

perkenalan yang sangat akrab.

"maaf lama merespon, saya jarang buka aplikasi ini mba"

balas Rania. Hatinya menggebu ingin mengetahui siapa perempuan bernama Pina ini.

"Mba, apakah mba kenal dengan Pak Dani Mahendra?"

tanya Pina.

"Dani Mahendra pemilik IT Solution?"

tanya Rania, kuatir salah orang.

"iya Bu. pemilik CV IT Solution" jawab Pina.

"ya. Dia suami saya mba" Jawab Rania mantap.

Cukup lama tak ada balasan. hingga akhirnya Rania beranikan bertanya.

"Anda siapanya suami saya?"

"saya teman dekatnya Pak Dani Bu"

Kecurigaannya semakin bertambah. sepertinya perempuan ini membutuhkan informasi dari Rania. Jika tidak, untuk apa dia menghubunginya. Bukankah dia pasti memiliki nomer ponsel Pak Dani?

Bagian 2 Kebohongan Yang Terungkap

Sembari menunggu Azka di sekolah, dan Zidan yang tertidur di strolernya. Akhirnya Rania punya waktu untuk membuka notifikasi mesengger yang masuk dua jam yang lalu.

"perkenalkan, saya Pina"

"saya Rania, mba. salam kenal"

"salam kenal Bu Rania"

perkenalan yang sangat akrab.

"maaf lama merespon, saya jarang buka aplikasi ini mba"

Balas Rania. Hatinya menggebu ingin mengetahui siapa perempuan bernama Pina ini.

"mba, apakah mba kenal dengan Pak Dani Mahendra?"

tanya Pina.

"Dani Mahendra pemilik IT Solution?"

tanya Rania, kuatir salah orang.

"iya Bu. pemilik CV IT Solution" jawab Pina.

"ya. Dia suami saya mba" Jawab Rania mantap.

Cukup lama tak ada balasan. hingga akhirnya Rania beranikan bertanya.

"Anda siapanya suami saya?"

"saya teman dekatnya Pak Dani Bu"

Kecurigaannya semakin bertambah. Sepertinya perempuan ini membutuhkan informasi dari Rania. Jika tidak, untuk apa dia menghubunginya. Bukankah dia pasti memiliki nomer ponsel Pak Dani?

"Ada keperluan apa ya mba menghubungi saya?" Rania sepertinya ingin segera mengetahui motif perempuan bernama Pina. Tak mungkin kan dia ingin pesan catering bento. Pina berasal dari Madiun, Jawa Timur. Sedangkan Rania tinggal di Depok, Jawa Barat.

"Bu, saya kekasih Pak Dani"

Pesan dibalas sangat lama. Meskipun si author berada dalam posisi online. Ternyata, Rania mendapat jawaban yang amat sangat menyakitkan hatinya. Hampir saja ia runtuh, kalau dia tidak sadar bahwa ia berada di sekolah Azka. 

"Tapi, saya dibohongi Pak Dani, dia mengaku lajang, Bu"

Kembali perempuan itu mengetik sebuah pesan, seolah ada perasaan yang ingin ia luapkan sejak dulu. Sedangkan Rania masih terpaku tak percaya. Bahkan bayinya menangis pun ia seolah tak sadar. Matanya terfokus pada monitor androidnya. Untung saja, Bunda Rangga menyadarkannya. 

"Bun...Bun….bunda Azka…!" Sapa Bunda Rangga mencoba menyadarkan Rania.

Di sekolah, Rania lebih akrab dipanggil bunda Azka, ya begitulah. Jika sudah memiliki momongan, maka nama anak pertama menggantikan nama asli kita.

Seketika Rania terjaga dari lamunannya. Tapi air matanya seketika tak mampu ia bendung. 

"Loh, ada apa Bun…?" Tanya bunda Rangga merasa cemas.

Tanpa menjawab terlebih dahulu, Rania reflek menggendong Zidan yang menangis, kemudian menyusuinya.

"Oh...gak apa-apa bunda Rangga, saya hanya punya sedikit masalah keluarga" jawab Rania mencoba menghapus air mata, sambil menyisir putranya.

