Bertasbih Bersama Alam Semesta

Malam kian merayap jauh mendekati pagi.

Udara semakin dingin menusuk hingga  sumsum.

Maymunah masih terlihat duduk bersila di dalam Musholla. Meski kantuk melandanya, namun ia masih tetap berusaha untuk melanjutkan dzikirnya.

Ia tak mau tertidur di tempat yang sangat asing baginya.

Meskipun itu musholla, tapi tak menutup kemungkinan akan terjadi hal-hal yang tidak dia inginkan, jika ia tertidur.

Sultan yang duduk di Musholla bagian laki laki, hanya bisa memandangnya dari balik kaca transparan yang membatasi antara tempat solat wanita dan tempat solat pria.

Selang beberapa jam kemudian, pintu musolla terbuka, dan terlihat seorang laki laki paruh baya masuk.

Dia melihat Sultan yang kini duduk bersandar di dinding musola sambil tertidur.

Dia ingin membangunkan Sultan, tapi  ia tak bisa berbahasa arab.

"Neng, punten. Neng tau gak orang arab yang di dalam itu?" Tanya Laki laki itu ketika ia melihat Maymunah keluar dari kamar mandi.

"Oh, iya. Dia majikan saya, emangnya kenapa, pak.?" Maymunah balik bertanya.

" Saya mau bangunin, tapi gak bisa bahasa arabnya neng, bisa gak neng bantu bangunin dia, soalnya sebentar lagi bapak akan mengumandangkan adzan." Tutur laki-laki itu.

Maymunah hanya mengangguk, kemudian dia masuk dan membangunkan Sultan.

"Sultan, Gum!..ya Sultan, Gum yallah!

Almu'adzin  bi yeadzin alhin"

(Sultan, bangun! Hei Sultan, bangun lah cepat ! Sebentar lagi adzan)Seru Maymunah dengan bahasa Arab Amiyah.

Sultan terperanjat kaget mendengar suara Maymunah.

Dia mengucek wajahnya, dan menguap.

"Oah...Adzan alfajer? " (sudah adzan subuh) ucapnya sambil menguap.

Maymunah tak menggubris, ia justru keluar dan masuk ke Musolla bagian wanita.

Setelah solat subuh, Maymunah keluar di susul oleh Sultan.

Maymunah terlihat mendekati satpam.

" Pak, di Gunung ini, ada tempat yang bagus buat melihat matahari terbit, gak?" Tanyanya antusias.

"Oh ada, neng. Di sebelah sana. Neng jalan lurus aja, nanti belok kanan dan jalan sedikit, nanti neng akan melihat sunrise di sana."

"Oh, makasih pak."

Maymunah berlari sambil sedikit berjiingkrak layaknya anak kecil menelusuri jalan aspal yang dikelilingi pohon pinus itu.

Sultan tertawa melihat tingkah Maymunah yang terlihat seperti anak kecil yang akan berburu mainan baru.

Dia pun ikut berlari menyusul Maymunah.

Maymunah berhenti di tempat yang di tujunya.

Ia bersiap siap akan menyaksikan kemunculan si raja siang yang tentunya sangat di nanti nantikan.

Melihat matahari terbit dan terbenam di pegunungan adalah impian Maymunah dari kecil.

Semenjak kecil dia selalu berkhayal akan pergi ke pegunungan untuk melihat matahari saat terbit dan saat tenggelam.

Baginya melihat matahari muncul dan tenggelam adalah suatu fenomena alam yang sangat mengagumkan.

" Allaaaah indah banget..Subhanalloh.

Maha suci engkau wahai Allah, Dzat yang telah menciptakan alam semesta beserta isinya.

Maha suci engkau wahai Allah..Dzat yang telah menjadikan matahari sebagai sumber kehidupan di bumi ini.

Aku beserta alam yang engkau ciptakan ini bersaksi bahwa Tidak ada Tuhan yang akan mampu menciptakan semua ini selain Engkau ya Allah." Maymunah berteriak memecah kesunyian pagi.

"Wahai Dzat yang maha agung, izinkanlah hamba tetap bertasbih memujaMu, baik di saat orang orang memujaMu, ataupun di saat orang orang melalaikan dzkir padaMu.

Hamba ingin terus bertasbih  bertasbih bersama alam, bersama angin pagi yang bertasbih dengan hembusannya , bersama burung yang bertasbih dengan  kicau merdunya, dan bersama pepohonan yang bertasbih dengan lambaiannya. Hamba ingin bertasbih bersama air, yang bertasbih dengan alirannya.. ..

Akhhh subhanallah ..."

Maymunah terus saja berteriak sambil merentangkan tangannya, ia seperti layaknya orang yang sedang membaca puisi.

Sultan yang menyaksikan tingkah Maymunah, hanya tersenyum geli. Meski ia tak memahami bahasa Indonesia, ia sedikit faham bahwa Maymunah sekarang ini sedang bertasbih mengagumi keindahan ciptaan Allah. Hal itu ia pahami dari kata kata Maymunah yang selalu melafalkan lafadz Subhanallah.

