Impian Jumirah
Prang ...
Terdengar suara seperti barang pecah ketika semua orang masih berada di dalam kamar masing-masing. Terlihat seorang anak perempuan berlari untuk bersembunyi.
"Kamu kenapa malah bersembunyi Dek? Ayok bereskan, kamu tadi yang memecahkannya bukan?" tanya seorang anak perempuan yang satunya lagi menghampiri adiknya yang sedang bersembunyi.
"Ih, Mbak sok tahu, bu ... bukan aku yang memecahkannya, Mbak jangan asal menuduh ya!" jawab anak perempuan yang sedang bersembunyi dengan suara gugup karena perbuatannya ternyata diketahui oleh kakaknya sendiri.
"ADA APA? TADI APA YANG PECAH!" Terdengar teriakan seorang perempuan paruh baya yang baru keluar dari kamarnya dengan berpakaian rapih seperti hendak mau pergi.
"Hai ... kalian berdua kenapa disitu? Suara apa tadi?" tanyanya lagi kepada kedua anak perempuannya.
"I ... itu bu!" Jumirah menunjuk vas bunga milik ibunya yang sudah berserakan di lantai.
"Hah ... Siapa yang sudah memecahkan vas bunga ibu, ayok ngaku!" bentak perempuan yang ternyata bernama Bu Lasmi.
"Dia," jawab kedua anak perempuan itu bersamaan sambil menunjuk kearah yang berbeda, Jumirah menunjuk ke adiknya sedang adiknya yang bernama Dewi menunjuk kearah Jumirah.
"Yang benar siapa yang sudah memecahkan vas ibu, kalau begitu kalian berdua ibu hukum." bentak Bu Lasmi nampak marah.
"Sudahlah Mbak Jumi ngaku aja kalau Mbak Jumi yang sudah memecahkan vas bunganya." kata Dewi malah menyuruh sang kakak untuk mengakui kesalahannya.
"Kok kamu bicara seperti itu sih Wik? Bukannya kamu yang sudah memecahkan, aku lihat kamu yang tadi menyenggolnya 'kan? Kenapa kamu malah memfitnahku? Menuduh aku yang melakukannya?" Protes Jumirah tidak terima dirinya malah disuruh mengakui apa yang tidak pernah ia lakukan.
"Jangan percaya sama Mbak Jumi Bu, Mbak Jumi yang sudah pecahin vas bunga Ibu."
"Enggak Bu itu bohong, bukan aku Bu." Jumirah membela diri.
"Hua ... Ibu, bukan aku yang mecahin vas bunga milik Ibu, Mbak Jumi yang memecahkannya, hua ... ibu percaya sama Dewi kan." Dewi memeluk tubuh Ibunya sambil menangis, ia berakting pura-pura sedih untuk mengambil hati ibunya.
"Sudah kalian jangan saling menyalahkan, Jumirah, kamu jangan suka menyalahkan adikmu,dia masih kecil." bentak Bu Lasmi menatap tajam kearah Jumirah.
"Mulai besok, selama satu minggu kamu tidak Ibu kasih uang jajan karena kamu sudah memecahkan vas bunga kesayangan Ibu." Lanjut Bu Lasmi berbicara dengan suara keras dan tegas.
"Enggak bisa dong Bu, ibu jangan lakukan itu ke aku Bu, Ibu gak adil." Protes Jumirah.
"Kamu gak usah protes, itu hukuman yang harus kamu terima karena kamu sudah memecahkan vas bunga kesayangan Ibu, jadi kamu harus dihukum."
"Tapi Bu ...!"
"Ada apa sih Bu? Pagi-pagi sudah ribut aja." Kata Pak Sutejo, suami Bu Lasmi.
"Biasalah Pak, anak ini berulah lagi."
"Kamu lagi-kamu lagi, dasar anak pincang, nggak punya telinga." Pak Sutejo malah menghina Jumirah.
"Bapak! Bapak nggak boleh bicara seperti itu ke Jumirah." teriak Farel sambil berjalan menghampiri kedua orang tuanya dan kedua adik perempuannya.
"Hiks." Jumirah langsung berlari masuk ke dalam kamarnya sambil menangis.
"Gak usah ikut campur kamu, sana bilangan tuh Adik kesayangan kamu jangan bikin ulah terus." bentak Pak Sutejo ke anak laki-lakinya.
"Seharusnya dulu kita biarkan saja dia mati kedinginan di luar sana Bu." Ucap Pak Sutejo langsung dipelototi oleh Bu Lasmi. Dewi menyipitkan mata merasa bingung dengan ucapan Bapaknya.