"Mungkin, saya bisa membantu Bun. Atau sekedar meringankan beban dengan bercerita". Ucap bunda Rangga sambil memberikan sehelai tisu. 

"Oh gak apa Bun… tidak baik kalau saya menceritakan perihal rumah tangga saya". Jawab Rania singkat.

"Baiklah. Jangan sungkan jika ingin curhat, Bun. Insyaallah saya amanah" ucap bunda Rangga sambil membelai pundak Rania, mencoba mengurangi beban yang saat ini bertengger dipundaknya, serasa dipanah dari belakang dan tembus hingga ke hatinya.

"Trimakasih ya bunda Rangga" senyum tipis Rania sunggingkan pada Bunda Rangga. Ingin menunjukkan bahwa ia baik-baik saja.

" Oh iya Bun, ini uang cateringnya. Terimakasih ya sudah bantuin saya buat acara" ucap bunda Rangga. Ia melihat bunda Rangga dari kejauhan dan teringat bahwa ia belum membayar uang pesanan cateringnya. 

"Alhamdulillah. Terimakasih ya bunda Rangga" hanya jawaban singkat, dan senyuman seulas yang ia berikan. Padahal biasanya Rania akan sangat heboh jika menerima pembayaran dari pengguna jasa cateringnya. 

" Makasih bunda cantik….besok-besok pesen lagi Yach...dijamin dikasih diskon" kali ini Rania hanya diam, menyapu air mata. Mencoba menebarkan diri. Bagaimanapun, bisa jadi ini sebuah fitnah. Atau jika kenyataan pun, ia merasa tak boleh gegabah. Ada dua buah hatinya yang menuntutnya selalu bahagia.

Siang itu Rania terasa seperti dibawa ke alam yang berbeda. Tetapi ia berusaha untuk menguatkan dirinya. Dengan tubuh lunglai, ia berjalan menuju rumahnya, jarak yang cukup jauh dari sekolah menuju rumah, biasanya tak ia rasakan. Tapi kali ini, ia lunglai. Zidan yang biasanya asik menikmati jalanan, dan Azka yang asik dengan nyanyiannya, hari inipun seperti merasakan apa yang sedang mamanya rasakan. 

Zidan rewel, menangis sepanjang perjalanan. Dan Azka juga menggerutu tentang panasnya matahari. Padahal, matahari siang ini tak se terik hari kemarin. 

Sementara, Rania sadar ada banyak notifikasi masuk ke aplikasi messenger-nya. "Entahlah, itu pasti Pina, gadis belia yang mencari tau tentang suaminya".

Segelas milk share ia sajikan untuk Azka. Bagaimanapun perasaannya hancur, dan rasa penasarannya yang begitu besar, ia tak boleh mengabaikan waktu untuk anak-anaknya. Ia menunggu jam tidur siang Azka dan Zidan. 

Ketika anak-anaknya lelap dalam tidur siang, dan ibu mertua asik berkumpul arisan di rumah Bu RT. Rania memberanikan diri membuka mesengger. Dibacanya satu per satu pesan dari perempuan yang ternyata baru berusia dua puluh enam tahun itu. Sepuluh tahun lebih muda darinya, dan empat belas tahun lebih muda dari Dani. 

"Kenapa kamu mau dengan lelaki yang lebih tua dari kamu?!" Rania mulai bertanya dengan membabi buta.

"Maaf Bu, saya juga korban" jawabnya singkat.

" Pak Dani mengaku masih singgel, dan sedang sendiri".

"Mengapa kamu tidak mencari tau dulu, kok langsung mau!" Celetuk Rania. Hatinya membuncah panas. Sebuah perselingkuhan terbongkar.

"Apa bukti kalau kamu ini benar, Pina?!"

Dan tak lama kemudian, sebuah foto dikirim. Sial, ternyata mereka sedang berada di sebuah hotel di Semarang.

Foto itu menunjukkan Dani sedang asik dengan laptopnya disisi sebuah ranjang, sedang perempuan bernama Pina berada di sisi ranjang lainnya. Seketika hati Rania memanas, air matanya tidak bisa terbendung lagi. Ia berlari menuju kamar mandi, dan menangis sekuat tenaganya. Air keran sengaja ia nyalakan, untuk menyamarkan isakan tangis.