Air mata Maymunah mulai mengalir ke pipinya, ia ingin segera meluapkan rasa syukur yang membuncah dalam dadanya dengan cara bersujud syukur.

Ia pun berbalik menghadap kiblat, ia bermaksud untuk bersujud syukur.

Ia menjatuhkan diri dan bersujud syukur pada Robby nya yang telah memberi kesempatan padanya untuk melihat matahari terbit seperti yang ia  impikan.

Saking asyiknya ia memandang sunrise, ia tak menyadari keberadaan sultan di belakangnya.

"Ehm, sudah selesai baca puisinya?" Tanya Sultan dengan suara baritonnya.

Maymunah terlonjak kaget, ia tersipu seketika, karena mengingat tingkah lakunya sendiri.

" Tuan Sultan, apa tuan mau mengajak saya pulang?" Tanyanya gelagapan.

Ia mengalihkan pandangannya ke arah lain.

" Iya, tapi nanti kita sarapan dulu ya."

Jawab Sultan sambil terus memandangi Maymunah tanpa  berkedip.

Maymunah hanya mengangguk dan langsung bergegas meninggalkan Sultan.

Sultan berlari menyusulnya.

"Tadi kamu bicara apa, di sana?" Tanya Sultan. Ia terus mencoba mendekati Maymunah.

" Oh , Aku cuma lagi bersyukur karena udah diberi kesempatan melihat Sunsite dan sunrise.

Melihat matahari tenggelam dan terbit di atas bukit itu adalah impianku sejak kecil.

Oh ya, makasih ya. Karena kamu udah kasih saya kesempatan mewujudkan impian saya melihat matahari itu" Maymunah menjawab sambil tetap berjalan di belakang Sultan.

Sultan hanya manggut- manggut menanggapi penuturan Maymunah.

Setelah selesai sarapan, Sultan mengajak Maymunah pulang ke villanya.

"Beresin barang-barangnya ya, aku mau mandi" Ujar Sultan setelah mereka sampai di rumah.

Setelah ia selesai merapihkan barang-barang yang ia bawa, ia segera bergegas untuk membersihkan diri juga.

Setelah selesai dari toilet, Maymunah tertidur di kamarnya.

Ia baru terbangun ketika Sultan mengetuk pintu kamarnya.

Tok tok tok

"Ya Maymunah, keluarlah ! Aku lapar"

Teriak Sultan sambil menggedor pintu kamar Maymunah.

Maymunah terkaget dari tidurnya akibat suara bising dari Sultan yang terus menggedor pintu kamarnya.

Dengan agak malas, ia bangun dan segera memakai hijabnya kemudian berjalan kearah pintu.

" Iya tuan, sebentar saya mau ke kamar mandi dulu" Teriaknyà dari dalam kamar tanpa membuka pintu.

Ia segera bergegas mencuci mukanya dan keluar menuju dapur.

Sultan terlihat sedang membuka kulkas.

"Tuan mau saya masakin apa?" Tanya Maymunah dengan sopan.

Sultan menoleh sambil tersenyum, seketika Maymunah menundukkan wajahnya.

"Saya lapar, apa kamu bisa masak sesuatu yang bisa dimakan dengan cepat?"  Sultan balik bertanya.

"Anda tunggu saja di ruang tamu, nanti saya akan memasak spageti buat anda." Jawab Maymunah, masih dengan menunduk.

"Hmm jangan spageti, yang lebih cepet aja, Mie instan atau apa gitu?" Sultan menunjukan wajah memelasnya.

Maymunah hanya mengangguk sambil menunjuk kearah ruang tamu.

Sultan mengerti isyarat Maymunah yang menyuruhnya pergi, tapi ia sengaja menggodanya dengan tetap duduk di meja bar dapur.

"Aku nunggu di sini aja, selagi kamu masak" Ujarnya seenaknya.

Maymunah terlihat kesal dan risih, tapi ia tak bisa berbuat banyak, karena ini villa Sultan.

"Maymunah, kamu pernah nikah?" Tiba tiba Sultan bertanya.

Sontak Maymunah terkejut mendengar pertanyaan Sultan.

Dia mendengus kesal, tapi dia tetap menjawab.

"Belum." Jawabnya singkat.

"Wah kalau begitu, kita sama ya?. Aku juga belum pernah nikah. Ya walaupun ibuku sudah memilihkan jodohku. Tapi aku masih males, sebenarnya aku ingin memilih sendiri wanita yang akan ku nikahi, tapi ibuku pasti marah" Sultan malah curhat panjang lebar.

Membuat Maymunah tersenyum geli, namun ia sembunyikan.

"Kalau kamu, bagaimana?" Sultan bertanya lagi.

Maymunah hanya menarik nafas panjang.