***
Lima belas tahun yang lalu.
Pagi hari jalanan sangat sepi, semua orang sepertinya enggan untuk keluar rumah, karena semalaman turun hujan dengan derasnya membuat udara menjadi sangat dingin.Tiba-tiba terdengar suara tangis bayi mengagetkan sepasang suami-istri yang sedang bermalas-malasan di atas ranjang.
Mereka langsung turun dari ranjang dan bergegas keluar rumah untuk melihat bayi siapa yang sedang menangis di pagi hari yang masih sedikit gelap dan sepi.
Tangis bayi itu ternyata berasal dari gubuk tua yang sudah tampak reot sudah lama dit tinggalkan oleh pemiliknya.
Cepat-cepat mereka membawa bayi mungil itu yang di perkirakan baru berusia satu bulan untuk dibawa masuk ke dalam rumah mereka.
Di dalam, sepasang suami-istri itu terlihat sedang berdebat, si perempuan ingin merawat bayi malang itu tapi suaminya merasa keberatan, namun, akhirnya mereka sepakat untuk merawatnya. Bayi malang itu kemudian diberi nama Jumirah oleh sepasang suami-istri yang menemukannya, yaitu Pak Sutejo dan Bu Lasmi yang baru memiliki satu anak laki-laki baru berusia lima tahun.
Ketika usia Jumirah 4 tahun, Bu Lasmi hamil lagi dan melahirkan anak perempuan berwajah cantik.
Kasih sayang kedua suami-istri itu pun akhirnya hanya di berikan untuk putri kandungnya sendiri, sedangkan Jumirah yang sangat kecil sering di suruh untuk mengerjakan pekerjaan rumah, salah sedikit mereka langsung memarahi Jumirah.
Di sekolah Jumirah juga sering di ejek dan di tertawakan oleh teman-temannya karena keadaan fisiknya yang tidak sempurna dan juga karena ia memiliki nama yang terdengar aneh bagi anak di jaman modern seperti sekarang.
"Huuuu ... Jumirah nggak punya telinga, Jumirah pincang ...!" Ejek teman-teman Jumirah saat mereka ada di sekolah.
"Ha... ha... Jumirah pincang." Ucap mereka lagi sambil memeragakan cara berjalan Jumirah yang sedikit pincang karena kakinya panjang sebelah dan hanya memiliki satu telinga.
"Hiks...." Jumirah hanya bisa menangis mendengar ejekan dari teman-temannya.
"Ih ... nangis, hahaha ... ciwek ... Jumirah cengeng ...!" Mereka kembali menertawakan Jumirah yang sedang terisak seorang diri.
"Kenapa kalian menghinaku? Hiks ...." Jumirah hanya bisa diam tanpa berani melawan.
"Hai ... kalian, jangan berani-berani mengejek Adikku, awas kalian," Farel yang mengetahui adiknya sedang di ejek dan di tertawakan oleh teman-temannya langsung berlari dan menghajar sekelompok anak laki-laki yang berjumlah empat orang sedang tertawa mengejek.
Ke empat anak laki-laki itu pun langsung lari kocar-kacir takut melihat Farel yang memiliki badan lebih tinggi dari mereka dan memiliki otot yang kuat.
"Awas kalau kalian berani mengejek Adikku lagi!" teriak Farel lalu ia berlari menghampiri adiknya yang sedang menangis.
"Hua ... Mas Farel," tangis Jumirah langsung pecah ketika sang kakak memeluk dirinya.
"Tenanglah Dek, kamu nggak usah takut, ada Mas yang akan selalu ada buat kamu, kamu nggak boleh cengeng, kamu harus menjadi perempuan yang kuat agar tidak ada lagi orang yang berani menertawakan kamu.
Kalau kamu cengeng seperti ini, mereka malah kesenangan, kamu bakal terus di ejek.
Tutupi kekuranganmu dengan kelebihan yang kamu miliki, lama-kelamaan orang akan melupakan dan tidak memperdulikan kekurangan kamu berkat kebaikan dan kelebihan yang kamu miliki. Kamu pintar, baik, cantik, maka tunjukkan semua itu ke mereka." nasehat Farel untuk adiknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Siti Lestari
aku suka ceritanya
2022-09-28
0
gang jasad
bnnnn
2022-09-04
0
Senajudifa
halo thor..salken dr kutukan cinta y..mampirlah jika berkenan
2022-05-27
1