Rania mencoba meredam marah dan kecewa. Kesetiaan dan diamnya disalah gunakan. Selama ini Rania selalu takut untuk melawan. Selalu ingin anak-anaknya bahagia, tanpa mendengar pertengkaran orang tuanya. Tapi, apa bisa kali ini ia mempertahankan prinsipnya itu?

Sore ini, seperti sore kemarin. Tak ada kabar dari Dani. Rania yang kalut, tetap mencoba tegar. Melaksanakan kewajibannya sebagai menantu dan ibu yang baik. Tentang sebuah pengkhianatan, ia akan mengumpulkan keberanian untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada suaminya nanti ketika pulang. Berdebat di ponsel, tentulah akan sia-sia. Rania tau betul sifat Dani. Ia akan dengan mudah menutup telpon dan bahkan memblokir nomernya jika pertengkaran terjadi. Meskipun karena hal kecil. Menjawab pertanyaan dari seorang istri yang mengkhawatirkan suaminya, "kamu dimana, kenapa belum pulang, pulang jam berapa" sederhana. Namun, dalam rumah tangga Rania Salsabila dan Dani Mahendra, pertanyaan ini tabu untuk diajukan.

"Bu Rania, tapi selain aku, masih ada perempuan lain yang menjadi korban Pak Dani" sebuah pesan singkat masuk. Malam telah menunjukkan pukul 22.30. anak-anak telah lelap tidur. 

"Apa maksud kamu?!" Rania seperti berbalik mencurigai Pina sebagai orang yang berusaha menghadirkan rumah tangganya. Ia bahkan tidak tau, ada dipihak mana Pina.

"Aku berhasil membajak password ponsel Pak Dani tadi. Butuh perjuangan dua hari ini untuk bisa hapal setiap tunjuk password, dan sore tadi, kami bertengkar hebat. Saya menemukan chatting mesra Pak Dani dengan perempuan bernama Renata Puspita" . Kemudian sebuah tangkapan monitor dikirimkan Pina melalui mesengger.

Tercengang, hingga tak ada satupun kalimat yang bisa ia ketik, untuk membalas pesan tersebut. Pina dan Renata Puspita adalah dua orang yang inisialnya ia temukan di dering ponsel Dani. PRS dan RP. 

Bagian 3 Janji Pak Dani POV Pina

Pak Dani baru saja terlelap tidur setelah sebelumnya aku beri dua butir obat tidur yang sudah aku siapkan sebelumnya. Satu tahun menjalin hubungan dengannya, membuka satu persatu tabir kebohongan yang selalu ia racik bersamaan dengan rayuan maut dan janji manis. 

Ya, awal perkenalanku dengan mas Dani adalah ketika acara meeting tahunan di kantor pusat. Pesona Pak Dani memang tak bisa dipungkiri. Sebagai pimpinan sebuah perusahaan IT ternama dalam usia yang masih tergolong muda, 35 tahun. 

Aku yang ditugaskan perusahaan untuk mengajukan perpanjangan kontrak dengan perusahaan Pak Dani, secara otomatis selalu melakukan kontak baik secara langsung maupun melalui seluler. Tidak aku pungkiri, Pak Dani itu friendly, humoris, dan loyal. Tiap mampir ke Madiun, dia selalu minta diajak jalan-jalan, makan-makan, Pak Dani yang traktir tentunya. 

Sampai akhirnya, pada bulan April 2016, Pak Dani mengajakku untuk menjalin hubungan lebih dari seorang teman. Tepatnya pacaran!

Dia yang mengaku bujangan, mapan, dan loyal akhirnya berhasil menarik hatiku yang baru saja putus dari mantan terindah. Ah….rasanya mudah sekali jatuh ke pelukan Pak Dani. 

Kami sangat intens berhubungan secara virtual melalui aplikasi WhatsApp. Mas Dani juga rutin melakukan Vidio Call pada jam kerja, hanya pada jam kerja. Selain jam kerja, dia tak mau aku menghubunginya, selain dia yang akan menghubungi terlebih dahulu. Hemmm...agak aneh. Sempat kutanyakan mengapa, dia bilang karena dia ingin fokus istirahat ketika dirumah, well.