Dengan cepat ia segera mengangkat Mi instan yang sedang ia masak, kemudian menuangkan di dalam mangkok di depan Sultan tanpa mengeluarkan sepatah kata.

Membuat sultan semakin kesal.

Terpopuler

Comments

mamae zaedan

mamae zaedan

bsgus thor,, ada pmbelajaran nya,😘

2023-03-26

2

lihat semua
Episodes
1 Kabar Miring
2 Senja Di Gunung Pancar
3 Bak Bunga Teratai
4 Bertasbih Bersama Alam Semesta
5 Ditawari kawin kontrak?
6 Jebakan
7 Dipenjara?
8 Antara dua pilihan
9 Kedatangan Sultan
10 Aqad nikah
11 Dikala ajal menjemput
12 Malam pertama vs malam terakhir.
13 Di Pemakaman
14 Ikutlah denganku
15 Sebuah keputusan
16 Sang mantu
17 Berpamitan
18 Cemburu
19 Fawwaz
20 Di Bandara Jeddah
21 Sakinah (ketenangan hati)
22 Srigala berbulu domba
23 Menghajar srigala berbulu domba.
24 Menuju Thaif
25 Jadilah seperti Ummu Sulaim
26 Thaif kota dari Palestin?
27 Kerumah mertua
28 Menjadi pembantu di rumah mertua
29 Calon tunangan suamiku
30 Tidak se-kufu (Tidak se-level)
31 Nasehat untuk calon madu
32 Bertemu Fawaz lagi.
33 Ide gila
34 Mencuri sesuatu yang halal
35 Pilih Allah atau pilih temanmu?
36 Bukan malam pertama
37 Ibadah terindah
38 Kedatangan Ahmad
39 Sultan pergi?
40 Pertunangan
41 Hamil
42 Diusir mertua.
43 Sindrom Couvad ( Hamil simpatik)
44 Dia istriku
45 Kemarahan Fawwaz
46 Saya memang pembantu
47 Nasehat kakak Ipar
48 Nasehat untuk adik ipar
49 Aqad nikah Sultan.
50 Ke acara resepsi
51 Yang mana yang pengantin?
52 Malam pengantin.
53 Iqob kah ini?
54 Masa lalu sang Madu
55 Talaq tiga untuk Sumayya
56 Hamìl
57 Terpukul
58 Disalahkan lagi
59 Maafkan ibu kalian
60 Akhir kisah Sumayya
61 Fitnah keji Lilis
62 Akhir kisah Lilis
63 Menjemput orang istimewa
64 Hadiah teristimewa
65 Aqad ulang.
66 Extra Part
67 Pengumuman
Episodes

Updated 67 Episodes

1
Kabar Miring
2
Senja Di Gunung Pancar
3
Bak Bunga Teratai
4
Bertasbih Bersama Alam Semesta
5
Ditawari kawin kontrak?
6
Jebakan
7
Dipenjara?
8
Antara dua pilihan
9
Kedatangan Sultan
10
Aqad nikah
11
Dikala ajal menjemput
12
Malam pertama vs malam terakhir.
13
Di Pemakaman
14
Ikutlah denganku
15
Sebuah keputusan
16
Sang mantu
17
Berpamitan
18
Cemburu
19
Fawwaz
20
Di Bandara Jeddah
21
Sakinah (ketenangan hati)
22
Srigala berbulu domba
23
Menghajar srigala berbulu domba.
24
Menuju Thaif
25
Jadilah seperti Ummu Sulaim
26
Thaif kota dari Palestin?
27
Kerumah mertua
28
Menjadi pembantu di rumah mertua
29
Calon tunangan suamiku
30
Tidak se-kufu (Tidak se-level)
31
Nasehat untuk calon madu
32
Bertemu Fawaz lagi.
33
Ide gila
34
Mencuri sesuatu yang halal
35
Pilih Allah atau pilih temanmu?
36
Bukan malam pertama
37
Ibadah terindah
38
Kedatangan Ahmad
39
Sultan pergi?
40
Pertunangan
41
Hamil
42
Diusir mertua.
43
Sindrom Couvad ( Hamil simpatik)
44
Dia istriku
45
Kemarahan Fawwaz
46
Saya memang pembantu
47
Nasehat kakak Ipar
48
Nasehat untuk adik ipar
49
Aqad nikah Sultan.
50
Ke acara resepsi
51
Yang mana yang pengantin?
52
Malam pengantin.
53
Iqob kah ini?
54
Masa lalu sang Madu
55
Talaq tiga untuk Sumayya
56
Hamìl
57
Terpukul
58
Disalahkan lagi
59
Maafkan ibu kalian
60
Akhir kisah Sumayya
61
Fitnah keji Lilis
62
Akhir kisah Lilis
63
Menjemput orang istimewa
64
Hadiah teristimewa
65
Aqad ulang.
66
Extra Part
67
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!