 Rindu sudah sangat membuncah. Rayuan pak Dani membuatku sangat penasaran, penasaran yang lebih dari sekedar rekan kerja. Sejak memutuskan menerima cinta Pak Dani, kami belum sekalipun bertatap muka. Perbincangan kami setiap hari adalah beradu rindu, cumbu, dan candu. Awalnya hanya saling bertanya kabar dan aktivitas, semakin lama, semakin mengarah pada sensasi seksualitas. Entah mengapa, tubuh ini tak menolak. Ya, seperti yang aku katakan diawal, rindu, cumbu, hingga menjadi candu. Bahkan semakin hari perbincangan kami lebih mengarah pada perbincangan mengenai konten-konten dewasa, ketimbang perbincangan mengenai hubungan ke jenjang yang lebih serius. 

Januari 2017

Akhirnya, kami memutuskan untuk bertemu di Jakarta, ya, sekalian jalan-jalan, kata Pak Dani. 

Tiket kereta api aku beli dengan uangku sendiri. Di Stasiun Senen, Pak Dani dengan senyum manisnya menyambut kedatanganku. Ia dengan sigap Menenteng tas ranselku dan menggandengku menuju tempat parkir kendaraan. 

"Masuk, non…" ucap Dani sambil membuka Lexus keluaran terbaru.

Aku duduk di bangku sebelah kemudi. Tas ransel diletakkan di jok belakang. Kendaraan melaju cukup kencang, hingga akhirnya terjebak macet.

"Hemmm...beginilah dek kehidupan Jakarta" gumam Pak Dani. 

"Macet ya pak…." Jawabku basa basi

"Loh...kok manggil Bapak, ga enak donk. Lagian kan saya belum Bapak-bapak…, nih...nih….emang kayak Bapak?!" Ucap Pak Dani sambil bergurau, dan dengan genit mencubit daguku. Ada sensasi luar biasa saat itu. Entahlah, seperti aku rela diapakan saja.

Tak berselang lama, macet pun terurai, kendaraan kami masuk ke sebuah lobi hotel bintang tiga di kawasan Jakarta. 

Tanganku segera ditarik oleh Pak Dani, eh….Mas Dani. Sepertinya dia sudah chek in terlebih dahulu. 

Baru saja pintu kamar ditutup, Mas Dani langsung menyandarkan aku ke dinding pintu. Sebuah kecupan mendarat di bibirku, tanpa permisi terlebih dahulu. Lagi, aku seperti tak memiliki daya untuk menolak.

"Mandi dulu, biar wangi, nanti kita lanjut…" ucap mas Dani setelah memberikan ciuman yang baru pertama kali aku rasakan. Ciuman yang baru saja aku pelajari, dan lagi, membuat candu.

Aku memasuki kamar mandi yang ukurannya tidak begitu besar. Aku mandi dengan shower air hangat. Tapi seketika aku lupa membawa baju ganti. Sedangkan baju yang tadi kupakai sudah terciprat air shower. Dengan ragu aku keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk yang tersedia. 

Begitu pintu kamar mandi di buka. Aku terkejut, ternyata Mas Dani telah menunggunya dibibir pintu. Tanganku ditarik menuju ranjang. Lagi, tak ada penolakan dari aku. Tubuh ini seperti dibuat tak berdaya olehnya. 

"Jangan mas…."

Bujukku ragu

"Ayolah, Pin...aku janji akan menikahi kamu setelah ini" rayu Mas Dani, yang membuat aku semakin tak berdaya. Setan Telah menguasai aku. Hingga aku tak punya kata-kata lagi untuk menolak. Kami pun melakukan hubungan layaknya suami istri.

Hal ini terjadi berkali-kali, selama aku berada di Jakarta. Di hotel yang sama. Alih-alih diajak jalan-jalan, kami malah lebih sering berada di hotel untuk melancarkan aksi menunaikan rindu, cumbu, dan napsu.

Setelah kejadian di hotel itu, aku menjadi lebih posesif pada Mas Dani. Telpon, chat darinya, seperti sebuah penawar dikala sakau, haus akan cumbu yang pernah ia beri secara langsung di hotel. 

Maret 2017

Mas Dani semakin hari semakin sulit dihubungi. Kadang dia seperti salah memanggil nama panggilanku. 

"Dek…, ma… "

Entah apa yang membuatku semakin posesif padanya. Apakah aku merasa bahwa kuatir dengan status yang tidak perawan ini?! 

Aku baru saja tersadar bahwa aku telah melakukan dosa besar. Tapi satu sisi, semua tentang Mas Dani adalah candu...candu yang membuatku tak ingin jauh darinya. Tak ingin kehilangan kabar meskipun hanya sehari.

Kesadaran aku perlahan mulai membaik, ya, mungkin kejadian kemarin seperti efek narkoba yang menguasai tubuhku. Beberapa kerabat dekat mengatakan bahwa aku ini di guna-guna. Karena sangat mengagumi mas Dani. Seorang rekan kerjaku yang juga mengenal Mas Dani menegurku di sela-sela aktifitas packing modul belajar.

"Pin, kamu yakin pacaran sama Pak Dani?"

Tanya Riska, rekan kerjaku.

"Ya, yakinlah...kita sama-sama sudah siap serius". Jawabku santai.

"Memangnya, kamu dah kenal sama latar belakangnya dan keluarganya Pak Dani ya Pin?" Sebuah pertanyaan yang membuatku tersentak. Ternyata, aku sama sekali belum mengenal Mas Dani selain tentang pekerjaannya, bahkan keluarganya pun aku tidak tau!

"Oh...itu. mas Dani janji akan mengenalkan aku saat lamaran". Aku terpaksa berbohong. 

Sejak perbincangan itu, aku rajin berselancar di akun  Facebook mencari nama Dani Mahendra, sial, tak ditemukan, Instagram pun tak menunjukkan satupun orang dengan identitas profil yang ku maksud. 

Apa mungkin, orang IT sepopuler Dani Mahendra tidak punya social media?

Rasa penasaranku ternyata terbayarkan, aku mencurigai satu akun bernama Azka Zidan, tapi foto profilnya seperti aku kenal. Klik….aku menekan tombol lihat profil, dan benar saja, ini Dani Mahendra! Tapi….tapi siapa ini? Dua anak kecil berusia batita dan balita dan seorang perempuan di tag di foto tersebut, @Rania Mahendra, sontak membuat mataku bulat memanas, dada bergemuruh. Bagaimana tidak. Diberanda akun tersebut banyak sekali foto-foto kebersamaan Mas Dani dan yang terduga keluarganya, tepatnya, anak dan istrinya. 

Aku memberanikan diri menjadi stalker untuk perempuan bernama Rania. Jatung aku nyaris copot, ketika melihat postingan Rania, lebih banyak tentang Mas Dani dan dua anak laki-lakinya. 

Aku pun mencoba menghubunginya melalui messenger , tapi saya, tidak juga dibalas. Bahkan online pun tidak. 

Setelah mencoba menenangkan diri, aku mencari ide untuk menanyakan perihal ini secara langsung. Percuma jika melalui telpon. Oke…kita harus bertemu mas, aku butuh penjelasan darimu!

Pagi ini di kantor Bimbingan Belajar Putra Semesta sedang sepi. Aku sudah menyiapkan strategi untuk menjebak Mas Dani pada sebuah pertemuan, dan akan aku pertanyakan kejujurannya!

"Assalamualaikum mas, dah sarapan…?"

aku menyapa melalui aplikasi WhatsApp .

"Walaikumsalam, sayang...belum sempet nih…" tak berselang lama Mas Dani menjawab.

"Loh...kok belum. Sarapan donk yang...nanti kamu sakit🤗" bujukku manja, sambil menyelipkan icon peluk sayang.

"Oke siap sayang😘" balas Mas Dani sambil menyelipkan emote kecupan. Agh… Dasar lelaki bu*ya!

"Yang...kangen nih. Ketemuan yuk!" aku merajuk setengah memaksa.

"Loh...mas sibuk yang…" balas Mas Dani. Belakangan dia semakin terlihat sibuk. Hilir mudik ke beberapa kota. Sesekali ia memposting diri sedang di Bali, kemudian Bandung, Palembang. Lalu, sekarang dia beralasan akan ke cabang Semarang.

"Mas, kan katanya mau ke cabang Semarang. 

"Oh….em…(emote berpikir)" cukup lama mendapat kepastian jawaban dari mas Dani. 

"Oke, sayang, gini...mas di Semarang 5 hari, tapi kamu di Semarang 2 hari aja ya. Soalnya mas harus ke lokasi proyek pemasangan jaringan. Jadi ga mungkin ngajak kamu". Yes sebuah kesempatan. Tanpa banyak negoisasi, aku terima penawaran berharga itu. Seandainya ia hanya diberi waktu satu jam pun, ia akan berusaha untuk memanfaatkannya. Yes, semoga misi berhasil!

April, 2017

Moment pertemuan kami di Semarang amatlah sempurna, bertepatan dengan ulang tahunku yang ke dua puluh enam. Seperti biasa, kami janjian di stasiun Tawang. Mas Dani baru satu jam tiba, ketika kereta yang ku tumpangi tiba.

Check in hotel

Mas Dani memesan sebuah hotel bintang tiga untuk kami menginap. Ingin sekali rasanya bisa menginap di hotel bintang lima. Tapi, Mas Dani seolah enggan mengeluarkan banyak budget untuk sekedar 'tidur'.

Seperti biasa, meskipun belum sempat melepas lelah, Mas Dani sudah minta 'jatah' mantap-mantap. Aku yang masih setengah-setengah sadar, akhirnya mau saja menuruti hawa nafsunya. 

Selesai bercembu, aku bersandar dibahu mas Dani. Sengaja, supaya aku bisa mencuri-curi pandang ke ponselnya. Ku arahkan ingatanku untuk menghapal setiap pijitan pada tombol monitor sang Bu*ya ini. Agar tak menimbulkan kecurigaan, aku sambil mengajaknya berbincang.  

"Mas…"

"Hemmm…" jawab Mas Dani sambil tetap asik dengan ponselnya.

"Kapan mas mau nikahin aku…?"

Pertanyaan ini bukan sekedar basa basi. Bagaimanapun laki-laki ini telah merenggut keperawanan ku. Mas Dani harus segara bertanggung jawab!

"nanti kalau proyek Mas Dani goal, mas Dani akan segera melamar kamu, sayang". Ucapnya merayu.

"Tapi, kapan mas…?"

"Nanti aku hamil loh!" Celetukku. Aku pun takut apa yang aku ucapkan menjadi kenyataan. 

"Jangan gitu dong de...kan kita dah sepakat, kalau gak akan hamil dulu sebelum kita nikah dan punya rumah". Hati Pina memanas. Itu bukan sebuah kesepakatan, melainkan paksaan. 

Ketika di Jakarta, aku pernah mengajukan pertanyaan, mengapa aku tak dibawa ke rumahnya saja. Alasannya, karena dirumahnya sedang ada keluarga besarnya. Mas Dani takut terlalu banyak pertanyaan yang akan diajukan padaku, sehingga membuatku tak nyaman. Okelah. Setelah memberikan janji akan menikahi, mas Dani juga memberikan perjanjian-perjanjian lain yang sifatnya menunda pernikahan. Aghhhh ...mengapa aku tak bisa memprediksi ini. 

Akhirnya aku bisa menghapal password ponsel Mas Dani. Aku mengambil dua butir obat tidur yang aku beli di sebuah apotik di Madiun. Mudah saja aku mencampurnya kedalam softdrink yang kami beli di supermarket sebelum menuju hotel. Sempurna, malam ini mas Dani tidur cepat dan pulas. Aku berhasil membuka ponselnya dengan mudah. 

Sebelum aku mencoba membuka ponsel, ternyata baterainya habis. Aghhh...oke ada waktu untuk mengisi daya. Ini ponsel Apple keluaran terbaru. Jadi cepat untuk mengisi daya. 

Sembari menunggu ponsel terisi. Aku sempatkan mengecek aplikasi berwarna biru. Ternyata, ada balasan dari akun Facebook Rania Hendrawan. Jantung rasanya berdegup tak menentu. Mungkin ini saatnya membuka tabir kebohongan Mas Dani.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!